Crush; 17

140 25 19
                                    

Adena bernapas lega saat ia berhasil sampai di lorong, saat itu pula hujan langsung berjatuhan dengan deras. Ia jadi tidak terlalu basah.

Ia berjalan seraya menggosok-gosokan telapak tangannya. Bahkan sweater yang ia kenakan, tak cukup mampu menghangatkan tubuhnya.

"Hai, Adena."

"Eh, hai, Kak!"

Adena membalas ramah sapaan dari beberapa Kakak Kelasnya, beberapa lagi hanya memberikan senyum ramah, tentu dibalas Adena tak kalah ramah.

Adena kembali tersenyum ramah saat melihat beberapa Kakak Kelas, tapi mereka hanya cuek.

Adena acuh. Ini bukan kali pertama, beberapa Kakak Kelas seperti itu. Yang penting ia sudah ramah duluan. Kata Mama, selalu tebar Senyum, Sapa, Ramah. Dan Adena selalu melakukannya dengan baik.

Adena memicingkan matanya, melihat sesuatu.

Tepat di depan kelasnya. Irga berdiri dengan tegap, tangan yang ia masukan dikantong celana, kacamata hitamnya yang bertengger dihidung, sudah dapat dipastikan wajahnya pasti sangat songong.

Tidak lama, terlihat lelaki itu bergidik kedinginan, lalu segera memasuki kelas. Adena tertawa sinis. Dasar tidak waras.

"Pinter banget make sepatu putih."

Adena yang baru memasuki kelas, menoleh ke arah sepatunya setelah mendengar ucapan Irga.

Adena mengernyit. "Kenapa?"

"Cuman hari Jum'at yang boleh make sepatu bebas. Sekarang hari apa?"

"Rabu?"

"Tuh. Kena sita mampus lo!"

Adena mencebik, duduk dikursinya. "Emang bakal ada razia?"

"Gak tau sih. Tapi lo terlalu berani."

"Lo nya aja yang terlalu takut."

Irga mendengus. Tak mau meladeni Adena lagi. Ia kembali ke luar.

"Minjem kacamata dong, Ga! Gue mau foto!"

"Di laci!"

Adena beranjak, mencari barang yang dicarinya.

"Ga? Gak bareng Zura?" tanya Adena, sedikit berteriak karena hujan semakin lebat.

"Enggak. Papanya pulang."

Adena mengangguk saja. Irga memang tidak akan menjemput Azzura jika Papa dari gadis itu ada di rumah, tentu Azzura akan merengek, minta diantar-jemput oleh Papanya, sekalian melepas rindu, katanya. Papa Azzura memang jarang berada di rumah. Hingga hanya ada Ibunya, Kakak laki-laki Azzura, Azzura dan satu adik perempuan di rumah.

Irga kembali masuk ke kelas. Berada di luar ia kedinginan, berada di dalam matanya sepet melihat Adena yang masih asyik dengan kacamatanya.

"Yang lain mana sih? Jangan bilang pada gak sekolah berjamaah lagi," ucap Irga.

Tidak lama Sera dan Hana datang.

Irga mencebik. "Yang cowok pada kemana sih?"

"Berisik lo ah. Dichat, lah! Buat apa kuota banyak, wifi sekolah lancar, kalo gak lo gunakan dengan baik?"

"Iya, juga," ucap Irga baru sadar, lalu mengambil ponselnya.

Irga kembali berucap, "Gak ada jaringan. Wifi juga cuma segaris."

Adena mendengus. "Terserah lo. Ges, foto yuk!" ajak Adena pada dua gadis di belakangnya.

"Jangan ganggu gue! Nanti gue lupa sama alurnya," peringat Hana, matanya tetap fokus pada novel dimejanya.

Crush✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang