Tidak Mengerti

19 3 0
                                    

Hibari tengah bersantai diwaktu istirahat. Segelas teh temani heningnya siang itu. Kedua mata terpejam usai menyesap minuman hangat. Suasana nan tentram dan damai ini mampu menjernihkan pikiran dari penatnya pekerjaan.

Sunyi dipecah oleh ketukan pintu. Suara Kusakabe sayup terdengar dari luar. "Kyo-san, istri anda datang mengunjungi."

"Masuk." Tanpa pikir panjang — tentu saja dia izinkan (Name) masuk.

Perempuan berambut (Your Hair Color) itu tersenyum getir, memasuki ruang kerja Hibari, kemudian duduk dengan tak nyaman. Dia menundukkan sedikit kepala, menyembunyikan wajah pucat dan lesunya.

"Maaf sudah ganggu waktu makan siangmu.." katanya membuka percakapan.

"Tidak mengganggu." Hibari berlutut di depan (Name), menggenggam jemari putih kecil itu. Kepalanya mendongak, raut wajah terlihat khawatir meski tak kentara. "Ada apa? Sakit?"

(Name) mengangguk. "Bukan fisik." Hibari mengerti maksudnya. "Boleh minta peluk?"

"Boleh."

Belum sedetik usai dijawab, badan sang Tuan langsung didekap erat.

"Sebentar aja."

"Tidak masalah kalau lama." Hibari mengusap lembut punggung (Name). Sesekali tangan besarnya menepuk-nepuk rambut si nona, menenangkan. "Kenapa?"

"Capek.." (Name) menghela napas. "Kepalaku berisik sekali.."

Bibir bergerak mengecup pelipis — dahi wanitanya berulang kali, seolah mengusir segala pikiran buruk nan bersarang di sana. Tangan besar Hibari sibuk menyisiri rambut (Name) yang sedikit berantakan.

"Kyoya, kau capek tidak sih denganku?" Pertanyaan ini sering sekali didengar Hibari dan tidak pernah pula ia lelah menggeleng. "Kok bisa sih nggak capek? Aku aja capek," kata (Name) sedih.

"Karena aku menyayangimu."

(Name) mendongak, menatap mata sendu Hibari. "Aku juga menyayangimu."

Pandangan Hibari melembut. "Kau sendiri?"

Ragu-ragu si nona menjawab, "Sedikit."

"Baguslah." Ia mengelus lembut puncak kepala (Name). "Jaga dirimu."

"Ada Kyoya yang sudah menjagaku!"

"Perhatikan dirimu."

"Uhh.. kau tidak mau perhatikan?"

"Aku memperhatikan." Hibari menangkup pipi (Name). "Tapi kau juga harus."

"Iya.."

"Berikan porsi orang lain untuk dirimu."

"Susah.."

"Pelan-pelan."

(Name) hanya diam, tak menanggapi. Dia kembali memeluk Hibari seerat mungkin. "Kau sayang padaku?"

"Tentu saja."

"Terimakasih.."

Hibari menghela napas maklum. "Apa yang kau rasakan sekarang?"

"Disayangi."

"Sebelumnya?"

"Takut dibenci." (Name) menjauhkan sedikit jarak mereka agar bisa saling menatap. "Jangan pernah benci aku, okay? Kalau kau membenciku, nanti siapa lagi yang menyayangiku?"

Terkadang dia juga tidak mengerti kenapa kepala perempuan itu dipenuhi rasa takut dan cemas yang tidak jelas alasannya.

Day by Day - (Hibari Kyouya x Reader)Where stories live. Discover now