Prolog

13 1 0
                                    

Seorang perempuan tak henti-hentinya bergerak, berjingkat, kadang melompat, bahkan kakinya menendangi udara. Ia sedang berjalan di lorong gelap menembus kegelapan malam. Kupingnya yang tersumbat earphone mengumandangkan playlist spotify lagu Bruno Mars.

"Cantik! Mau ke mana?!"

Terdengar suara dewasa berceletuk pelan.

"Cewek!!!"

"Dengar nggak, sih, tu cewek dipanggil."

Dengan sebelah earphone-nya yang menjuntai, perempuan itu berhenti melangkah.

"Liat tuh, kayaknya dengar. Ayok kita samperin."

Jantungnya berdegup kencang setelah mendengar suara laki-laki yang tidak tahu dari mana asalnya. Matanya memencar mencoba mencari ke segala penjuru arah, percuma, keadaan sekeliling tampak gelap tanpa cahaya. Suasana malam bertambah mencekam, tak ada lagi suara. Kecuali, desahan napas panjang yang sesekali terdengar oleh dirinya sendiri.

Tak beberapa lama, terdengar derap langkah kaki dari arah belakang.

Tap!

Tap!

Tap!

Tiga pria jakung menampakkan diri dan langsung mengepung dari segala sisi.

"Cari kita, ya?"

Suasana menjadi sunyi, perempuan berbalut hoodie oversize itu mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab.

Satu pria berjalan mendekat mencoba mengikis jarak, tercium bau rokok menghambur dari mulutnya. "Mau kita temenin cantik?"

Dilipat bibirnya ke dalam, kemudian menggeleng perlahan, tapi sejurus kemudian ia berucap. "Kalau mau begal, cari korban lain."

Spontan ketiga pria tersebut tertawa.

"Sayangnya, nggak ada yang lewat sini selain kamu," kata si pria yang memakai topi.

"Ayo dong ... Om nggak sabar pingin masuk, nih. Udah nggak tahan," timpal lelaki berbadan kurus yang kini sedang menatap lekat tubuhnya dari atas hingga bawah.

Jantungnya semakin cepat bersahutan, inilah risiko yang harus ia tanggung, pekerjaan menuntutnya selalu pulang larut malam. Ia tidak bodoh, kejahatan di malam hari sangat sering terjadi, apalagi kini jam sudah menunjukkan pukul dua malam.

Mungkin ini saatnya menggunakan jurus andalan.

"Kalau udah nggak tahan, cari lonte aja, Om."

Si pria bertopi tersenyum smirk. "Buat apa cari yang bayar, kalau di depan mata ada yang gratis."

Kedua tangannya sudah mengepal di sisi tubuhnya geram, tanpa aba-aba melayangkan bogeman tepat di mulut pria mesum itu hingga membuat mulutnya terluka mengeluarkan darah segar.

Tak terima, salah satu dari pria tersebut langsung menendang perutnya hingga tersungkur ke atas tanah. Saat ingin kembali melayangkan pukulan di depan wajahnya, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi.

Ketiga pria itu langsung kabur begitu saja meninggalkan dirinya yang masih tergeletak tidak berdaya. Tidak mau membuang waktu, ia mencoba berdiri meskipun perutnya terasa sakit—bisa menimbulkan masalah yang cukup rumit jika polisi menemukannya di sini.

⚘⚘⚘

Salam manis
Lestari

Kontradiktif dan Ironis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang