Bab 1. pertanda buruk

519 26 6
                                    

Perkenalkan namaku Laras. Aku seorang mahasisiwi di universitas favorit di negri ini. Kampusku jaraknya lumayan jauh dari rumah, hingga memaksaku untuk tinggal di sekitar kampus. Aku memiliki sifat cukup buruk yaitu suka iri dengan keberhasilan orang sehingga membuatku tidak percaya diri dengan usahaku.

Hari ini aku sangat capek sekali setelah seharian menyiapkan barang buat besok aku dan teman temanku liburan. Ya memang ini momen yang kutungu tunggu apalagi acara sudah dirancang dengan baik sangat lama dari berapa bulan lalu.

Aku mengangkat telphon Ponsel yang dari tadi terus berdering berulang kali membuat gendang telinga ini seakan akan mau pecah. "Waalaikumsalam, siapa sih malam malam gini ganggu waktu tidurku."

"Maaf Laras kalo aku ganggu. Sudah kamu lanjutin tidurmu, maaf ya Laras."

Aku mengenalinya suara laki laki ini. Laki laki paling terganteng di kampus menurutku. Aku sangat menyukainya tapi aku sadar diri cowok seganteng Bisma tak mungkin jadian sama aku yang berwajah biasa saja.

"Gak ganggu kok Bisma, ada apa malam begini telephon?"

"Aku didepan kost mu nih, cepat keluar jangan lama lama!" Seru Bisma.

"Iya sebentar."

Batinku sangat senang sekali mendegar Bisma di depan kost yang kutempati. Aku merapikan baju dan mengikat rambutku yang hitam panjang lalu aku buru buru keluar dari kamar kost. Kuturuni anak tangga kost kost ini. Ya Memang kost berlantai dua semua cowok di lantai satu dan cewek berlantai dua untuk menghindari hal hal negatif yang tidak diinginkan.

Mobil mewah berwana merah terparkir di halaman. Aku tau mobil mewah itu milik Bisma karena aku sering menumpaginya untuk kegiatan kampus.

Bisma keluar dari pintu mobil. Rambutnya tertata rapi dengan minyak wangi yang menyerbak, badanya yang tinggi dan tegap dengan mata yang menawan. Bisma benar benar idaman semua wanita.

"Hey Ras. Tumben kamu jam 9 malam kamu sudah sudah tidur, biasanya kamu mainan ponsel sampai larut malam." Celoteh Bisma.

"Iya nih Bim aku capek setelah beberes untuk kita jalan jalan besok."

"Ouh bagus dong, nih aku bawain nasi goreng kamu makan ya."

"Makasih ya Bim, kamu tau aja kalo aku belum makan malam."

"Ya tau lah aku kan teman baikmu,"ucap Bisma seraya duduk diatas kursi.

"Teman baik, aku ingin dianggap lebih dari teman bim, kenapa sih kamu gak pernah nganggap aku." Itulah yang ada pikiran ku saat bertemu Bisma.

"Mayang jadi ikut kan. Dia kan paling menetang kita untuk jalan jalan ke daerah pelosok, aku tau niat dia baik untuk menjauhi kita dari hal hal mistis, tapi menurutku jika kita taati peraturan di sana kita akan baik baik saja."

"Dia akan ikut, aku sudah membujuknya dengan keras agar dia mau ikut untuk menikmati keindahan telaga yang akan kita tuju."

"Baguslah kalau begitu. Aku pulang dulu sudah malam juga. Tidur yang nyenyang Laras, bye jangan lupa besok kita akan berangkat pagi pagi dengan yang lainnya." Ucapnya lalu pergi.

Bisma membalikan badanya yang tegap. "Itu nasi goreng yang satu berikan ke mayang titip ya. Bye Laras." Ucapnya searaya melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil.

Aku sudah senang sekali melihat Bisma perhatian sama aku dengan memberikan nasi goreng tapi rupa rupanya, cowok play boy itu tidak perhatian sama aku saja tapi dengan yang lainnya juga."

"Assalamualaikum, mayang kamu sudah tidur belum, nih aku bawain nasi goreng mumpung masih hangat." Ucapku didepan kamar Mayang.

Tidak ada sahutan dari mayang. Apa mayang sudah tidur? Aku tidak mungkin makan semua nasi goreng ini sendiri.

Ku ketuk pintu berapa kali tapi hasilnya nihil. Aku beranjak pergi ke kamarku tapi aku mendengar teriakan Mayang yang ketakutan.

"Pergi kamu, aku tak punya urusan denganmu." Itulah kata yang kudengar dari kamarnya.

"Mayang kamu kenapa." Ucapku dengan mengedor pintu kamarnya. Aku buka pintu kamar Mayang yang ternyata tidak terkunci.

Mayang menangis di pojokan dinding denagan terisak isak. "Mayang kamu kamu kenapa, ada yang ganggu kamu lagi." Ucapku dengan menatap tajam sudut ruangan ini.

Mayang dia sahabatku terbaiku. Aku mengenalnya sejak kami masih duduk di bangku Smp. Mayang sangat mempercayai dengan hal hal berbau mistis, tapi berbeda dengan ku yang menurutku semua itu hanya mitos belaka saja.

Mayang mentapku denagn tatapan kosong. "Laras setan Sinden menerorku, dia tadi dikamar." Ucapnya dengan gemetar.

"Setan Sinden mana? Tuh liat gak ada kamu pasti halusinasi Mayang. Ambil napas buang, tenang ceritain tadi kamu liat apa terus kenapa, coba aku pingin denger!" Ucapku dengan tidak percaya sama sekali.

"Percuma kamu gak bakal percaya sama aku. Pokoknya besok aku gak mau ikut liburan ke desa pelosok itu." Ujar Mayang.

"Jangan gitu lah May, aku sudah siapin semua kebutuhan kita untuk besok, Bisma juga sudah nyewa mobil. Kamu jangan egois gitu lah Mayang gimana perasaan teman teman mu susah nyiapin semuanya. Sekarang kamu ceritain tentang Sinden itu."

"Aku tadi mimpi di datengi seorang wanita cantik dengan penampilan seperti Sinden. Dia berkata JANGAN AMBIL SESUATU YANG BUKAN HAK MILIK KALIAN. itulah katanya Ras. Terus kamu tau Ras dia a1nembang lagu yang menurutku sangat asing di telinga kemudian Sinden itu berubah menjadi sangat menakutkan dengan wajah yang hancur, lalu Sinden itu mengejarku dengan nembang lagu lagu itu Ras."

"Itukan cuman mimpi. Aku dulu saat masih kecil juga sering mimpi dikejar hantu, lagian itu sama sekali gak ada hubungan dengan liburan kita."

Mata Mayang menatap sinis denganku. sial Sepertinya aku salah respon kepada Mayang. Dari raut wajahnya sangat tersinggung kepadaku, Mayang memang begitu jika ada yang tidak percaya sama cerita dirinya.

"Aku bilang apa, kamu gak bakal percaya sama ceritaku. Udah aku mau tidur Ras, kalo mau keluar dari kamarku tutup pintunya lagi."

"Jangan marah dong May aku masih ingin denger ceritamu dulu, plis..... oh ya tadi kamu teriak kenapa."

Mata Mayang melotot kearah jendela kepalanya langsung menunduk. "Dia ada disitu Ras." Ucap Mayang dengan terbata bata. Kutatap kearah jendela tapi aku tak melihat apapun yang diucap Mayang.

"Kamu sudah sholat Mayang?" Tanyaku.

Mayang mengelengkan kepalanya. "Astaghfiruallah mayang kok belum sholat gimana. Kamu sholat Isya dulu insyaallah kamu gak bakal diganggu lagi. Percaya deh Sama aku." Ujarku seraya mengantar Mayang ke kamar mandi untuk ambil Wudhu dan menunaikan sholat fardhu.

"Kamu bawa apa tadi Ras? Kayaknya enak tuh" ucap Mayang dengan melipat mukenahnya.

"Ouh ya aku lupa. Ini ada nasi goreng dari Bisma buat aku sama kamu. Ayo makan May."

Aku dan Mayang melahap nasi goreng dengan lahap. "setelah kupikir pikir besok aku jadi ikut liburan kedesa pelosok itu. Aku gak mau kalian semua terjadi apa apa disana."

"Bagus May. Makasih ya kamu mau nemenin aku kesana." Ujarku dengan senyum.

Aku dan Mayang ngobrol cukup lama sampai aku lupa waktu kalo sudah larut malam. "Ngantuk nih, aku mau kembali ke kamar." Ujarku dengan menguap lebar lebar.

"Ouh ya makasih Ras, sudah dengerin curhatan ku." Ucap Mayang lalu mengantarku sampai pintu kamar.

Kamar kost yang kutempati paling ujung. Jadi mau tidak mau aku harus melewati lorong yang sudah gelap. "Ya Allah kenapa gelap begini, mana dari tadi dikamar Mayang seperti ada yang mengawasi kami." Gumamku dengan bulu kuduk berdiri. Kupercepat langakahku aku seperti ada orang yang mengikuti langkahku. "Tenang Laras itu pasti halusinasi kamu saja." Batinku.

Berapa meter lagi aku akan sampai dikamarku tapi tiba tiba bau kemenyan menusuk hidungku membuat suasana menjadi sangat menakutkan. Aku langsung berlari dan membuka kamar lalu menguncinya kembali. "Kenapa aku seperti Mayang begini. Semua itu hanya mitos kamu gak boleh takut." Ucapku dengan menyender dipintu kamar.

"Semoga akan baik baik saja untuk liburan besok."

"Tok....tok....tok...." pintu kamar Laras diketok dengan lumayan keras.

BERSAMBUNG.

Klik tap vote dab komen.

Teror sinden (Liburan Telaga Tengah Alas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang