8 {Seharian jalan sama Rachel}

19 5 0
                                    

"Ayah, Aksa mau anter Rachel dulu ambil motornya Rachel di tempat dugem yak?" Izin Aksa pada ayahnya sebari memakai pakaiannya karena sehabis mandi.

Namun sebaliknya Arvin yang berkeringat sehabis pulang jogging bersama Fikri yang tak lain adalah suami adiknya itu pun membuka kaus yang ia kenakan lalu berbaring di ranjangnya, "Bolehh."

"Mau bawa mobil tapi."

"Bolehh," sahut Arvin lagi. "Eh, Sa. Ayah mau nanya deh sama kamu."

"Apa?"

"Selain pelukan, Aksa udah ngapain aja sama Rachel?" Tanya Arvin.

Meski tidak pernah melakukan hal lebih dengan Rachel, namun entah kenapa mendengar pertanyaan ayahnya itu membuat Aksa takut.

"Gapapa jawab aja jujur, ayah gak akan marah."

"Apa? Enggak ngapa-ngapain kok. Pelukan aja. Cuddle paling. Ciuman juga belum pernah." Ujar Aksa. Paling tidur bareng di kost an Rachel pas kuliah, itu juga cuma tidur doang gak ngapa-ngapain.

"Kamu belum pernah ciuman sama Rachel? Beneran?" Tanya Arvin.

"Iya. Aksa cuma suka ngelakuin hal yang nyaman aja sama Rachel. Pelukan atau cuddle sama dia tuh nyaman banget. Kalau cium, Aksa belum pernah. Itu lebih ke nafsu sih. Aksa gak pernah sih ngelakuin hal yang didasarkan oleh nafsu sama Rachel."

Arvin mengangguk paham mendengarnya, "bukannya apa-apa tadi ayah mau masuk rumah tapi gak jadi karena liat kalian pelukan. Mana tadi pintu kebuka, jadi keliatan sama orang selewat, Sa. Kesannya kan gimana." Ujar Arvin.

"Lain kali lebih hati-hati ya, Sa. Kalian kan belum nikah." Nasihat Arvin.

Aksa yang sudah bersiap dengan pakaian kece itu pun kini mengangguk, "iya yah."

"Yaudah gih sana berangkat. Kan harus dipanasin dulu mobilnya. Takut kelamaan Rachel nunggunya." Titah Arvin.

"Heem oke yah, Aksa pamit." Ujar Aksa sebari memposisikan tangannya untuk pamit pada ayahnya yang sedang rebahan.

Arvin pun menyentuh tangan Aksa lalu putranya itu menciumnya. Dan saat setelahnya, Aksa masih enggan melepaskan tangan ayahnya.

Rasanya Aksa ingin mengatakan ia sayang pada Arvin saat ini juga. Bagaimana tidak? Aksa sebenarnya sudah terciduk melakukan hal yang tidak senonoh dengan wanita yang tidak ada ikatan dengannya. Namun ayahnya bukan memarahinya dengan kata tajam yang menusuk hati melainkan dengan teguran lembut yang enak didengar dan masuk kedalam hati. Padahal ayahnya itu belum tentu tau rasanya berpelukan bersama wanita, namun ayahnya sangat memahaminya.

"Sana mandi, bau ketek." Entah kenapa malah kata itu yang keluar dari mulut Aksa.

"Ishh! Iya ini mau mandi!" Galak Arvin sebari hendak menendang bokong Aksa, namun sayangnya meleset.

•••

Kini pukul sepuluh pagi, Aksa mengajak Rachel menaiki mobil nya entah kemana. Sebenarnya Aksa ingin mengantar Rachel untuk mengambil motornya ditempat dugem kemarin. Namun, niatnya Aksa ingin mengajak gadis itu jalan-jalan sebentar.

"Ca, kan ke Paskal. Tinggal belok kok malah lurus sih?" Protes Rachel.

"Ya jalan-jalan dulu aja kenapa. Lo libur kerja kan?"

"Y-ya libur sii."

"Yodah," sahut Aksa. "Btw, mo maem gak?"

"Maoo. Laper." Jawab Rachel.

"Maem apa?"

"Terserah."

"Yeuu. Jawab terserah kayak cewek aja."

Dear, AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang