#4 Farming

185 35 0
                                    

"Apa aku bisa membantu kalian menanam tanaman ini, boleh ajarkan aku caranya?" Charlotte menunjuk pada tanaman ubi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa aku bisa membantu kalian menanam tanaman ini, boleh ajarkan aku caranya?" Charlotte menunjuk pada tanaman ubi.

Warga desa yang tadinya mencoba menjaga jarak dari Charlotte karena mendengar desas-desus Charlotte merupakan anak dari bangsawan atas, kini mereka mulai mendekati Charlotte karena penasaran ketika Charlotte lebih dulu mendekati mereka.

"Nona cantik, apakah anda ingin bercocok tanam bersama kami?" Seorang petani wanita bertanya ramah kepada Charlotte, gadis itu mengangguk dua kali antusias.

"Tanah disini sedikit becek karena baru saja terjadi hujan tadi malam. Apakah Nona tidak apa-apa?" Yang lainnya sedikit merasa sedikit enggan terhadap Charlotte.

"Betul! Nanti pakaian kakak cantik bisa kotor." sahut seorang anak perempuan yang ikut berkebun.

Charlotte tersenyum kecil, "Panggil saja aku Lottie, berbicara santai saja kepadaku. Aku ingin belajar untuk bercocok tanam bersama kalian karena aku baru saja diasingkan ke desa ini. Aku tidak tau harus berbuat apa di rumah, jadi aku pikir kalian tidak keberatan jika aku ikut bergabung..."

"Tentu! Kakak boleh bergabung bersama kami!" anak perempuan yang tadinya sedikit enggan kepada Charlotte kini mulai menarik tangan Charlotte untuk bergabung.

Charlotte bisa merasakan lumpur pagi hari yang sejuk mengenai sepatu boots-nya. Gadis itu tertawa ketika anak perempuan kecil itu terus bermain-main dengannya. Beberapa warga desa juga mulai mengakrabkan diri dengan keberadaan Charlotte.

"Yang ini Ubi Jalar, kami juga menanam singkong disini. Oh, tanaman yang berduri dan buahnya merah adalah buah naga. Buahnya enak dan manis!" Anak perempuan itu terus menarik tangan Charlotte dan mulai menunjuk satu-satu tanaman yang tersedia di kebun sambil memperkenalkan nama tanaman itu kepada Charlotte.

Charlotte menikmatinya.

"Wah, buah yang besar itu apa?"Charlotte menunjuk pada sebuah tanaman berbuah bulat dan hijau.

Anak kecil itu terkikik, "Itu semangka, buahnya berwarna merah lembut tapi kulitnya keras sekali!" jawab anak tersebut antusias karena bisa menjawab pertanyaan Charlotte.

"Keren!" Charlotte bertepuk tangan.

"Hoho, iya dong!"

"Hyori, jangan mengganggu Kakak Lottie," tahan sang Ibu.

Anak perempuan bernama Hyori itu langsung memasang cengiran wajah tanpa dosa. Charlotte hanya tersenyum geli memaklumi, "Tidak apa-apa."

"Sini, Lottie akan ku perkenalkan kepada Jake. Dia anakku laki-laki yang pertama, dia yang akan mengajarimu bertani di sini." Ibu tadi mendorong tubuh Charlotte menuju perkebunan yang lebih luas lagi belum ditanami apapun. "Tenang saja, Jake adalah anak yang baik."

Charlotte tau ini adalah dalih ibu-ibu kuat untuk mendorong anaknya mendapatkan jodoh yang lewat di pinggir jalan. Awalnya ia hanya berniat bercocok tanam karena merasa bosan berada di rumah dan mulai ingin mengenalkan diri ke lingkungan masyarakat luas. Entah angin apan yang mendorong Charlotte untuk berada di situasi ini.

Charlotte merasa canggung ketika dihadapkan dengan Jake yang sibuk memilih bibit untuk di tanam. Ketika Jake berbalik, tampaknya agak sedikit terkejut saat melihat Charlotte.

"Woah, hai?" Jake tersenyum manis sambil membawa bibit tanaman pangan dalam pelukannya.

Charlotte mengusap lengannya kikuk memandang lurus ke arah mata Jake, "Hai, boleh aku belajar bertani bersamamu?"

"Tentu saja boleh, ayo ikuti aku." Jake memberi arah tatapan mata pada lahan kosong. Charlotte mengerti dan mulai mengikuti Jake.

"Kau orang baru ya di sini? Aku baru pertama kali melihat orang secantik dirimu di desa ini." Jake membuka percakapan pertama kali. Pria itu menoleh sambil memberikan senyuman percaya dirinya.

Charlotte terdiam sebentar untuk menerima ucapan Jake sebagai bercandaan biasa karena selama ini Charlotte diperlakukan secara terhormat entah mengapa rasanya sedikit tidak nyaman. "Ah, terimkasih...?"

'Brengsek, mengapa aku harus bertemu pria brengsek di mana-mana!' batin Charlotte menjerit dalam hati karena sudah tidak tahan.

"Apa kau sudah memiliki pacar atau tunangan? Jika tidak keberatan--"

Slap!

Bruk!

"Akh!"

Semua bibit tanaman yang akan ditanam mulai berhamburan di atas tanah kering. Jake mulai memunculkan urat-urat nadinya dan menjadi marah karena ada orang yang dengan sengaja menyenggolnya hingga semua bawaannya berserakan.

"Sialan--!"

Jake menoleh memastikan siapakah orang yang menabraknya dengan brutal. Tetapi, tidak ada seorangpun di sekitarnya.

"Wanita tadi kemana?" Jake bertanya-tanya sendiri dan mulai merasa merinding. "Sialan, hantu setelah hujan turun itu beneran nyata bukan mitos belaka. Aku harus cepat-cepat pergi dan memberitahu yang lain!"

Jake berlari dengan gemetaran meninggalkan benih yang berserakan tadi.

"Ayo kembali."

Charlotte dan Alphen mulai mengeluarkan diri dari balik kebun jagung yang sudah tinggi rumputnya. Pria itu berjalan lebih dulu meninggalkan Charlotte di belakang, gadis itu tersenyum penuh arti dan mulai mengejar Alphen.

"Kau menyelamatkan ku?" Charlotte menaruh tangannya di belakang dan mensejajarkan langkahnya dengan Alphen.

"Tidak."

Charlotte tersenyum penuh arti, "Kalau tidak kenapa tiba-tiba menyeretku dan bersembunyi dari Jake?"

Alphen mulai menghentikan langkahnya. "Dengar, Putri. Saya tidak peduli apapun yang terjadi pada anda, yang terpenting bagi saya adalah anda tidak membuat masalah baru di sini." Pria itu berkata dingin melanjutkan langkahnya meninggal Charlotte dengan langkah cepat.

Charlotte mengerucutkan bibirnya sebal. "Ku kira aku akan mendapatkan teman," cicit Charlotte sedih.

Berjalan kesal, kembali pulang ke kediaman alias rumah yang akan ditempatinya selama 5 tahun ke depan.

"Oh, aku belum mengucapkan terimakasih...!" Charlotte segera mempercepat langkahnya mengejar Alphen namun Charlotte tak dapat menemukan pria itu dimanapun. Menoleh ke kanan dan kiri yang ia dapati hanyalah warga desa yang sedang lewat.

"Dasar pria aneh!"

"Dasar pria aneh!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

My Novel Destiny [End]Where stories live. Discover now