3. Ulah Caksa dengan Anak Baru

28 7 5
                                    

Pagi ini, motor kebesaran milik Jino sudah terparkir di halaman sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, motor kebesaran milik Jino sudah terparkir di halaman sekolah. Jino dan Jiya berjalan beriringan di koridor menuju kelas 12 MIPA 4.

Saat tengah asik-asiknya Jiya dan Jino berbincang sambil berjalan menuju kelas. Mereka melihat kerumunan di tengah lapangan bola basket. Jino memicingkan matanya saat melihat siapa yang menjadi biang dari keributan tersebut.

"Ji, itu Caksa berantem sama siapa? Tuh orangnya tumben gue lihat," ujar Jino masih keheranan melihat Caksa saling tonjok di lapangan yang berusaha dipisahkan oleh siswa lainnya.

"Eh, itu temen lo berantem. Sana samperin!" serkah Jiya sedikit kesal, pasalnya Caksa adalah teman dekat Jino bisa-bisanya Jino hanya menonton tanpa ikut memisahkan perkelahian Caksa dengan orang asing itu.

"Males gue, Caksa udah sering berantem ujung-ujungnya yang salah orang yang diajak berantem," ujar Jino menggelengkan kepalanya.

"Si Caksa sukanya main orang dalem," gerutu Jiya.

"Kan orang kaya, apalagi kan Ayah Caksa donatur di sekolah ini."

"Tapi kan nggak bisa gitu," serkah Jiya dengan raut kesalnya yang tidak habis pikir dengan orang seperti Caksa, yang seenaknya menggunakan kuasa Ayahnya untuk bermain-main ataupun seenaknya dengan teman sekolahnya.

"Udah lah, si Caksa gak bisa di kasik tahu, udah lanjut kelas saja." ucap Jino berjalan acuh ke kelas.

"Tungguin goblok!"

~o0o~

Bel masuk kelas telah berbunyi, semua siswa-siswi bergegas menuju kelas masing-masing. Seperti kelas Jino dan Jiya yang ricuh akan teman-temannya yang bergegas masuk ke dalam kelas 12 MIPA 4.

"Woih, pelan-pelan dong! Kasar banget," teriak gadis dengan rambut panjangnya yang terurai karena di senggol oleh Caksa tanpa merasa bersalah.

" Apaan lo? Berani sama gue," tantang Caksa kepada Yuka gadis itu. Jiya dan Jino yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.

"Caksa lo ngapain ke sini?" tanya Jiya berdiri dari duduknya mendekat ke arah Caksa yang masih mendelik Yuka di ambang pintu.

"Gue nyari pacar gue. Mana si Chelsi?"

"Lo nyari pacar sendiri kayak nyari musuh lo yang hilang saja," heran Jiya.

"Gue mau minta penjelasan ke dia, kenapa bisa-bisanya semalem gue lihat dia jalan sama anak baru tadi yang gue bonyokin mukanya di lapangan," jelas Caksa dengan nafas yang memburu menahan marah.

"Dia kayaknya nggak masuk, setan apasih yang ngerasukin lo? Biasanya Lo anaknya julid Mulu dah. Ini kayak anak anning baru tumbuh gigi gak diam-diam dadi tadi!" ujar Jino sedikit meledek.

"Dahlah ngomong sama kalian nggak jelas," ujarnya lalu keluar sambil memukul pintu dengan emosi.

"Heran sama tuh anak, cuman perkara cinta doang, elaah!" gumam Jiya, lalu kembali duduk di bangkunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setangkai Akasia [yejeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang