G 11 : Pencil

178K 16.1K 230
                                    

Hari Sabtu Cheseli berdiam diri di atas kasurnya, sekolah libur di hari Sabtu. Gadis itu belum mandi, dia tidak berniat untuk turun ke lantai bawah untuk sarapan, di dalam kepalanya masih tercetak jelas senyum senduh milik Gamma kemarin sore. Setelah Gamma melakukan tindakan berbahaya itu padanya, Cheseli langsung pergi dari tempat latihan Kyūdō, menaiki Taksi dan langsung pulang.

Gamma tidak mengejarnya dan dia juga tidak lagi memiliki niat untuk bergabung dengan ekskul itu.

Kenapa Gamma melakukan tindakan berbahaya seperti itu?

Kenapa juga dia menatap Cheseli penuh dengan kesedihan?

Senyumannya juga, kenapa Gamma tersenyum seperti itu padanya?

Cheseli tidak mengerti.

"Argh!" Cheseli mengacak-acak rambutnya dan menungging di atas kasur.

Dengan posisi ini biasanya otak jadi lancar berpikir.

Cheseli sedih.

Ia kira hubungannya dengan Gamma sudah berjalan dengan baik, ternyata tidak ada perubahan yang pasti, semuanya masih tetap sama.

"Nona Cheli, anda akan sarapan di kamar?"

"Nina, aku engga lapar."

"Anda langsung tidur kemarin malam, perut anda belum terisi dengan apapun, makanlah sedikit."

Dia benar-benar tidak selera untuk makan, semua pertanyaan ini membuat kepalanya sakit dan perutnya terasa mules.

"None Cheli, Tuan Gamma izin masuk."

Eh?

Cheseli langsung melompat turun dari kasur. "Tunggu!" serunya, buru-buru ia mengambil handuk, mencuci wajah dan menyikat giginya.

Cheseli mencium aroma tubuhnya. "Engga bau." Bagus, jika ia mandi dulu Gamma pasti akan lama menunggu.

Ketika Cheseli keluar, Gamma sudah duduk anteng di salah satu sofa di kamarnya, ada banyak makanan di atas meja, salah satunya ada Souffle, salah satu Dessert kesukaan Cheseli, biasanya Nina menyajikannya dengan madu dan beberapa buah Strawberry dan es krim vanilla.

Cheseli duduk di hadapan Gamma, hm apa dia harus marah atau mengabaikan kejadian kemarin?

"Maaf," suara Gamma terdengar lirih.

Gadis itu termenung sejenak, tidak lama kemudian ia kembali tersenyum ceria seperti biasanya. "Kak Gamma hebat." Cara dia memanah tanpa menyakiti Cheseli, itu benar-benar hebat meksipun berbahaya.

Gamma menatap Cheseli yang masih tersenyum, gadis itu selalu seperti itu, melupakan semua masalah dengan gampangnya tanpa harus terlarut terlalu dalam.

"Aku memutuskan untuk engga gabung ekskul manapun, aku mau fokus ngelukis aja." Cheseli menatap Gamma. "Aku juga harus menepati janji aku ke kakak." Tentang dia yang akan melukis Gamma di tengah lapangan waktu itu.

"Aku lapar, kita sarapan dulu, hehehe." Setelah masalah ini selesai rasa lapar Cheseli langsung muncul.

Gamma mengangguk mengerti.

Mereka berdua makan dalam diam.

"Ini pertama kalinya kita makan bareng, aku senang banget." kata Cheseli. "Kak Gamma makannya rapi, suaranya juga engga ada."

"Oh yah! Aku baru ingat, waktu aku pingsan, siapa yang bawa aku ke rumah? Kak Gamma tahu orangnya? Rencananya aku mau ngucapin terima kasih."

Wajah Gamma berubah gelap. "Engga usah."

Gamma (Otw Terbit)Where stories live. Discover now