"gue strong, stres tak tertolong"

9 4 0
                                    

Seorang pria duduk diatas lemari pakaian yang berada di gudang dengan santainya. Wajah dan tatapannya datar, tak berekspresi apapun. Dia menatap ke bawah ke arah Rean, Yarzen, dan Zaren.

"Sabar mana lagi yang harus gue lakuin" Rean berkata pasrah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sabar mana lagi yang harus gue lakuin" Rean berkata pasrah.

"Tapi setidaknya dia terlihat lebih waras dibandingkan Zaren" ucap Rean bermonolog sendiri.

"Ko Lin, akhirnya kamu muncul juga" Zaren langsung menyambut pria tersebut dengan senyuman manisnya.

"Lin? Dia siapa lagi? Temen kalian juga?" Rean bertanya

"Iya, dia sahabatku"

"Yaudah yaudah, Lo juga ganti baju, terus kita ke Salon, potong rambut Lo pada" Rean memberi instruksi.

"Zen, baju buat Lin-lintah itu ada di Lemari, ambilin sekalian"

"Ya, ayo Lin, turun"

Pria yang disebut sebut sebagai Lin turun dari atas lemari. Lalu menerima pakaian dari Yarzen. Dengan secepat kilat ia mengganti pakaiannya lalu mengikuti Yarzen yang berjalan keluar dari rumah tersebut.

Mereka berempat memasuki mobil milik Rean. Setelahnya Rean menyalakan mesin mobilnya. Lalu mobil tersebut melaju membelah ramainya jalan kota.

Setelah kurang lebih 25 menit berkendara. Akhirnya Rean berhenti di depan sebuah salon potong rambut.

Rean pun memberi instruksi kepada ketiga temannya untuk duduk lalu memilih potongan rambut seperti apa yang mereka inginkan. Tukang potong rambut dan orang yang ada di sana cukup heran dan kaget. Karena rambut gondrong yang mereka miliki.

Rean sedikit dibuat pusing oleh tingkah teman teman barunya.

Yarzen yang banyak bertanya kepada tukang potong rambut. Banyak hal yang ia tanyakan. Mulai dari ini untuk apa, ini untuk apa, terbuat dari apa, siapa yang menciptakan pertama kali, kekuatan lainnya apa.

Lalu Zaren, semua benda yang ia lihat pasti ia sentuh dan mainkan. Seperti saat ini, ia memegang sisir, di endus aromanya, dijadikan sikat meja.

Yang terakhir Lin, dia terlihat lebih waras dibandingkan dua temannya yang lain. Walaupun tukang potong rambutnya sedikit takut kepadanya. Bagaimana tidak takut, Lin menatap sinis ke arah tukang potong rambutnya. Seakan ingin memakan tukang potong rambut hidup hidup.

'Astaga keputusan yang salah ngajak mereka ke Salon' Rean membatin dalam hati sembari menepuk kepalanya dengan tangan.

'ya Tuhan, Gue Stress, tolong gue'

YARZELANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang