Helena 🧚‍♂️

1.3K 68 5
                                    

(")-(")
(>°•°>)
(")-(")
.
.

🧚‍♂️

.
.
(**)-(**)
(>•_•>)
(**)-(**)

  
Di suatu tempat entah berantah terlihat seorang perempuan yang tengah asik bermain. Sayapnya yang bersih itu berkibar dan melayang bersamaan dengan badan mungilnya.

'Tempat ini lebih baik dari pada bumi' benar, perempuan itu selalu membedakannya dengan bumi tempat di mana para manusia berada.

Tak ada udara yang tidak segar di sini, semuanya asri dan damai. Semua bersahabat dan jauh berbeda dengan bumi.

Sebenarnya perempuan itu tidak yakin jika bumi itu nyata, pasalnya sang ayah hanya memperlihatkannya di balik air dan jika pun itu benar-benar ada maka dia akan bertanya, kenapa para manusia bisa bertahan hidup dengan banyaknya polusi dan gedung-gedung tinggi?

Perempuan itu sudah turun dari acara melayangnya, dia berjalan menghampiri pamannya yang tengah menggambar.

"Mahkota." Perempuan itu berucap di samping pamannya yang ternyata tengah mendesain.

"Kau ingin?"

Jujur saja itu adalah impiannya sedari kecil, tapi untuk mendapatkan mahkota tidak mudah, siapa pun itu untuk memiliki mahkota harus terjun terlebih dahulu ke bumi untuk menjalankan tugas, tidak sehari atau dua hari melainkan bertahun-tahun, bahkan sang ibunya pun sampai berpuluh-puluh tahun menjalankan tugasnya di bumi.

"Kau sudah besar, kapan kau bisa memiliki mahkota?" Pamannya berhenti dan melihat kearah perempuan itu.

"Aku tidak bisa paman." Pamannya menyimpan buku sektsa, dia menarik lembut tangan perempuan itu.

"Dengarkan paman, sebelum ratu mengeluarkan tanda peringatan untuk para peri yang tidak memiliki mahkota, sebaiknya kau segera mempunyainya, paman takut jika peringatan itu sudah benar-benar terjadi."

"Ta-tapi—"

"Semua temanmu pasti sudah memiliki mahkota, apakah kau tidak menginginkannya juga?"

Perempuan itu nampak terdia. Sepertinya yang di ucapkan paman ada benarnya. Tapi sebenarnya perempuan itu tidak tahu tugas apa yang di lakukan di bumi sana, dan sepertinya dia harus bertanya kepada sang ibu saat ini juga.

Sayapnya berkibar dan badan mungilnya pun ikut melayang lalu pergi kerumah.


(")-(")
(>°-°>)
(")-(")
.
.


"Kau yakin?" Sang ibu bertanya kembali untuk memastikan. "Kau tau? Saat ibu bertugas, ibu harus mencari manusia itu sendiri dan kau tau? Tidak mudah mencari manusia di bumi yang luas itu. Ibu hanya takut kau belum siap untuk menjalankan tugas." ucap sang ibu yang kini mengelus surai sang putri tercintanya.

"Ibu tidak usah cemas, aku pasti bisa melakukannya." Perempuan itu tersenyum.

"Kalau begitu, kapan kau akan melakukannya? Ibu akan antarkan ke gerbang, tapi sebelum itu kau harus menemui ratu untuk mengambil kalung cahaya."

"Kalung cahaya? Untuk apa itu ibu?"

"Kau akan tahu nanti."

(")-(")
(>°-°>)
(")-(")
.
.
.

 


Helena Kaitlyn Sigrid peri cantik keturunan seratus itu sangat lincah dan juga pintar, usianya yang kini menginjak tujuh puluh tahun di dunia peri terlihat seperti anak yang berusia dua puluh tahun di dunia manusia.

Dia memiliki banyak teman, tapi sayang semuanya berubah saat mereka selesai dari tugasnya. Kini hanya menyisakan Jasmin dan Renata.

"Kau harus berhati-hati ya... di bumi banyak peri jahat, mereka utusan dewa ular saidon." Jelas Jasmin kepada Helena dan Helena hanya biss mengangguk.

"Maaf aku telat." Renata menyengir saat dia mendarat di depan Helena dan Jasmin.

"Renata! Kau sudah bisa terbang?! Sejak kapan?" Helena yang baru menyadari ada keanehan itu pun langsung bertanya.

"Saat aku bertugas aku jadi belajar untuk terbang, dan akhirnya aku bisa." Pelukan hangat dapat Renata rasakan saat Helena tiba-tiba saja memeluk dirinya.

"Helen, aku tidak bisa bernafas."

Helena melepaskan pelukannya dan tersenyum bahagia, akhirnya tiga orang perempuan itu bermain bersama di taman indah yang penuh dengan bunga.

Tidak terasa hari pun sudah mulai gelap, mereka sudah sampai di rumah Helena. Suasana di rumah Helena memang sangat menyenangkan dan penuh kehangatan.

Mereka bertiga menghabiskan malam terakhirnya bersama Helena yang besok pagi akan mulai menemui ratu untuk mengambil kalung cahaya dan segera ke bumi untuk bertugas.

Mereka kini tengah berbaring bersama di kasur besar milik Helena. Renata membalikan badannya menghadap antap kamar Helena. "Kau harus berhati-hati di sana, dan kau harus menjaga sihirmu agar tidak memancing peri jahat."

"Hmmm, aku paham Ren."

"Oh iya, aku pernah di hadang oleh peri jahat dan untungnya aku berhasil kabur dan setelah itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan mereka. Sepertinya karena kalung cahaya." Ucap Jasmin yang kini ikutan menatap atap kamar Helena.

"Iya, itu memang fungsi kedua dari kalung cahaya."

"Fungsi kedua? Lalu fungsi kesatunya apa?" Helena melirik Renata.

"Untuk membuat mu menjadi terlihat oleh manusia yang tidak melihatmu." Helena tidak sampai dengan ucapan Renata. "Intinya kau jadi terlihat."

Helena mengangguk. "Aku jadi takut." Helena kembali ke posisi awalnya.

"Kenapa takut?" Tanya Jasmin.

"Setelah dengar peri jahat terus saja keluar dati mulut kalian, aku jadi takut akan mereka."

Renata dan Jasmin menepuk-nepuk pundak Helena. "Tenang saja, kau akan dilindungi oleh dewa baik, dan juga ratu peri. Kau kan keturunan keseratus."

Karena itu juga keluarga Helena di segani oleh para peri di sini, begitu pun dengan Helena. Selain keluarganya baik dan ramah mereka benar-benar di hormati oleh semua peri.

"Semangat terus Helena." Renata memberikan pelukan dan di ikuti oleh Jasmin. Jadilah mereka bertiga berpelukan bersama malam ini.


Tbc

Sang Peri [MARKHYUCK GS] End✅Where stories live. Discover now