Pagi harinya, Jaemin justru mendapat kejutan akan kedatangan Hyunjin yang tiba-tiba berada di Villa. Sosok itu sedang berdiri di pintu masuk sambil menenteng ranselnya. Tersenyum jenaka melihat Jaemin yang tampak masih shock. Sambil malu-malu dia menggenggam tangan Hyunjin. Soalnya mereka baru jadian beberapa hari, mana berani menjurus ke hal lebih.
"Kangen nggak?" Tanya Hyunjin, menangkap senyum malu-malu dari raut wajahnya.
"Kangen apa, kangen band?"
Masih bisa-bisanya Jaemin manyun dan sok ngambek gitu. Ekspresi yang selama ini gak pernah ditunjukkan ke siapapun kecuali bundanya.
"Gak usah manyun Na, entar gue khilaf."
"Khilaf juga gak papa."
Oke biarkan pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara itu menikmati harinya disini.
Jelasnya keberadaan Hyunjin di sini, membuat mood Jaemin melesat naik. Dia tidak segan-segan menguasai dapur, memasak makan siang buat mereka berdelapan. Dibantu Haechan yang nampaknya sudah melupakan kejadian semalam. Jaemin sudah berharap liburan kali ini akan terasa sempurna. Bersenang-senang, ke pantai bersama Hyunjin, atau sekedar menikmati sunset berdua. Ah, benar-benar sudah lama dia tidak merasakan perasaan seperti ini.
"Hyunjin itu pacar lo yah?"
Renjun membuka suara yang disambut anggukan olehnya. Sosok yang sedari tadi hanya sibuk berfoto tanpa repot-repot angkat tangan membantu masak.
Mark, Jeno dan Jisung sedang bermain volly di pantai sedangkan Hyunjin sibuk bermain game sendirian di ruang tengah, barangkali masih belum begitu akrab dengan Jung bersaudara. Sementara Renjun adalah orang yang tak melakukan apa-apa sejak tadi. Bahkan Chenle yang kecil saja ikut berpartisipasi. Memasak air contohnya.
"Kayaknya gue pernah ketemu cowok lo deh?" Ujarnya lagi yang kali ini kelihatan serius.
"Iyalah, lo kan satu alumni sama dia?" Tukas Jaemin jengkel. Renjun itu teman satu sekolahnya Jeno, sudah jelas jika dia teman satu sekolahnya Hyunjin juga.
"Kalau itu gue tahu." Renjun berusaha mendekat ekspresinya seakan dia menimbang-nimbang sesuatu.
"Lo ketemu dia di kampus? Anak Industri dia." Renjun menggeleng cepat. Membuat Jaemin jadi curiga.
"Biar gue ngomong sama Jeno aja nanti?"
Apaan sih? Dasar gak jelas!
Sosok manis itu menggelenggang begitu saja. Mendatangi Jeno yang asyik bermain volly dengan saudara-saudaranya. Tanpa Jaemin peduli, dia pun melanjutkan masaknya, ketika datang Haechan dan Chenle dari supermarket terdekat.
Baru satu setengah jam kemudian, semuanya tersaji di atas meja. Chenle yang bertugas memanggil semuanya berkumpul di meja makan.
"Masakan Kak Jaemin nih?" Jisung pertama tiba disusul oleh kedua kakaknya menuju meja makan.
"Masakan Lele juga dong?" Sahut kekasihnya.
"Nggak usah ngaku-ngaku Le, elo bedain garam sama gula aja masih bingung."
"Yehh... Kalau gak percaya tanya aja sama Kak Jaemin." Chenle mengerucut lucu. Tapi Jisung mana peduli. Sepertinya hubungan keduanya dalam konteks hate relationship. Chenle yang terlalu mencintai Jisung, Jisungnya tidak. Tapi tidak menepis bahwa keduanya masih peduli satu sama lain.
"Jadi dimasakin juga dong guenya?" Itu kata Hyunjin. Hampir semua yang ada disana bisa melihat bagaimana merahnya wajah Jaemin mendengar ungkapannya.
"Duduk aja Kak Hyunjin. Tuh disamping Kak Mark." Chenle menunjuk satu-satunya kursi kosong disana.

YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanfictionJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...