21. Laut

499 55 0
                                    

Dokter Sagara menatap sendu kearah anak remaja berusia delapan belas tahun tersebut. Sagara tidak habis pikir Ia merasa perihatin kepada laut. Bagaimana mungkin seorang anak remaja yang terbilang masa depannya masih panjang harus mengalami penyakit mematikan.

Dokter Erina dan dokter Sagara saling memandang satu sama lain. Hari ini
Dokter Erina sudah menjadwalkan laut untuk kemoterapi, dan kebetulan dokter Sagara akan menangani laut untuk kemoterapi.

Dokter Sagara merupakan suami dari dokter Erina, mereka sudah bekerja menjadi dokter selama enam belas tahun.  Namun, dokter Sagara lebih pengalaman dari pada dokter Erina maka dari itu Erina menyerahkan semuanya kepada Sagara.

Dokter Sagara tersenyum kepada laut, laut pun membalas senyuman dokter Sagara.

"Kita berusaha sama-sama laut, kamu harus kuat. Saya bangga dengan kamu yang masih kuat sampai di titik terendah saat ini."

"Semangat....." Timpal dokter Sagara.

"Saya harus kuat dok, demi satu perempuan yang benar-benar sangat saya cintai."

"Kita sembuhkan sama-sama jangan pernah berpikir untuk menyerah" ujar Erina sembari tersenyum kepada laut.

Laut menghela nafasnya, kemudian tangannya beranjak untuk berdoa agar terapinya hari ini berjalan dengan lancar. Laut sudah menjalani operasi kemudian hari ini Ia kembali di hadapi dengan kemoterapi.

"Tetapi aku lelah dok, kenapa tuhan mengujiku dengan seberat ini. Apa di masa lalu aku mempunyai kesalahan yang membuat aku seperti ini"

"Aku tidak sekuat itu Tuhan...." Lanjut laut.

"Tidak mungkin Tuhan menguji seorang hamba-nya di luar batas kemampuan seseorang.
Ayo kuat laut... kamu pasti bisa"

Banyak penyemangat yang laut dapatkan dari orang-orang terdekatnya. Laut menjadi semangat untuk sembuh walaupun kemungkinan Ia tidak akan bisa untuk sembuh.

****

Pagi ini laut berniat untuk jalan-jalan pagi,
dokter Erina menyarankannya untuk sering-sering berolahraga. Walaupun Ia hanya jalan-jalan pagi mengelilingi kompleks. Laut menatap sendu kearah pria paruh baya itu. Bagaimana bisa orang setega itu menyuruh orang lanjut usia untuk mengemis di jalanan dengan keadaan buta.

Laut pun menghampiri kakek buta tersebut.  Ia jadi teringat dengan nenek dan kakeknya yang sudah berada di alam sana.

"Halo kek, ini ada sedikit rezeki untuk kakek."ujar laut menyondorkan selembaran uang seratus ribu itu.

"Kamu siapa nak....?"

"Aku laut kek, terima yah ini uang untuk kakek...."

Pria paruh baya itu tersenyum, ternyata masih ada orang baik yang menolongnya. Laut adalah malaikat tanpa sayap.

"Terimakasih nak" ujar Asep kemudian memeluk laut.

"Sama-sama, nanti kalo nenek lapar di ujung sana ada kedai makan. Kakek harus janji sama laut, setiap hari kakek harus tunggu laut di sini. Laut akan membawakan kakek makan yang terenak."

Asep menangis, Ia merasa tidak enak hati kepada cowok itu. Jika memang laut di kirimkan tuhan untuk menolongnya maka, Ia sangat berterimakasih kasih. Hari kecil laut merasa sangat sakit ketika melihat Asep menangis.

"Apa yang bisa saya bantu untuk membalas kebaikan kamu...?"

"Sederhana kek, cukup doakan agar aku sembuh...."

DIA LAUT Where stories live. Discover now