13. Kado

114 15 0
                                    

Tiap Hari Sam meledek adiknya membuat laki-laki itu menjadi bulan-bulanan kakaknya.

"Cieee, jangan lama-lama nanti Zahranya diambil orang." ledek Sam tertawa kecil.

Zein mendengkus geli dan memiting leher kakaknya, Umi Hanum tertawa kecil melihat tingkah laku kedua putranya, membuat wanita itu teringat masa lalu dimana Sam dan Zein kecil kejar-kejaran, karena Sam memakan buah mangga Zein tanpa sepengetahuan bocah itu.

"Woi mas Sam muntahin buah mangganya. Zein gak rela." katanya menangis memanggil Umi Hanum.

Lamunan itu terbuyar saat kedua putranya merengkuh tubuh wanita itu. Sam mencium kening wanita yang telah melahirkannya 26 tahun silam, bergantian dengan Zein yang mencium pipinya.

"Umi, Zein mau melamar Zahra tapi malu-malu." celetuk Sam ngacir duluan.

Zein geleng-geleng Kepala melihat tingkah kakaknya itu.

"Apa benar nak?" tanya Hanum menatap dalam anaknya.

Laki-laki itu merunduk lalu menatap Uminya dan menganggukkan kepala.

"Alhamdulillah, cepat disegerakan. Lebih cepat lebih baik bukan." ujar Hanum lembut.

"Zein masih kuliah mi. Nunggu selesai saja." Zein menunduk.

"Apa salahnya mengkitbah dulu. Setelah selesai pendidikan kamu di Kairo. Baru kalian menikah." setelah mengatakan itu Hanum berlalu pergi.

Malam menyapa jam menunjukkan pukul 20:03, Zein dan kedua orang tuanya datang ke rumah Zahra untuk menyampaikan niat baik dengan melamar gadis itu.

"Kami kesini ingin menyampaikan niat baik bahwasanya Zein putra saya ingin melamar Zahra apa Zahra bersedia?" ujar Abah Hasyim menyesap teh yang telah disuguhkan.

Kiai Abdullah melirik anaknya sekilas. "Saya selaku orang tua menyerahkan semua ini kepada Zahra karena dia yang akan menjalaninya."

Zahra tertunduk gadis itu mungkin shock atas sesuatu yang mendadak ini.

Zahra mengangguk. "Bismillah kita jalanin aja dulu."

"Alhamdulillah." ucap orang tua Zein dan orang tua Zahra serempak.

Zein tersenyum simpul niat baiknya diterima juga.

***

Sam menghampiri istrinya yang sedang memasak nasi. Sedikit demi sedikit wanita itu tau juga tentang urusan dapur.

"Masyaallah, rajin banget sih dek." puji Sam mendekap istrinya dari belakang.

Wanita itu melepaskan rangkulan itu dan menatap suaminya.

"Mas aku kan baru ikro' 5. Aku pengen belajar terus menerus biar cepat al'quran, dan ngafalin ayat pendek juga. Biar nanti punya anak, anaknya gak malu punya momy kayak aku." katanya mengerucut bibir.

Laki-laki itu menangkup pipi gembul istrinya, lalu menoel-noel membuat wanita itu mengaduh dan mencubit perut suaminya pelan. Sam tertawa kecil lalu menatap lekat istrinya.

"Nanti malam habis isya kita belajar terus ngafalin ayat pendek juga." ujar laki-laki itu mencium kening Zira sekilas.

Zira mengangguk, dan mengajak suaminya untuk mencicipi makanan buatannya.

"Gimana Mas?" Zira menunggu jawaban Sam, saat laki-laki itu menyuapkam tumisan kangkung ke dalam mulutnya.

Sam mengancungkan jempol, padahal tumisan kangkung itu sangat asin dilidah. Takut istrinya merasa kecewa, laki-laki itu tetap melahab makanan hingga tandas.

SAMZIRAWhere stories live. Discover now