2

3 0 0
                                    

Hari ini yang kuliah cuman Adhis. 

Adhis tadi pagi udah repot bawa-bawa drafting tube serta tasnya yang berat. San sudah menawarkan diri untuk mengantar Adhis tapi ia tolak dengan alasan ingin berolahraga. San yang malas berdebat di pagi hari hanya dapat mengangguk mendukung Adhis. Melihat Adhis sudah belok ke lorong lift, San kembali memasuki kamar apartemen mereka. Keadaan apartemen menjadi sepi membuat San berfikir untuk mengadopsi se ekor kucing.

Berbeda dengan keadaan San, Adhis sedang galau di bus yang ia tumpangi. Di luar langit mendung memberikan tanda-tanda akan terjadi hujan yang amat deras. Ia tidak membawa payung maupun jas hujan. Mau nelfon San tapi dia hari ini gak kuliah. Satu-satunya opsi yang dapat dijalankan saat ini adalah 'liat aja nanti'

Ternyata langit tetap mendung dan tidak kunjung hujan. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore yang berarti masih ada waktu satu jam menuju waktu perpulangan. Adhis segera menyelesaikan karyanya agar pulang lebih cepat karena satu jam terakir memang dihabiskan bersama asisten dosen. Selesai kuliah, ia langsung berpamitan dengan yang masih ada di studio kemudian segera pulang.

Sesampainya di lobby kampus, baru saja ia ingin berjalan keluar gedung kampus, hujan turun dengan amat sangat deras membuat Adhis kembali ke dalam gedung. "Gak jelas anjir mendung dari pagi ujannya baru sore ini." gerutunya. Adhis mengamati hujannya sejenak, sambil sesekali melihat ke arah langit. Tampaknya hujan kali ini akan awet hingga malam. Karena terlalu kesal ia pergi ke cafe kampus dulu untuk membeli minuman kesukaannya untuk mengembalikan moodnya yang tadi hilang.

Sambil menunggu pesanan, Adhis berusaha menghubungi San. Sekali telfon, gak di angkat. Dua kali, gak di angkat juga. Tiga kali, empat kali, lima kali gak di angkat juga. Bahkan minuman Adhis dari yang masih di buat, sekarang udah mau habis. Sampe Adhis merasa banyakan es daripada minumannya. "Apakah ini saatnya kita mengorbankan duit jajan buat ongkir diri sendiri?" monolognya. Ia merutuki dirinya yang tadi pagi gaya-gayaan gak bawa kendaraan dengan alasan ingin olahraga. Padahal Adhis lagi pengen hemat aja jadi mau pake transportasi umum. 

Dengan berat hati Adhis membuka aplikasi hijau untuk memesan taksi online. Setelah semua proses sudah selesai, bahkan Adhis sudah mendapat driver, baru saja ia ingin meletakkan handphonenya, benda itu bergetar agak lama yang berarti ada panggilan masuk.

'🗻's calling...

Iya, itu San.

Perasaan kesal yang sudah sedikit mereda, kembali 3x lipat lebih besar. Dengan gerakan yang kasar, ia mengangkat panggilan tersebut.

'Adhis aku di lobby.'

Adhis yang baru saja ingin mengeluarkan caciannya langsung diam bingung mencerna perkataan San.

"Lobby apaan?"

'Lobby kampus elu. Tadi lu telfon gue lagi di jalan.'

Adhis bingung mau kesel apa bahagia sama kejadian kali ini. Berhubung mas taksinya masih jauh dan jalannya macet banget akhirnya Adhis membatalkan booking-an dia.

'Adhis kok diem?'

"Sabar anjing. Aku ke sana." ucapnya dengan ketus.

San terkaget mendengar nada bicara Adhis.

Tanpa berbicara apapun, San tidak menutup panggilan tersebut, menemani Adhis yang sedang jalan menuju dirinya. San mengatur nafasnya berusaha menenangkan dirinya setenang mungkin agar dapat berkomunikasi dengan baik nantinya. Keadaan kampus ternyata sudah sepi membuat San merasa keadaan ini diakibatkan oleh dirinya mengingat ada 10 misscall dari Adhis.

'Tapi kan gue udah di sini?' pikirnya.

San menggeleng gelengkan kepalanya membuang semua pembelaan yang ada di dalam pikirannya dan memilih untuk menunggu Adhis menjelaskan semuanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Roommates x Choi SanWhere stories live. Discover now