💙 Arabella : The Story of Finding Pumpkin Seeds

53 30 77
                                    

Di dalam sebuah kamar, seorang gadis bersurai ungu, mengenakan piyama tidurnya terlihat tengah memikirkan sesuatu.

"Uhh, dimana aku bisa menemukan benih labu?" keluh seorang gadis bersurai ungu sambil duduk dipinggiran tempat tidur.

Sang ibu yang mendengar keluhan anaknya tersebut, segera mendekati lalu bertanya, "Ada apa, Ara? Kenapa wajahmu kusut begitu?"

Gadis bernama Arabella Aqueline, yang akrab disapa Ara itu, langsung menceritakan apa yang sedang mengganggu pikirannya. 

"Bu, aku punya tugas disuruh mencari benih labu tapi aku tak tahu dimana harus mencarinya," kata Ara sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kamu sudah cari di berbagai tempat?" tanya sang Ibu sambil mengelus rambut Ara.

"Sudah banyak tempat yang aku kunjungi tapi benihnya belum juga ketemu," jawab Ara sambil memegangi kepala, mendadak pusing dengan tugas tersebut.

"Emang kamu sudah mencarinya kemana saja?" tanya sang Ibu sambil mengacak rambut berwarna ungu milik Ara.

"Ara, sudah cari ke hutan!" jawab Ara sambil bergidik ngeri, teringat hal-hal menakutkan yang ia temukan di hutan.

"Lah, kenapa reaksimu begitu?" tanya sang Ibu heran.

"Itu yang Ara temukan hanya rumput liar, serangga dan hewan lainnya!" jawab Ara sambil menghela nafas, pasrah.

Padahal, ia dengan tekat sekuat baja dan nyali yang sebesar biji bayam, memberanikan diri untuk pergi ke hutan mencari benih labu tersebut, tapi yang Ara temukan bukanlah benih labu melainkan rumput liar, semak belukar, serangga dan hewan lainnya.

"Setelah itu, kemana lagi kamu mencarinya?" tanya sang Ibu semakin penasaran dengan kisah petualangan sang Anak.

"Hehehe, ke ladang milik tetangga kita," jawab Ara sambil nyengir kuda minta ditampol pake sandal jepit merek swallow.

Ibunya Ara menepuk jidat, heran dengan kelakuan anak semata wayangnya ini, mencari benih labu kok ke ladang milik tetangga.

"Kenapa ke ladang milik tetangga? Mereka itu menanam buah pepaya bukan labu!" ucap sang Ibu sambil menggelengkan kepalanya, heran. Tetangga mereka semuanya menanam buah pepaya tak satu pun yang menanam labu.

"Oh, pantes! Pak Mamat marah banget waktu aku masuk ke ladang beliau. Aku dikejar-kejar pake pentungan andalan plus plototan tajamnya dan tak lupa semburan air ludahnya beliau, yang warbiazaahh baunya itu," kata Ara manggut-manggut sambil terkikik geli karena merasa berhasil membuat pak Mamat kewalahan dengan tingkahnya.

"Hadeuh, kamu ini ada-ada aja masak cari labu ke ladang pak Mamat! Pastinya ya bakalan begitu, kamu dikira mau maling buah pepaya, makanya beliau kejar pake pentungan," kata ibunya Ara sambil memegangi kepalanya, yang mendadak sakit.

Setelah mencari di hutan tapi tak kunjung Ara temukan, ia teruskan mencari benih labu ke ladang milik tetangga, bukannya benih labu yang ditemukan, malah dapat pentungan dan lirikan tajam dari pemilik ladang yaitu ladang pak Mamat tadi.

"Setelah ke hutan sama ladang milik tetangga tadi, kemana kamu mencari benih labu lagi?"

"Hehehe! Aku mencari ke kandang sapi milik Pak Sosro!"

Ara masih ingat ketika sehabis dikejar dengan pentungan pak Mamat, ia langsung melanjutkan misi mencari benih labu ke tujuan selanjutnya yaitu kandang sapinya pak Sosro, ia manusia bukan sejenis minuman kemasan teh botol, yang dijual di pasaran.

"Gimana ada gak benih labunya di sana?"

"Enggak ada, Bu! Adanya cuma rumput sama kotoran sapi, yang wanginya cetar membahana dan aku juga nyaris ditendang sama si Sapinya."

Arabella : The Story of Finding Pumpkin Seeds Where stories live. Discover now