1

10 0 0
                                    

Alarm berdering membangunkan penghuni kamar....

sebelah.

Yang punya alarm malah belom bangun.

Kejadian ini memang sering terjadi di kediaman ini. Dua oknum yang sudah bersahabat dari kecil ini memutuskan untuk menghuni apartemen milik keluarga salah satu dari mereka yang kebetulan dekat dengan kampus dimana mereka mencari ilmu. "Adhiiiis gila lo alarm segede toa masjid lo masih kaga bangun juga?" akhirnya penghuni kamar sebelah tersebut menerobos masuk ke kamar dengan pemilik yang bernama Adhis ini. "Dhis.. Dhis.. Anjir beneran belom bangun ni anak?" orang tersebut mengguncangkan badan Adhis lumayan kencang karena dia tau sentuhan selembut sutra tidak akan membangunkan Adhis.

"Gila ni anak.." orang tersebut mengambil hape Adhis yang dijadikan alarm tersebut, mengencangkan volumenya hingga maksimal, lalu menempelkan speakernya ke telinga Adhis. Dan ajaibnya Adhis tidak kunjung bangun. "Adhis, gila lo dhis. Bangun bego ya Allah ini anak tidur jam berapa?" orang tersebut berusaha menggendong Adhis, untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Jam empat." Gumam Adhis tiba-tiba. Orang yang membangunkan Adhis melihat ke arah wajah Adhis memastikan ia bangun atau tidak. "Orang mah bangun dulu baru jawab. Elu jawab iya bangun kaga." ucapnya.

"Hah?" Adhis membuka matanya sedikit-demi sedikit. "Apa? Kok kamu di sini?" Adhis menggulingkan diri, menjatuhkan diri dari gendongan orang yang membangunkannya. "Alarm kamu kenceng banget looh. Yang bangun aku bukan kamu anjir." orang tersebut beralih membuka gorden kamar Adhis dan mematikan lampu kecil yang menyala. "Loh alarmku bunyi po?" tanya Adhis. Orang itu menatap Adhis tidak percaya bertahun-tahun anak ini masih saja tidak pernah peka terhadap suara alarm. "Sana cepet mandi biar gue yang beberes depan."

"Ih San.. Ini sabtu anjir.."

"Tapi kamu harus nugas Adhiiis. Biar seger gitu loooh."

"Wah iya juga. Tp aku laper banget mau makan dulu aja laah..."

"Ngga ngga mandi dulu sana.. Nanti kamu tidur lagi kalo belom mandi."

Adhis hanya memasang muka julid karena tidak bisa menyangkal perkataan San.

"San, kamu aja yang jadi anak arsitek aja gimana? Biar aku aja yang jadi anak ilkom.." ucapnya sambil berhenti di tengah jalan menuju ke kamar mandi. "Heh, yang katanya mau ngedesign rumah biasnya siapa? Yang katanya mau design rumah bias biar karyanya dirasain tiap hari sama biasnya siapa?? Udah sana mandi Adhisaaa.."

"IYA ANJIR IYA TAKOOT MAMAAA" Adhis segera kabur karena San sudah mengangkat guling mau dilempar ke Adhis.

---

Rumah sudah rapih, penghuninya pun sudah rapih. Mereka sudah siap untuk tidur kembali. Tetapi demi nilai bagus, mereka memutuskan untuk menyicil tugas yang menumpuk bagi adhis tidak bagi San. Maklum, tugas beda fakultas emang suka anjlok perbedaannya. Meja makan sudah berubah dipenuhi oleh buku dan kertas. Jangan lupa penggaris Adhis yang banyak variantnya itu juga sudah tergeletak di atas meja. Mereka berdua bersyukur menemukan meja kayu yang cukup besar dengan harga murah. Walaupun di apartemen ini hanya ada mereka berdua, tetapi kedua anak ini harus memiliki space yang luas untuk fokus.

Ruangan lumayan sunyi dalam beberapa waktu. Hanya diisi dengan suara ketikan, lembaran buku yang dibalik, suara Adhis yang gonta ganti alat tulis, dan playlist angkot.

Ini ide San.

Adhis juga diem aja ikut menikmati playlist tersebut dikarenakan teman-temannya yang suka cosplay jadi kuli tiap lagi di bengkel.

Alarm dari handphone San terdengar, tidak terasa waktu sudah berlalu selama tiga jam. Adhis sudah menyelesaikan satu setengah gambar, San juga sudah menyelesaikan setengah resumenya. Keduanya saling bertatapan dalam beberapa waktu.

Roommates x Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang