Pergi Jauh

31 2 0
                                    

Hendra, Jenaka, Malvin, Naufal, dan juga Dani langsung bertanya kenapa di sana ada ramai².

Permisi, ucapnya langsung menyerobot kerumunan yang ada disana, Hendra melihat desi yang menangis langsung menghampiri gadis itu.

"SEKAR!" Teriaknya langsung mengalihkan pandangan saudara yang lainnya.

Kelima remaja itu langsung berlari kearah Sekar yang kini kepalanya berada di pangkuan sahabatnya.

"Desi gantian ya biar bang Jeje yang pangku Sekar"

Gadis itu masih saja menangis tidak henti henti perasaan takut dan juga gelisah sangat kentara di wajahnya.

tidak lama kemudian ambulance datang, Jenaka langsung mengangkat tubuh Sekar ke brankar lalu di masukkan kedalam ambulance, keenam anak itu langsung memasuki ambulance tersebut, Naufal yang segera menelepon sang ayah agar segera kerumah sakit secepatnya.

"Abang, sekar gimana, abang Desi takut Sekar ninggalin Desi gitu aja, padahal dia baru aja bilang bakal masuk di SMA yang sama"

Mendengar ucapan seperti itu Jenaka langsung memeluk gadis yang notabene nya adalah sahabat dari Sekar, dia yang sebagai sahabat saja khawatir luar biasa.

Entah bagaimana perasaan gua yang gak bisa ngejaga adik gua sendiri dari bahaya.

Sekar yang masih berusaha membuka nata agar ia melihat satu persatu wajah sang kakak.

"Abang" ucapnya dengan suara yang lemah.

"Iya, abang disini, sekar mau apa?"

Jenaka yang mendekati Sekar agar mendengar suara gadis itu.

"Abang, makasih ya udah mau jadi abang yang baik, udah mau jagain aku, udah mau berkorban. Abang bahagia terus ya"

Suara itu masih jelas untuk di dengar, walaupun di balik masker oksigen, Jenaka yang menangis melihat kondisi lemah adik yang selama ini ia jaga.

"Kakak, Makasih juga ya, udah mau sayang sama Sekar, walaupun sayangnya kakak ketutup gengsi, jadi orang jangan gengsian ya, Bahagia terus ya jangan sampai senyum manisnya ilang."

Dani yang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh, namun itu nihil ia sudah mengeluarkan cairan bening berkali-kali.

"A'a Makasih juga, udah banyak ngajarin aku banyak hal, untuk kali ini aku gak akan biarin a'a nangis, karena abang sama kakak nangis aja aku sedih, A'a makasih banyak untuk semuanya, kalaupun aku nanti pergi jadiin ini sebagai pelajaran ya"

didalam ambulans hanya ada tangisan yang begitu pilu, Malvin yang memaksakan diri untuk senyum agar terlihat kuat didepan gadis kecil yang selalu ia manja sejak dulu.

"Bang Malvin, Makasih juga ya, jangan lupa sampain rasa makasih aku ke bunda, berkat kalian semuanya aku jadi tumbuh menjadi gadis yang sekarang ini."

"iya, nanti bang malvin bilangin tapi Sekar harus kuat ya, biar bisa langsung ngomong sama bunda."

gadis itu tersenyum getir, tatapan beralih kepada gadis seusianya yang sedang menangis tersedu-sedu. lalu Sekar menggenggam erat tangan itu.

"Jangan nangis dong, btw makasih ya, udah mau jadi sahabat gua dari kecil, udah mau dengerin keluh kesah gua, udah mau jadi sahabat sekaligus sodara buat gua, makasih banget ya des, maaf banget kalau selama gua jadi sahabat lo banyak salah, jangan nangis dong,nanti cantiknya ilang" ucap Sekar sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Desi kemudian gadis otu mulai tak sadarkan diri.

Tangisan Desi kini semakin kencang, ambulans yang sudah sampai di rumah sakit terdekat. Gadis itu segera di masukan ke ruang IGD.

Chiko dan Melati yang baru sampai langsung menanyakan dimana keberadaan Sekar.

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang