Prolog

444 55 0
                                    

"Ah, Liam aku takut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ah, Liam aku takut. Aku hampir saja mati..." Seorang wanita cantik berlari ke dalam pelukan kekasihnya dengan tubuh bergetar.

Semua orang dapat menyaksikan seorang pelayan yang sudah terbujur kaku di lantai dengan cairan hitam yang keluar dari mulut disertai wajah pucat. Putra mahkota mengeratkan urat-urat lehernya, arah tatapannya tertuju pada seorang wanita yang tak menunjukan rasa bersalah sedikitpun.

Semua orang di ballroom itu tahu, perbuatan Lady Charlotte yang berusaha meracuni kekasih Putra Mahkota karena sebuah kecemburuan. Wanita yang baru saja menginjak usia kedewasaannya itu telah mencoreng nama baik keluarganya sendiri.

"KURUNG PUTRI CHARLOTTE KE PENJARA BAWAH TANAH!" titah tegas seorang laki-laki dengan mata memerah bengis menatap penuh benci ke arah perempuan yang tengah menangis tersedu-sedu.

Di sebelah lelaki itu terdapat seorang wanita yang bersembunyi takut dan menampilkan diri setengah badan.

"Liam!" Wanita itu berteriak dan memberikan tatapan memohon untuk pertolongan pada tunangannya. "L-Lepas!" Wanita itu berusaha melepaskan cekalan kuat dari pengawal.

Seluruh mata menyaksikannya, di mana seorang Lady dari keturunan bangsawan besar Grand Duke Lewinsky sedang di tahan karena kasus percobaan pembunuhan terhadap kekasih sang Pangeran. Wanita itu menatap dendam pada kekasih Pangeran yang hanya bersembunyi takut di sana.

"Liam! Aku adalah tunanganmu! L-lepas! Jalang itu telah menggodamu dan mengambil semuanya dariku! Hubungan kita baik-baik saja, tapi setelah Wanita rendah dan murahan itu datang--"

"CUKUP CHARLOTTE!" William berteriak mengisi keheningan yang terjadi di aula.

"Dari awal pertunangan kita hanyalah perjanjian politik! Aku tidak sedikitpun pernah mencintaimu!" tegas William dengan tatapan dingin serta menjijikan yang ditujukan kepada Charlotte.

Mata Charlotte membulat lebar kemudian memanas. "Will-Wiliam--"

"Bawa Putri ke penjara, cepat!" titah sang Pangeran semakin murka dibuatnya.

"WILLIAM, TIDAK! KUMOHON DENGARKAN AKU---emm!" Suara nyaring dari Charlotte sukses memenuhi ruangan ballroom kerajaan, semua orang memperhatikan semua kejadian pada Charlotte yang di seret paksa oleh pengawal.

"Will, aku takut," cicit Tifana, sang kekasih Putra Mahkota.

"Sttt, tenanglah aku disini." Putra mahkota membawa kekasihnya itu ke dalam pelukan.

"Aku berjanji akan selalu melindungimu, Tifana. Dan menghancurkan lalat-lalat yang mengganggu hubungan kita." William bergumam lembut, berpegang teguh akan menjaga belahan hatinya dengan segenap jiwa raga.

"Bawa Tifana ke ruang istirahat!" Putra mahkota berteriak ke arah maid yang bertugas menjaga Tifana.

"Liam..."

"Tak apa sayang, Aku harus mengurusi hal lain yang cukup penting. Tenangkanlah dirimu dulu, aku berjanji akan kembali secepat mungkin dan menemuimu setelah semuanya selesai." William membelai lembut pipi sang kekasih. Tifana mengangguk tipis.

"Jaga Tifana." titah Putra Mahkota dingin.

Putra Mahkota langsung turun tangan mengurusi permasalahan Charlotte untuk langsung dihukum mati.

Saat itu Charlotte tidak mendapatkan bantuan maupun pengakuan dari pihak manapun selain dari keluarganya. Pidana di tetapkan kepada Charlotte karena telah berusaha membunuh kekasih Putra Mahkota, lambat laun diringankan dengan dalih kekasih Pangeran belum resmi menjadi Putri Mahkota maupun Calon permaisuri. Dan Tifana Deker hanyalah anak dari seorang Baron.

Pada akhirnya pertunangan Charlotte dan William di cabut dan hukuman untuk Charlotte adalah pengasingan di wilayah Siberian.

Charlotte berhasil di pulangkan. Duke Lewinsky sukses terkena serangan jantung dan hampir mati karena stress memikirkan hilangnya separuh kekayaan Lewinsky karena ulah putrinya yang terjadi pada malam kedewasaan di ballroom Istana.

Charlotte tidak diizinkan untuk keluar kamar sedikitpun. Berkali-kali gadis itu berusaha bunuh diri karena telah di tinggalkan Putra Mahkota.

***

"Haah, cukup."

Seorang manusia menutup laptop kasar dan menjauhkannya sejauh mungkin karena rasa pusing melanda di saat-saat yang salah. Baru saja selesai menulis sebuah cerita tentang isekai romantis tetapi otak sudah mentok tidak tau lagi harus menulis apa.

"Sakit kepala disaat yang salah! Padahal aku ingin membuat Charlotte sangat menderita, aduh pasti Tifana bakalan bahagia selalu setelah penderitaan yang panjang!" Manusia itu terkikik sendiri dan kembali mengaduh saat kepalanya berdenyut.

"William Opellium..."

"Pria tampan, lembut, manis, kaya, dan perkasa!BENAR-BENAR PRIA IDAMAN, TANGANKU MEMANG MAHIR MENGETIKNYA!" Manusia itu berteriak histeris sendiri.

"Ya Tuhan aku ingin masuk ke dalam dunia isekaiiii! Aku ingin jadi tokoh utama yang punya cowok sana-sini , di posesif-in, di sayang-sayang sampe mampus, snu-snu terus punya anak yang lucunya minta ampun kayak boneka. Aku mau masuk isekaii!" Manusia nolep abadi, mandi sekali sehari dan bau bawang itu sibuk berguling-guling di lantai sambil meng-halu masuk isekai.

"Ugh--?"

Tiba-tiba merasakan nyeri di bagian perut yang sangat teramat sangat sakit. Baru diingat bahwa dirinya belum makan tiga hari mengakibatkan maag yang suka kambuh seperti biasa.

"Siala---!"

Kemudian pandangan manusia itu memburam dan gelap.



_WhAt Y0u® w1$h?_


"Masuk isekai!"

"Masuk isekai!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Hi, this is my new project fantasy romance. I hope y'all will like it<3

Genrenya mau
Komedi/angst?

My Novel Destiny [End]Where stories live. Discover now