[chapter two]

308 14 0
                                    

Keesokan harinya, Ji-a dan Irene kembali makan siang bersama dengan Sangkara dan teman-temannya. Namun saat Irene menghampiri mereka, ada sesuatu yang aneh. Kenapa mereka cuma berdua?

"Loh, Kak Heesa ke mana? Kok gak ada?" ucap Irene sambil duduk di hadapan Jake yang seperti biasa, sedang bermain game.

Sangkara yang terkejut karena mendengar pertanyaan Irene langsung menutup mulut, "Lo suka ya sama dia?!" tanya Sangkara dengan nada bersemangat.

Irene yang tak kalah terkejut langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali, membantah pertanyaan Sangkara dengan cepat.

"Jangan ngaco ya!" ucapnya dengan nada yang agak meninggi. Ji-a hanya memperhatikan dengan wajah heran, mereka baru kenal kemarin tapi kenapa sudah ribut?

"Tapi serius deh, Kak Heesa ke mana?" kali ini giliran Ji-a yang bertanya, "Sayang? Aku gak nyangka sih.." jawab Sangkara, oke kali ini kekasihnya sangat lebay.

"Apasih, kan nanya doang, emangnya kalo nanya udah pasti suka? Kamu tuh-"

"Sialan, lo pada berisik gue jadi kalah kan." teriak Jake sambil membanting handphonenya, mereka bertiga langsung terdiam sambil melihat ke arah Jake dan menggelengkan kepalanya secara bersamaan.

"Jake, kita ke dokter yuk, mau yah? Sama om sini," ucap Sangkara sambil mengelus pundak Jake dengan lembut, bermaksud menggoda,

"Najis ih, Sangkara bajingan lo," balasnya sambil agak menjauh dari Sangkara dengan wajah geli.

Mereka semua tertawa, memang perkumpulan mahasiswa yang aneh. Namun, Irene masih penasaran, ke mana Kak Heesa? Bukannya mereka selalu kumpul bareng?

Jake yang menyadari Irene dengan wajah penasaran, langsung berhenti tertawa. "Lo tunggu aja, pasti nanti juga tau," ucapnya singkat yang hanya dibalas dengan anggukan kepala Irene.

"Test, test."

Irene menengok mencari sumber suara, tidak ada. Jake yang melihat Irene langsung mengarahkan matanya ke speaker yang terletak di sudut kampus. Oh, itu dari speaker kampus.

"Halo, welcome. Lama ya gak denger suara gue?"

Gadis itu sedang mencerna sesuatu, suaranya terdengar sangat menenangkan, sepertinya ia pernah mendengar suara ini, namun ia lupa.

Gadis itu sedang mencerna sesuatu, suaranya terdengar sangat menenangkan, sepertinya ia pernah mendengar suara ini, namun ia lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca yang berawan dan angin yang berhembus, membuat suaranya semakin nyaman untuk di dengar. Suasana kantin yang tadinya ricuh, perlahan menjadi tenang memberi atensi pada sumber suara. Bagi mahasiswa lama, ini adalah suara yang mereka rindukan. Namun bagi mahasiswa baru, ini adalah suara yang mengejutkan.

Terlepas dari semua itu, mereka tahu bahwa suara ini sangat menenangkan. Gadis itu meminum es kopi yang ia pesan, sambil menunggu sang pemilik suara berbicara.

are we, in love? // Heeseung (ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang