Chapter 1

1.2K 145 31
                                    

Keanehan yang mengerikan

_________________

Harry merasa hatinya tenggelam. Panas dingin merayap di tulang punggungnya ketika makhluk yang dicelupkan ke dalam kuali berubah menjadi sesosok pria yang terlihat lebih tua dari yang dia lihat di kamar rahasia dua tahun lalu.

Itu dia.

Pria yang telah membunuh orang tuanya.

Tapi Harry merasa sangat tidak berguna sekarang. Dia berpikir, apa yang bisa diharapkan dari anak yang baru mendapat empat tahun pelatihan di dunia sihir? Bahkan meski baru dibangkitkan setelah bertahun-tahun, pria itu terlihat lebih kuat darinya. Jangankan menang, bertahan dan pergi dari tempat itu hidup-hidup pun rasanya mustahil.

Cedric yang terbaring di rerumputan setelah diberi mantra pengikat pun hanya dapat menatap dengan ngeri tanpa bisa melakukan apapun. Jiwa Hufflepuff-nya berkata untuk melindungi penolongnya, tapi dia merasa tidak berguna saat ini.

Menundukkan kepala, Harry merasakan keputusasaan mengalir dalam hatinya. Matanya memburan dan tetesan air mengalir membasahi pipinya, tanpa isakan. Kepala terasa kosong dan seolah telinganya secara otomatis membungkam semua suara di sekitarnya.

Dia tersadar ketika dagunya di angkat dan sepasang mata merah tajam menyambutnya. "Kau menangis? Kasihan sekali." Nadanya mengejek, tapi Harry terlalu lelah untuk menjawab.

Tom membenci Harry Potter. Sangat. Baginya, anak itu adalah ksatria Dumbledore yang paling setia yang dapat memutar-balikkan dunia hanya dengan sekali jentikan jari.

Ketika potongan jiwa yang sudah tinggal terlalu lama dalam diary kembali ke jiwa aslinya dan menampilkan kejadian di kamar rahasia, Tom tahu hatinya semakin membenci Harry Potter yang mengangkat pedang Gryffindor tinggi-tinggi bak pahlawan prejudice sejati.

Tapi disini, Harry Potter tengah membuat hatinya gundah. Dia mengakui bahwa kebangkitannya telah membuat mental seorang anak terguncang. Meski Harry jelas bukan anak biasa. Tapi itu tetap tidak membuatnya tenang, terutama karena emerald yang berair itu terlihat lebih manusiawi daripada sapphire yang menjanjikan balas dendam setelah ditolak dari Hogwarts puluhan tahun lalu.

"Kenapa kau menangis?" Cengkramannya pada dagu Harry mengencang. "Jawab aku!"

Harry berjengit kaget. Matanya yang terus menatap Sang Lord Voldemort bergetar ketakutan. Bayangan pemukulan melintas di memorinya bagaikan kaset rusak. Dan sebelum dia sempat menyadari, napasnya telah menjadi tak beraturan.

Tom yang menyaksikan menjadi panik. Dia tahu tanda-tanda itu, dan dengan satu lambaian tongkat anak itu terlepas dari kungkungan patung batu. Memegangi tubuh Harry yang merosot, Tom mengusap punggung anak itu sembari memijat dahinya dengan lembut.

Setelah beberapa saat, Harry jatuh ke pelukan Tom yang bingung dan merasa bahwa segala sesuatu yang dia ketahui tentang anak ini tidak benar. Seolah Harry Potter di kamar rahasia dan Harry Potter ini adalah orang yang berbeda.

Tom berdecak. "Memangnya apa yang bisa diharapkan dari kakek tua manipulatif itu?"

Pandangannya beralih ke wizard muda yang terbaring tak jauh darinya. "Kembalilah lebih dulu, Wormtail. Ada yang harus kulakukan."

Even Blood Loses To WaterWhere stories live. Discover now