𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐮𝐬 𝐬𝐨 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐞𝐱𝐜𝐡𝐚𝐧𝐠𝐞 𝐥𝐨𝐨𝐤𝐬.

3.2K 407 110
                                    






Cirebon, 25 Januari 2023

Tempatnya di Cirebon kota, Agaam kecil yang kini menjadi pemuda tampan dengan sisi manisnya merengut, menangis, tertawa, merajuk, marah-marah sepanjang hidup disana.

"Wow.. tumben gue bangun pagi," gumaman pertama sebelum ia berlari ke kamar mandi untuk urusan membersihkan diri.

"Oh damn! Hari sabtu kenapa ada kelas?"

20 menit mungkin kategori mandi terlama, ia sempat menuntaskan hasrat perutnya. Membuka lemari makanan tanpa memakai celana panjangnya dulu, ia hanya terlalu lapar untuk memulai pagi jika harus terburu-buru memburu waktu.

"Toh, kelasnya jam 10." Tangannya mulai membawa alat dapur, memotong sayur serta menyiapkan satu mangkuk nasi sisa semalam. Ia mengendusnya sesaat, "masih bagus kok, ngga bau dan yang penting ngga kering. Anak kosan harus menghemat."

Padahal jarak rumah orangtuanya hanya berbeda jalan, tak lebih dari 20 menit jika Agaam ingin pulang. Ia hanya menang taruhan dengan sang ayah sebelum masuk bangku kuliah untuk menjadi pribadi mandiri dan tinggal terpisah.

Walau hampir setiap minggu meminta jatah dan pulang ke rumah dengan dalih rindu orang tua.

Prang!

"OH MY GOSH! NASI GORENG GUE!"

Mungkin niat hemat harus dipending, ia wajib membeli sarapan di luar setelah tangannya dengan sopan menyenggol piring nasi goreng hingga jatuh ke lantai.

Memberi pemandangan berbeda pada sudut kota, salah satu apartemen berisi pemuda bersurai kelam yang tengah menyesap nikotin manis dengan secangkir kopi hitam.

Surai yang basah berantakan menjadi pemandangan panas jika turun melihat tubuh tanpa atasannya. Menampilkan tato di bawah tulang selangka yang menjalar kecil membentuk ukiran kata,

AREUOYOHWREBMEMER

"Pagi brengsek untuk pecundang yang punya kelas diakhir minggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pagi brengsek untuk pecundang yang punya kelas diakhir minggu."

•••

Senar gitar bernada manis dengan siulan sang vokalis menjadi akhir latihan, ia menyimpan stik drumnya sesaat, memeriksa ponsel barangkali sang ibu mengabari atau sekadar pacar yang merengek mendamba atensi.

"Sialan," umpatnya. "Lupa, gue jomblo."

Dua temannya tertawa sarkas, Pandu yang baru mencabut kabel gitarnya mengerling jenaka, "well, udah lama ngga main rasa."

"Tolol, playboy."

Pandu semakin tertawa, melempar air mineral pada sang kawan dengan raut jenaka, "malem minggu biasanya banyak muda-mudi keliaran. Coba lo pasang mata yang bener Nu, malu sama tampang. Seorang Ranu Birai Mangata jomblo."

𝐒𝐀𝐅𝐄 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 (𝐈𝐅)Where stories live. Discover now