17. Laut

529 61 0
                                    

Kanara merasa bosan dengan Tian yang hanya sibuk bermain game online, dan tidak ada waktu untuk dirinya. Tian juga tidak mengajak dirinya untuk balikan. Kanara sangat-sangatlah bosan. Seandainya ada laut pasti Ia tidak sebosan ini.

"Ishhh...kenapa sih gua mikirin si culun terus. Lagian si culun cuman teman gua aja." Gumam kanara.

Suara deringan tersebut, berasal dari handphone Tian. Kanara mengisyaratkan kepada cowok itu untuk mengangkat telponnya.

"Bentar yah kar, tungguin gua di sini" kanara hanya tersenyum dan mengangguk. Selang beberapa menit, Tian kembali dengan wajah masam.

"Kar, maafin gua yah. Gua ada acara dadakan dan ini penting banget. Lo pulang naik gojek aja yah dahhh" sudah kanara duga, pasti nasibnya akan berakhir menyedihkan. Ternyata realita tak sesuai dengan ekspektasi. 

Kanara menghela nafasnya, Ia beranjak pergi meninggalkan kafe kenangan tersebut. kanara berjalan kearah halte bis, untuk menunggu bis. Ia lebih baik naik bisa saja dari pada gojek. Namun, Ia tak sengaja melihat laut yang tengah membantu nenek-nenek membawa belanjaannya. Kanara pun merasa senang, Ia akan mengajak laut untuk pergi bermain.

Laut yang tengah membantu nenek-nenek yang Ia temui di pinggir jalan pun beranjak untuk membantu perempuan lanjut usia tersebut. Ia amat merasa sangat kasihan, dirinya akan sangat sedih ketika melihat seorang nenek-nenek tengah kesulitan. Ia jadi teringat dengan almarhum nenek dan kakeknya.

"Makasi nak..." Ujar perempuan lanjut usia tersebut. Munaroh sangat bersyukur bisa bertemu dengan remaja seperti laut. Selain dia baik hati, laut juga good akhlak. Remaja didepannya ini tahu caranya menghormati orang yang lebih tua darinya.

"Sama-sama nek. lain kali kalo nenek nggak kuat, jangan di paksakan. Kasian, pasti nenek cape" senyuman dari bibirnya terukir. Laut selalu menebarkan senyuman dimana pun, dan pada siapapun.

Munaroh menghela nafasnya, Ia menatap laut dengan tatapan sendu. Munaroh tidak mempunyai keluarga. di usianya yang menginjak 51 tahun ini Ia harus terpaksa berjualan ke sana kemari, demi menafkahi dirinya sendiri.

"Jika aku tidak bekerja bagaimana bisa aku membiayai kebutuhan hidup ku nak..." Kalimat singkat namun berhasil membuat hati kecil laut bersedih.

Laut merogoh kantung celananya, dan mendapati uang lembaran merah yang terbilang lumayan banyak. Lalu beranjak menyondorkan Munaroh uang tersebut. Senyumannya pun turut ikut serta.

Munaroh tidak menyangka laut akan sangat baik kepada dirinya. Tak kuasa menahan Isak tangis, Munaroh memeluk laut.

"Apa yang bisa saya bantu untuk membalas kebaikan kamu nak." Ujar Munaroh.  Laut hanya cengengesan sembari berkata.

"Nenek hanya perlu mendoakan saya, Agar saya sehat dan bisa beraktivitas seperti anak remaja pada umumnya." Ucapnya lalu Tersenyum. Munaroh berpamitan kepada laut lalu pergi.

Laut sangat terkejut dengan kehadiran kanara. kanara terkekeh, rasanya Ia ingin sekali meledakkan tawanya. Kala melihat raut wajah polos dari cowok itu.

"Hahaha.....lo lucu banget sumpah"

Laut tertawa tak kala melihat gelak tawa yang terlihat dari bibir merah muda kanara. Kanara adalah kebahagiaannya, Lagi pula toh selain kanara, siapa lagi kebahagiaannya. Sedangkan orang tuanya saja tidak ada didunia ini.

"Hm...kamu sendirian Ra?, Tian mana." Tanya laut kepada perempuan didepannya ini.

Helaan nafas tersebut terdengar dari bibir kanara, serta raut wajahnya yang berubah menjadi sendu. Tanpa mau menjawab pertanyaan laut, kanara mengikuti langkah cowok itu, Ia memandangi belakang punggung laut. Cowok tersebut sempurna tetapi kenapa Ia sering mengolok-oloknya.

DIA LAUT Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon