Jalan-Jalan

497 53 2
                                    

Arumi terduduk diam mendengarkan Regitta berbicara panjang lebar. Siang ini Arumi berkunjung ke rumah mertua, hal ini karena di rumah sepi dan dia merasa sudah kangen dengan ibu mertuanya itu. Tidak ada maksud apa-apa, tetapi ternyata memang salahnya pergi tanpa membawa Dewo juga.

Sejak malam Arumi sudah mencoba menghubungi suaminya, namun tetap nihil. Pagi tadi juga ia sudah ke studio, tetap saja Dewo tidak ada di sana. Arumi mulai lelah dan berpikir untuk jalan-jalan. Tapi jalan sendirian tidaklah seru itulah kenapa dia berkunjung untuk mengajak sang ibu pergi bersama.

"Gimana sih anak itu?! Sudah menikah bukannya tambah betah di rumah malah kelayapan."

"Mungkin memang lagi sibuk dia, Bun. Jangan diomeli terus di depan Arumi." Adit memberi nasihat. Lelaki paruh baya itu sedang kerja dari rumah dengan pakaian kasualnya.

Regitta memutar matanya jengah, terus saja berucap istighfar dalam hatinya.

"Bunda, Rumi ke sini karena mau ngajak mama jalan-jalan, makanya Mas Dewo gak terlalu penting."

"Setidaknya kamu jangan naik mobil sendiri dong. Dia seharusnya yang nganterin kamu, kemana coba anak itu hari ini?" Ucap Regitta semakin menggebu-gebu.

Adit yang sedang di dapur berseru, "sudah, Bunda mau temani Arumi gak? Jangan ngomel terus, jalan saja daripada suntuk." Kemudian Regitta beranjak dan pergi menuju kamarnya bersiap-siap untuk berjalan dengan menantu.

Lama berselang, Arumi maupun Regitta berjalan sekitaran taman mall setelah berbelanja beberapa barang kebutuhan mereka. Memang untuk melepaskan penat belanja merupakan hal yang tepat. Arumi menjadi lebih tenang setelah semalaman bertanya-tanya keberadaan suaminya.

"Bunda minta maaf, ya, kalau Dewo susah dikasih tahu. Keturunan siapa dia kayak gitu? Pokoknya kalau dia pulang nanti bakal bunda omelin di telepon. Enak saja kamu dibiarin pergi sendirian."

Arumi tertawa kecil, dia beruntung memiliki ibu mertua yang sangat menyayanginya. "Bunda jangan terlalu sering marahin Mas Dewo, Arumi sekarang bisa ngerasain kok, kalo Mas Dewo juga sayang sama Rumi."

Regitta tersenyum, kemudian merangkul Arumi. Regitta telah menganggap Arumi sebagai anaknya sendiri sejak dulu. "Bunda senang kamu jadi istrinya Dewo."

"Rumi juga seneeeng banget jadi istrinya Mas Dewo." Keduanya sama-sama tersenyum, tetap menelusuri taman lebih lama. Namun tiba-tiba Regitta teringat sesuatu.

"Oh, iya!" Arumi menoleh. "Kapan kalian mau honeymoon?"

.

.

.
.

Arumi POV

Aku terdiam. Mendengarnya tidak sanggup menjawab apapun. Rencana itu bahkan tidak pernah terpikirkan olehku. Mas Dewo juga entah kemana tidak ada kabarnya. Kalau Bunda tahu pasti akan terjadi perang. Akhirnya aku hanya tertawa canggung menanggapi pertanyaan itu.

"Apa? Mau kapan itunya? Bunda udah mau banget nih punya cucu."

Aku tersenyum, "bunda, untuk pertanyaan ini lebih baik kalau diomongin sama Mas Dewo juga."

Bunda menghela napas, "susah kalau ngajak anak itu diskusi. Anak itu selalu seenaknya sendiri, entah didikan siapa kayak gitu. Padahal bunda udah bener loh didiknya,"

Ponselku berbunyi, menginterupsi perkataan panjang bunda dan melihat si penelponnya adalah Mas Dewo. Jantungku berdebar. Kenapa? Kenapa baru sekarang?

"Itu anaknya, angkat cepat. Sekalian bunda mau omelin." Dan aku mengikuti perkataan bunda.

"Hallo, Mas."

"Masih di mall sama bunda?"

"Eh, kok Mas tahu?"

"Gue lagi di rumah bunda. Pulangnya jangan kesorean, gue tungguin. Lo pulang sama gue, mobilnya diinepin di rumah bunda aja."

"Gak apa kok, Mas. Aku masih bisa pulang nanti sendiri, kalo Mas Dewo masih sibuk gak apa aku pulang sendiri."

"Gue maunya pulang bareng lo, Rumi. Gue juga mau kasih penjelasan ke lo malam ini."

Penjelasan? Apa maksudnya?

"Dewo!" Seru bunda sedikit keras, membuat aku terkejut.

"Mas, bunda mau bicara." Kemudian aku memberikan ponselku ke bunda.

"Kemana aja kamu? Arumi ke rumah bukannya dianterin. Jangan biarin istri keluar sendirian, pamali. Terus jangan terlalu sibuk di kerjaan, sekali-kali kasih waktunya buat keluarga." Omel bunda panjang lebar. "Kamu ini ya, belum punya anak saja sudah seperti ini gimana kalau punya anak. Jangan sampai kamu gak ada waktu buat anak juga ya, bunda bakal jitak kepala kamu." Yah, begitulah bunda kalau sudah marah kepada Mas Dewo. Maaf ya, Mas... Memang harusnya aku tunggu kamu dulu, baru kita ke rumah bunda berdua.

.
.

.

.

Update lagi deh....🙇🏻‍♀️

Marriage Life | Yoon DowoonWhere stories live. Discover now