3. Laut

1.2K 101 3
                                    

Laut pernah berkata, jika dirinya merasa lelah dengan dunia ini, Ia akan pergi ke dermaga dan menikmati pemandangan pantai. Hal itu terjadi sekarang, dirinya merasa sangat lelah. Alih-alih bayangan tentang Kanara selalu menghantui pikirannya akhir-akhir ini.

"Kamu siapa sih Ra?. Kenapa lo selalu terlintas dalam otak gua?." Kata Laut, mukul kepalanya keras.

"Tolong....."

Suara itu, suara yang tidak asing bagi cowok itu. Laut menoleh kala Kanara berlari kearahnya, dengan wajah cemas. Lalu menarik tangannya. Apa yang sedang terjadi?, cowok itu tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Kehadiran Kanara, Ia tidak menduganya.

Gadis itu berhenti lalu mengatur nafas pelan, Mungkin jika tidak ada Laut Ia harus meminta tolong kepada siapa disaat Tian mengejarnya. Tapi, jika dipikir-pikir untuk apa gadis itu meminta tolong kepada cowok culun seperti Laut?.

"Lo kenapa?" Tanya Laut dengan wajah datar.

"Ikut gua!!!, nggak usah banyak tanya" jawab Kanara, lalu menarik kerah baju cowok disampingnya.

mereka berdua berlari seakan-akan mereka tengah di kejar polisi atas tuduhan pencurian. Kanara membuka pintu gudang darmaga, lalu menutup gudang tersebut. Gadis itu menghela nafas lega, bebas dari Tian.

"Akhirnya aman, Tian tidak akan mungkin menemukan kita disini."

Sementara Laut, cowok itu menggaruk tengkuk, bingung dengan semua ini. Saat hendak berbalik Kanara membulatkan mata.

"Ngapain lo disini, wah lo ngikutin gua ya Lun?, parah ga lucu."

Laut mengerjap. Memutar bola mata malas, lalu melipat kedua tangannya pada dada.

"Bukannya lo yang nyeret gua sampai kesini?, dasar cewek aneh!"

Kanara cengengesan, menunjukkan deretan giginya yang rapi. Gadis itu memukul kepala pelan, mengapa Ia harus mengikut sertakan Laut dalam masalah ini, bisa-bisa cowok itu akan terlibat semakin dalam.

"Lo nggak usah banyak tanya deh!, gua lagi gelisah galau merana, Tian ngejar gua....." Ucap Kanara.

"Sampe dermaga?" Tanya Laut.

"Dia mau balas dendam sama gua, perilah kejadian tadi siang di sekolah, gua takut jadinya gua lari...." Terus terang Kanara.

Laut tidak mengublish. Memandang luar jendela, pemandangan yang indah.

"Kenapa jam segini lo pergi ke pantai?" hanya Kanara.

"Gua?" Tunjuk Laut pada dirinya sendir.

"Iyalah masa setan" Gadis itu memutar bola mata malas.

kanara tidak habis pikir dengan cowok culun ini, Laut tidak semenarik itu, bahkan sampai detik ini Tian masih manjadi pemenang hatinya di 2021.

"Gua sesuka itu kepada pantai" ucapnya, lalu mengambil gitar yang berada dalam tas di punggungnya.

"Hhha, satu kesatuan yang menarik, namanya lo Laut dan lo suka ke pantai." Gadis itu tertawa kecil.

Cowok itu sudah terbiasa ditertawakan oleh banyak orang, namun kali ini entah kenapa dirinya merasa tidak tersinggung sama sekali. Malahan Ia sangat bahagia melihat bagian dirinya bisa menjadi jasa tertawa Kanara.

Bahagia lo, juga kebahagiaan bagi gua Ra.

Tidak mungkin!!. Mana mungkin ini yang dinamakan cinta, Ia dan juga Kanara baru dua hari bertemu bahkan sebelumnya Laut tak pernah melihat kanara. padahal Ia dan kanara sama-sama bersekolah di SMANIC. Namun, mereka dipisahkan oleh jurusan, Laut yang mengambil jurusan seni dan kanara yang mengambil jurusan ips.

Bahkan, Laut pun tidak menyangka dirinya akan bisa bersekolah di SMANIC yang notabenya sekolah favorit juga sekolah berkelas dikalangan orang kaya. Rata-rata para siswa di SMANIC merupakan keturunan orang mampu. Tetapi Laut?, cowok itu hanya bisa mengandalkan beasiswa juga kepintarannya.

"Akhirnya Tianjing pergi juga!" Ucap Kanara, lalu berjalan pelan kearah pintu dan membuka pintu gudang. Tapi Tuhan berkata lain, Ia harus terjebak dengan cowok culun seperti Laut.

Laut yang menyaksikan Kanara kesusahan itu pun berniat membantu gadis itu, "Biar gua saja yang buka Ra" ucapnya.

"Mundur Ra, gua mau dobrak pintu ini" ucap Laut mencoba mendobrak pintu didepannya, beberapa kali Ia mendobraknya namun Ia selalu gagal. Pintunya tidak mau terbuka. Gadis itu hanya bisa menyaksikan.

Kanara mendengus. "Lemah lo culun" gadis itu menghembuskan nafas dan menyandarkan punggung pada tembok dermaga.

Mungkin bantuan akan segera datang, Kanara dan Laut memilih untuk duduk sembari menunggu ada orang yang melewati pintu untuk mereka minta bantuan.

Matahari sudah mulai tenggelam yang hanya menyisakan senja. Malam membuat cowok itu ingin menulis rindu, bukan untuk dibaca. Karena rindu yang sesungguhnya telah di tinggal di tepian senja.

Hembusan angin pantai sangat kencang. Kanara hanya memakai dress pink selutut dengan rambut yang Ia sengaja Ia ikat, Kanara kedinginan.

Disaat seperti inilah Laut merasa kasihan kepada gadis didepannya. Cowok melepaskan jaket dan hanya menyisakan baju kaos oblongnya saja. Kemudian laut menyondorkan jaket miliknya pada Kanara.

"Terus lo bagaimana?, gua tidak setega itu untuk membiarkan lo kedinginan sementara gua hangat." Terus terang Kanara.

Laut memijit pelipis. "Pliss pakai Ra"

"Tapi lo nanti kedinginan bego, tolol banget sih lo"

Enggak sama sekali, ingin Laut menyembur. Tapi cowok itu sadar agar tidak melukai hati Kanara.

Laut menghela nafas kasar, kenapa Kanara senang sekali mengatakan tolol kepada dirinya. Padahal di SMANIC dirinya terkenal sebagai siswa berprestasi dengan IQ tertinggi, hanya saja kesalahan terbesar yang di pandang guru dari dirinya adalah, Laut lebih mengutamakan orang lain.

"Mau lo pandang gua bodoh, tolol, gua nggak peduli Ra. Asalkan lo nggak sakit. Ambil nggih" suruh laut kepada kanara.

Kanara menatap heran kepada cowok didepannya ini. Laut berubah drastis, ketika di sekolah cowok itu akan terlihat cool dan sok irit bicara.

Kerasukan setan pantai mana nih bocah.

Ahhhh bodo amat, Ia akan mengambil jaket itu agar dirinya tidak kedinginan. Sejak kapan dia peduli kepada si culun, bodo amat jika si culun kedinginan atau mati sekalian!.

Laut merasa sangat kedinginan, mungkin setelah ini penyakitnya akan kambuh lagi. Inilah alasan Laut ketika bepergian selalu membawa hoodie atau jaket.

"Gua mau nanya deh sama lo. Kenapa lo nggak punya temen di SMANIC?" Tanya Kanara.

"Lo sendiri?"

Kanara meneguk ludah. Dia merasa baru saja di-roasting habis habisan oleh si culun itu.

Kanara menatap Laut emosi. "Gua nggak pernah suruh lo buat membalikkan pertanyaan gua!"

Laut memandang keluar jendela yang memantulkan cahaya rembulan. Laut menghela nafasnya sembari berkata.

"Mana ada yang mau temenan sama orang tolol dan penyakitan kayak gua Ra" Seketika Kanara terdiam. Ia merasa menyesal telah menanyakan pertanyaan ini.

"Apaan sih cuman gua yang boleh manggil lo tolol!!!"

Mungkin saja, orang-orang menjauhi Laut karena mereka menganggap cowok itu membosankan dan culun. Bagaimana dengan dirinya yang dijauhi semua orang karena di cap sebagai anak haram.

"Kenapa yah dunia ini jahat banget, gua juga sama kayak lo Lun. Gua nggak punya temen, mereka menjauh dan lo tau kan si Tian, dia selalu saja mengganggu hidup gua....."

Gua yang akan menjadi pahlawan di hidup lo.


























HAPPY READING

KALO SUKA SAMA CERITA INI JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR BIAR KALO NANTI BUNLA UP ADA NOTIF DI KALIAN. 😍💐







DIA LAUT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang