E-12

50 17 11
                                    

Dengan langkah terburu-buru, akhirnya Daisy dan Jay sampai ke tempat yang dituju.

Untungnya jalanan tidak se macet saat Daisy berangkat ke cafe.

Disinilah Daisy dan Jay kini berada, di depan kamar rawat Harua.

"Bu.. Dokter bilang apa?" Tanya Daisy begitu sampai. Ia dengan sigap memeluk paruh baya yang kini tengah kalut itu, mencoba untuk menenangkannya dengan pelukan dan elusan pada punggung paruh baya tersebut.

Ibu Harua menghembuskan nafas berat. "Kondisi Harua makin memburuk, Dei."

Sakit. Itu yang dirasakan Daisy ketika mendengar pernyataan dari Ibu Harua. Temannya yang memang sedikit menyebalkan tapi dia juga ceria dan sangat aktif kini terbaring lemah tak berdaya didalam ruangan putih itu.

Dengan selang infusan yang ditusuk ke punggung tangannya, matanya yang terlihat sangat tenang tertidur.

"Harua..." Lirih Daisy sembari memandang kamar rawat Harua.

Jay kemudian menghampiri Daisy lalu mengelus-elus pundak gadis cantik itu.

"Dei, sabar ya. Kita do'ain yang terbaik untuk Harua."

Daisy kemudian menoleh pada Ibu Harua yang tampak kalut sekarang. Daisy kemudian mengalihkan pandangannya pada Fuma, lalu menghampirinya.

"Kak,"

Fuma yang tadinya terus menunduk kini menoleh pada gadis yang barusan memanggilnya. "Apa, Dei?"

"Harua sebenarnya sakit apa sih? Dia gak mungkin kan, tiba-tiba masuk rumah sakit kalau ga ada penyebabnya? Harua punya penyakit?"

Fuma kembali menunduk, ia menghela nafas berat.

"Harua..." Fuma memejamkan matanya sekilas, lalu kembali menatap Daisy yang menunggu jawabannya. "Harua punya penyakit jantung, Dei. Jantungnya emang udah lemah dari kecil, tapi beruntungnya Tuhan kasih keajaiban pada kami. Harua masih bisa bertahan hingga sekarang."

Daisy membulatkan matanya tidak percaya. Bisa Fuma lihat manik mata Daisy bergetar sekarang.

Fuma merasa bahwa dirinya salah, karena sudah menceritakan detail tentang kondisi Harua pada teman adiknya ini. Karena Harua pernah berpesan pada Fuma maupun Ibu untuk tidak memberitahukan kondisi nya pada siapapun.

Fuma menghela nafas panjang, lalu mengelus pundak Daisy pelan guna menenangkan gadis itu. "Tenang, Dei. Kakak akan cari donor jantung untuk Harua. Kamu percaya kan sama Kakak? Percaya kan sama Harua? Harua pasti sembuh."

Daisy menunduk, tanpa sengaja disaat itu juga Daisy menumpahkan butiran bening yang kemudian mengalir ke pipi nya. Diikuti oleh isakan kecil dari gadis itu.

"Harua..." Lirihnya.

🌼

Setengah jam berlalu, masih di tempat yang sama. Tidak berubah sama sekali.

Tak ada yang bersuara semenjak Fuma mengatakan kebenaran bahwa Harua memiliki riwayat penyakit jantung.

"Daisy!"

Sontak Daisy mendongakkan kepalanya, ketika mendengar suara yang sangat familiar di gendang telinganya.

Daisy menoleh ke arah suara itu berasal.

Seorang lelaki yang tampak berlari terengah-engah menghampiri Daisy dan gerombolannya.

"De," Panggil lelaki itu seraya berjalan menghampiri Daisy. Mengabaikan rasa lelah dan pegal di kakinya.

Manik mata Daisy berbinar, dan satu tetes cairan bening tumpah lagi dari mata cantiknya. "Won.." Lirihnya.

"Kenapa, De? Ada apa?"

"Harua... Harua ternyata... Harua ternyata punya penyakit jantung, Won.." Kalimat gadis cantik itu terpotong-potong akibat suara isakannya.

Jungwon mengerjapkan matanya, sungguh terpukul mendengar kabar dari temannya yang sungguh ceria itu ternyata mempunyai penyakit jantung.

Menyesal, kenapa Jungwon baru tahu akan hal ini? Kenapa tidak dari dulu saja ia mengetahuinya?

"Harua sengaja sembunyikan ini dari kalian, karena dia rasa itu ga penting untuk dibicarakan. Tapi Kakak memilih untuk kasih tau kalian karena Kakak bisa liat kalian betul-betul khawatir pada adik Kakak." Jelas Fuma.

Jungwon kemudian semakin mendekatkan dirinya pada Daisy, lalu mengelus-elus punggung gadis itu. Ia ingin menenangkannya dengan cara memeluk tubuh gadis itu, tapi ia sadar ia hanyalah temannya. Ia sadar bahwa Daisy sudah memiliki pacar.

"Jungwon," Panggil Jay yang posisi nya tidak jauh dari Jungwon Dan Daisy berdiri.

Jungwon memberhentikan elusannya. Lalu menoleh pada Jay. "Eh? Kak Jay? Kok ada disini?"

"Kamu kenal Daisy?" Tanya Jay yang kebingungan.

Jungwon sekilas melirik Daisy, lalu kembali menatap Jay. "Iya, Kak. Temen sekelasku."

"Loh? Kalian saling kenal?" Tanya Daisy yang sama bingungnya.

Jungwon mengangguk.

"Iya, Dei. Jungwon itu adik kelas ku. Aku udah anggap dia sebagai adik kandungku sendiri." Jawab Jay.

"Ohh gitu ya.. Pantesan waktu itu Jay ada di depan kosan kamu."

"Kalian kenal darimana?" Tanya Jungwon penasaran.

Daisy tersenyum memperlihatkan gigi rapi nya. "Aku kenal dia ga sengaja ketemu di mall. Jay kasih aku kacamata."

Jungwon sedikit mengerutkan keningnya. Bentar, ga sengaja ketemu di mall? Berarti yang dimaksud Kak Jay itu....

TBC

Aku kembali~
Gimana chapter kali ini??
Apakah memuaskan??

Oh iya jangan lupa vomment yaa..
Ayo kalo mau emosi sini luapkan aja di kolom komen.

Kritik dan saran untuk ceritanya juga boleh banget hehe

[END] Sepucuk Bunga DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang