08 | Kuliah

393 102 7
                                    

POV Junia

Tidurku tak bisa senyenyak biasanya. Gimana mau pules? Aku masih gak nyaman tidur dibawah dengan beralas karpet dan bed cover tebal punya kang Dewo.

Selain itu, aku juga gak nyenyak tidur dengan pakaian selengkap ini. Mau gimana atuh, da aku kan kudu menjaga harga diriku yang satu-satunya ini. Masa iya nikah cuma kontrak pengen dapet full service? Gak mau atuh lah.

Jujur, kemarin aku sempet cari-cari tahu apa hukumnya nikah seperti ini. Tapi karena rukun dan syarat nikah lengkap, jadi tentu saja pernikahan ini tetap sah dimata hukum dan agama. Cuma aku teh masih aja menjaga diri dulu belum tahu kesananya gimana.

Tokh kang Dewo juga paham gak ada personal touch selama masa pernikahan. Duh Gusti, mohon ampun kalo Uni salah dan tidak melayani suami dengan paripurna.

Diatas ranjang besar, dari tadi ku dengar suara orang yang sibuk pindah sana sini gak karuan. Lasak kalo kata orang sunda mah. Ih itu orang, tidur apa lagi tawuran sih? Brisik banget kan?

Aku melirik jam tangan yang masih belum ku copot. Jam 1 tengah malem pula. Sepertinya mending aku ke toilet aja barangkali ngantukku datang dengan berwudhu lagi.

Perlahan aku bangun dan menengok kang Dewo yang sudah tampak pulas diataz kasurnya. Ampun deh, mau tidur aja berisik melulu. Dasar!

Usai bersih-bersih, aku lalu berniat melakukan sholat hajat saja. Barangkali selesai sholat aku bisa tidur pulas seperti kang dewo.

Betul saja, usai sholat aku sudah tak tahan lagi untuk tidur pulas diatas sajadahku. Bahkan aku tidak menyadari ketika aku diangkut pindah ke ranjang besar setelahnya.

💕

Pagi saat sarapan bersama.

Aku tercengang mendengar perkataan Mama Miranti barusan.

"Apa Ma?"

"Iya sayang .. kamu kan masih muda. Coba cari tahu dimana ada fakultas kedokteran gigi yang terima ijazah smk kamu. Mama Papa kasih kamu hadiah dana kuliah buat pernikahan kalian.."

Aku melirik agak cemas ke arah kang Dewo. Aku gak mau memberi kesan memanfaatkan pernikahan ini. Apalagi seperti aji mumpung gitu.

Kembali ke topik saat ini, kang Dewo tampak cuek aja dengan perkataan orang tuanya.

"Apa mungkin Uni kuliah lagi Ma? Kedokteran lagi.." cicitku tak percaya. Mimpi apa aku bakal jadi dokter?

"Bisa, kamu cerdas koq sayang. Kan nanti jadi tambah pinter kalo dah jadi dokter. Dokter Junia, hihi.. mama juga kan dokter gigi, tapi gak bisa praktek karena keburu dibawa kabur Papamu itu.."

Aku mengangguk paham. Ternyata seperti itu.

"Menurut Akang gimana?" Tanyaku ke arah imamku yang malah asik aja mengunyah.

"Serah kamu lah, kan kamu yang kuliah. Asal jangan lupain kewajiban kamu aja.."

Tuh, gak ada basa basinya itu orang. Mama Miranti sama Papa Budiman baik-baik begitu, kenapa anaknya pikasebeleun pengen nakol ya?

"Uni istikharah dulu ya Ma, Pa. Uni kuatir nanti malah memberatkan Mama sama Papa. Biaya kuliahnya kan gak sedikit.."

Suamiku tetiba melirikku dan berkata agak sinis menurutku.

"Itu tahu.. mana ada kuliah murah neng.."

Nah kan, jadi julid gitu ini orang. Ampun deh.

"Okay sayang. Mama tunggu. Nanti kuliah ditempat Mama kuliah gpp, Mama coba tanya-tanya sama temen Mama yang udah ngajar disana ya. Kamu siapin ya berkas-berkasnya.."

Nikah KontrakWhere stories live. Discover now