Prolog

427 41 4
                                    

•Happy Reading•

•••

Metana, 2142.

"Semuanya siap pada posisi masing-masing"

Pukul 12 malam, di salah satu gudang kosong yang berada di salah satu sudut kota, ketegangan sudah mulai terasa. Di tengah gudang, ada beberapa Pria berpakaian gelap, membawa koper, entah apa isinya. Mereka terlihat sedang membicarakan hal yang penting, bersalaman kemudian saling menukarkan koper.

Jual beli senjata ilegal.

Di balik tiang-tiang, sudah berdiri beberapa pemuda yang siap menggagalkan kegiatan tersebut. Satu di antaranya bersembunyi di loteng, meretas cctv, bertugas untuk menjaga dan membaca pergerakan lawan.

"Semuanya bersiap. Di hitungan ke tiga, serang mereka. Tugas kita kali ini melumpuhkan, bukan menangkap. Habisi mereka semua tanpa terkecuali" ucap Pria yang bersembunyi di loteng.

"Sesuai rencana, Kak Saga sama Riki maju paling depan. Sisanya bantu mengamankan" ucapnya lagi

Kedua Pria itu, Saga dan Riki yang sedang berdiri di belakang tembok beton mengangguk.

"Satu..."

"Dua..."

'Dor! Dor!'

"Anjing. RIKI LO BENER-BENER YA"

Riki sudah gemas. Ia terlebih dahulu menembakan pistolnya tanpa menunggu aba-aba dari Januar. Saga mendengus, Riki pasti tidak ingin kalah karena mereka berdua membuat taruhan taruhan. Siapa yang membunuh paling banyak, dia yang menang. Saga ikut menodongkan pistolnya, ikut menembaki musuh.

'Dor! Dor! Dor!'

Suara tembakan langsung memenuhi ruangan. Terlampau lancar, tidak ada perlawanan yang begitu berarti dari musuh. Serangan terlalu mendadak, mereka tidak mempersiapkan apa-apa.

'Dor! Dor! Dor'

"Misi selesai" ucap salah satu dari mereka, setelah memberi tiga tembakan terakhir pada kepala lawan.

"Januar, Lo bisa keluar sekarang" ucap yang paling tua

Dari atas loteng, melompat turun seorang Pria berparas manis. Wajahnya tampak kesal, menghampiri yang termuda lalu menjewer telinganya.

"Dibilangin hitungan ketiga juga, buta angka Lo?!" Omel Januar.

Riki mengaduh kesakitan "Ampun Kak" ringisnya

Yang lain mulai memeriksa sekeliling dan mengamankan senjata. Meninggalkan Januar yang masih terus mengomeli Riki

"Lihat. Mereka masih menjual senjata model lama. Murahan" ucap Pria yang di tugaskan untuk mengamankan senjata

"Itu baru untuk mereka"

"Sekarang kita harus kembali ke markas pusat. Kita harus menyerahkan senjata ini"

Mereka Enhypen. Kelompok rahasia yang bertugas untuk mambantai habis kelompok pemberontak. Nama yang sering di sebut pada televisi, tapi tidak ada yang tau persis siapa mereka. Identitas mereka dirahasiakan, mereka menyatu di masyarakat.

Usia mereka masih muda. Mereka lincah, berani dan tentu saja tampan.

Ethan, tertua. Bertugas sebagai penyerang, yang turun langsung untuk menghabisi musuh.

Jayden. Bertugas sebagai penyerang, sama seperti HeeseEthan

Jansa. Bertugas sabagai penyerang jarak jauh, menggunakan senjata berteknologi tinggi. Kemampuannya dalam membidik sesuatu sangat gila.

Saga. Bertugas sebagai penyerang utama. Tidak ada yang tidak bisa ia habisi.

Sean. Bertugas sabagai penyerang jarak jauh, sama seperti Jansa.

Januar. Bertugas sebagai pengamat. Bersembunyi di atas atap, meretas cctv, memastikan semua berjalan lancar adalah tugasnya.

Riki, termuda. Umur tidak menjadi penghalang baginya untuk menjadi salah satu bagian dari Enhypen. Bertugas sebagai penyerang.

Mereka terlampau hebat. Sejauh ini, tidak ada pasukan yang bisa mengalahkan mereka.

•••

"Aduh, badan Gw pegal semua"

Pemuda berkaos putih menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, menyandarkan tubuhnya. Mereka baru saja pulang dari markas pusat, sudah pukul 3 pagi sekarang.

"Kalian mau makan mie ga? Sama soda mungkin?" Tanya yang paling tua, Ethan namanya.

Semua serempak mengangguk, lalu membantu Ethan untuk menyiapkan makanan.

"Gw mau mandi bentar deh. Darah mereka nyiprat kewajah Gw, bangsat menang" gerutu Pria yang memiliki tatapan tajam, Jayden namanya.

"Baju Lo udah ada coraknya, Ahahaha" tawa Riki

Jayden terkekeh pelan "Coraknya bagus sih, tapi Gw ga mau ada yang curiga. Ga lucu kalau orang tau ini darah manusia" ucap Jayden seraya berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Mie buatan Kak Ethan adalah yang terbaik! Padahal mie yang di masak sama, tapi kalau Kak Ethan yang masak lagi beda " ucap Pria bermata rubah, Sean namanya.

Ethan tertawa, lalu memasukan mie instan itu kedalam panci rebusan "tergantung cara memasaknya Sean"

"Kak, sodanya habis" adu Januar yang baru saja mengecek kulkas

"Masa sih? Perasaan kemarin masih banyak deh. Siapa yang habisin?" Tanya Ethan, menatap satu persatu Pria yang sudah menjadi bagian dari keluarganya itu.

"Semalam Gw denger pintu kamar Saga kebuka. Kan dia sama Jayden main PS tu, pasti tu bocah berdua yang habisin" ucap Pria yang membantu Ethan, Jansa namanya.

Pria yang bernama Saga itu terkekeh "Iya Gw, sorry" ucapnya

"Gw ganti deh" Saga berjalan ke arah meja, mengambil ponselnya dan memesan soda secara online.

Beberapa menit berlalu, mereka semua sudah siap di meja makan. Mie dan soda sudah tersaji di depan mereka. Sederhana, tapi jika bersama, rasanya akan berkali-kali lipat lebih enak.

"Ayo rayakan keberhasilan kita hari ini" ucap Ethan

"Bersulang!"

•••
Haii
Jangan lupa untuk memberikan vote&komen, terima kasih !!

Ah iya
Apa yang Kamu lihat, belum tentu seperti apa yang Kamu lihat.

BFF (Best Fake Friend)Onde histórias criam vida. Descubra agora