satu

477 55 5
                                    

Sore hari menjelang gelap kedua anak lelaki terlihat berlarian bersama menyusuri hutan yang tak jauh dari rumah mereka berasal. Menikmati suasana hutan saat warna jingga mulai terganti gelap sedikit demi sedikit.

Membuat salah satu anak bermata sipit seperti kucing tak menyadari tanah yang ia pijak saat mengalihkan pandangannya kepada sang langit. Mengakibatkan nya terjatuh seketika ketanah.

Srettt

"Aduhh."

Suara kesakitan terdengar serta membuat anak lelaki berpipi gembil didepan menoleh.

"Eh? Won.."

"Bang Uno sakit huee."

"Kok bisa jatuh sih? Kamu gapapa?."

K-kwekk kwekkk

Pandangan keduanya teralihkan mendengar suara tidak asing dibelakangnya.

Ah ternyata ini penyebab jatuhnya sang adik.

Segera mereka mendekati makhluk berwarna kuning yang sepertinya sedang kesakitan.

Dipegangnya bulu bulu kuning tersebut dengan pelan oleh sang abang. Dan mengangguk ketika melihat adiknya bertanya lewat tatapan.

"Lucu banget, eh tapi bang itu kaya darah." Sang adik menyadari ada bercak merah dibagian sayap kecil bulu kuning tersebut.

"Astaga dia kayanya lagi sakit Won."

Keduanya berpandangan dengan bingung harus bagaimana.

"Bang kita bawa pulang dulu aja yuk kasian."

Melihat anggukan dari abang nya ia langsung menjulurkan kedua telapak tangan kecilnya kepada bulu kuning mungil, yang langsung didatangi dan duduk dengan nyaman dikedua telapak tangan anak kecil bermata kucing itu.

Membuat abang adik tersebut tersenyum dengan sayang memandangi objek bulu kuning yang seperti terlalu nyaman dan berakhir tertidur.

Segera saja keduanya pergi dari tempat tersebut dan berjalan pulang kali ini dengan pelan dan melupakan rasa sakit saat sang adik tadi terjatuh.

.

.

.

.

Keduanya memasuki rumah dengan bangunan yang terlihat sudah tua, setelah sampai dan disambut dengan keempat abang yang menunggunya dengan raut muka hampir marah tapi segera terganti menjadi lembut ketika melihat bulu kuning ditangan adik bungsu nya serta mendapati tatapan mematikan dari salah satu adiknya dengan satu jari dimulut.

"Itu kenapa?"

"Abang nenek sama kakek dimana?"

"Didapur kenapa?"

Tak mendapat jawaban malah keempat nya ditinggal masuk salah satu kamar yang digunakan. Dengan hati hati makhluk kecil berburu kuning tersebut diletakkan diranjang.

"Eh berdarah?"

"Kenapa itu dek?"

"Kamu yang buat gitu?"

"Kasian ih obatin dulu."

Tak mendengar keempat nya tetapi kedua anak tadi malah keluar dari kamar dan sibuk mencari alat kesehatan yang mungkin ada disalah satu tempat.

Lama tak juga menemukan benda yang dicari adik bungsu kembali kekamar.

"Bang kotak obat dimana sih?"

"Bilang dong kan abang bawa dari rumah."

Happy With YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora