Chapter 21 | Song Eunyung

33 10 0
                                    

Pedangku telah memotong dengan bersih tubuh prajurit semut api itu. Tungkai semut yang terpotong berkedut saat mereka berada di tanah.

"Apa? Bagaimana kau melakukannya?"

"Apakah kekuatanmu benar-benar setinggi itu?"

“Anggap saja aku punya bakat untuk ini.”

Aku menanggapi setelah mendengar komentar para Pemburu di belakangku.

Dan itu memang benar. 

Untuk mengamputasi tubuh prajurit semut api, kau membutuhkan stat kekuatan setidaknya B+.

Alangkah baiknya jika bisa cukup kuat untuk berjalan-jalan tanpa mempedulikan lingkungan. Tetapi, jika gak bisa, kau harus belajar memamerkan pengetahuan.

‘Setiap makhluk hidup memiliki kelemahan.’

Bahkan cangkang yang mengelilingi prajurit semut api hanyalah bagian lain dari tubuhnya.

Yang kulakukan hanyalah memotong bagian terlemahnya dengan efisien.

"Hei, ayo bantu aku dengan yang ini juga!"

Min Sungtaek mengangkat suaranya saat dia memblokir beberapa semut api dengan perisainya. Saat aku berlari ke arahnya, dia mundur sedikit dan menyerang tubuh salah satu semut dengan perisainya. Setelah melompat ringan dari dinding dengan satu kaki, aku menebas semut api di udara, menjatuhkan saat aku memotong titik lemah di tengah dadanya. 

Kemudian, aku bergabung dengan Min Sungtaek untuk berhadapan dengan prajurit semut api lainnya.

"Ini yang terakhir."

Seekor semut dengan kaki terputus mencoba merangkak pergi di tanah. Aku menusukkan pedangku ke dada prajurit semut api. Saat aku mencabut pedangnya kembali, aku bisa mendengar suara angin mendesis melalui lubang.

Sepertinya kami telah menangani semua semut api di area ini. Setelah memastikan tidak ada lagi monster, kami menyarungkan senjata kami.

Saat aku memijat pergelangan tangan yang berdenyut, mata Kim Yoohan bertemu denganku. Dia selesai merapikan barang-barangnya dan menyampirkan tas di bahunya.

“Sebentar lagi malam, jadi ayo pergi!"

"Baik!”

Setelah memeriksa jalan ke depan, Min Sungtaek dan anggota rombongan lainnya memanggilku. Kim Yoohan memikul tas serta barang bawaan lainnya dan berjalan melewati tumpukan semut prajurit yang telah meninggal.

Aku juga berjalan tepat di belakang Kim Yoohan.

Darah yang menggenang di lantai memercik ke arah Kim Yoohan. Itu karena aku mengambil langkah yang salah.

Menatap darah yang berceceran di pakaiannya, Kim Yoohan menghela nafas di dalam maskernya. Bagaimanapun, aku harus bertanya karena ingin tahu.

"Apakah kamu tidak merasakan panas?"

Kim Yoohan menatap mataku lagi. Dia menatapku seolah bertanya apakah dia yang barusan kutanyakan.

'Yah, semua orang ada di atas sana dan hanya kita yang ada di belakang sini. Menurutmu aku nanya sama hantu?'

Sangat konyol sehingga aku tidak bisa berbicara sedetik pun. Saat aku hendak menghukumnya, Kim Yoohan merespons lebih dulu.

"Apa pedulimu?"

Tangggapannya tidak terduga. Kekhawatiran apa? Nah, jika memikirkannya, itu benar-benar bukan urusanku. Tapi tetap saja, itu reaksi yang berduri.

“Tidak bisakah aku bertanya?”

I Returned as a God [DROP Sementara]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora