BAB : 02

474 55 28
                                    

- happy reading -

"Hey? Kamu tidak apa-apa?" Mendengar itu, Zura menoleh kesamping, disaat itu juga ia terkejut dan membelalakkan matanya.

"Mommy tidak papa?" Zura lagi lagi menoleh.

"Hah?"

Ia tidak bisa mencerna semuanya, dan siapa laki laki ini?

Zura kembali melirik laki laki yang ada disebelahnya, Zura berdecak kagum melihat pahatan indah Tuhan satu ini. Bulu mata lentik, mata kecil, bibir tipis, kulit putih, hidung mancung, dan rahang tegasnya yang membuat Zura hampir meneteskan air liur.

Keinginan untuk membelai rahang itu sangat bergejolak.

Merasa di perhatikan secara intens seperti ini membuat Jean sedikit risih. Menyadari perubahan raut wajah dari Jean, Zura berdehem singkat, ia menormalkan kembali raut wajahnya. Ia tidak boleh barbar seperti ini, ini tubuh orang.

"Em? Sedang apa disini?" Ucapnya sedikit kaku, meniru Zura asli dengan bahasa formalnya.

"Kamu yang kenapa? Apakah masih pusing?" Alih alih menjawab pertanyaan Zura, Jean malah memberi nya pertanyaan baru.

Zura menggeleng, "aku tadi pingsan?"

"Iya tadi mommy pingsan, Fae kelual deh manggil daddy." Bukan Jean yang menjawab, melainkan anaknya.

Tunggu, Zura mengingat anak ini didalam keadaan tidak sadarnya, Fae, anak tirinya.

"Apakah aku pingsan terlalu lama?"

Mendengar pertanyaan itu kening Jean mengerut, "tidak, kamu hanya pingsan selama kurang lebih 12 menit, baru saja dokter khusus keluarga kita pulang kamu langsung bangun."

Cuman 12 menit? Padahal Zura rasa perjalanan memorinya tadi sangatlah lama.

'perasaan tadi lama banget dah' batin Zura.

Tangan mungil Fae bergerak untuk menyentuh permukaan wajah Zura, "mommy cepat sembuh yaaaaaa,"

"Hah?"

Jean menghela nafas panjang, "kamu benar benar tidak mengingat kejadian waktu itu?"

Menggeleng pelan, "tidak, memangnya kejadian apa? Aku tidak mengerti!"

"Kemalin kemalin juga daddy mau nyelitain kejadian itu, tapi waktu daddy celita, kepala mommy selalu sakit," ungkap Fae dengan polosnya.

Zura merapikan tata duduknya, "oh ya? Ceritakan saja om" mendengar itu mata Jean terbelalak.

'om? Dia memanggilku om?' batin Jean tertekan.

Menyadari ucapannya, Zura membelalakkan matanya, "e-eh maksudnya mas!" Ujarnya dengan nada naik satu oktaf, keceplosan.

"Hahahahhaa, daddy dibilang om om! Daddy om om ahahahahaha!" Fae terbahak-bahak menertawakan sang ayah karna ibu tirinya, ia sampai memegang perut bulatnya karna tak kuasa menahan tawa.

Padahal jika dipikir pikir, umur Jean baru menginjak 26 tahun dan memiliki anak yang berumur 5 tahun. Tidak terlalu tua sampai harus dipanggil dengan sebutan 'om'.

Jean hanya bisa menghela nafasnya, entahlah, ini sudah yang keberapa kalinya ia menghembuskan nafas lelah.

"Saya ingin menceritakan kejadian waktu itu, tapi jika kepalamu sakit lagi, katakan saja!" Dengan cepat Zura mengangguk.

"1 bulan yang lalu, kamu kecelakaan.  4 hari baru kamu siuman, awalnya tidak kenapa kenapa, tapi waktu kamu liat saya, kamu malah menanyakan hal yang seharusnya tidak kamu tanyakan."

Pak Suami [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang