06. Ayden

14.6K 1.6K 24
                                    

Sorry, I'm late.
Ini chap gak penting sih hehe

         Adam menemani Dellion yang sedang mengerjakan tugas rumahannya. Adiknya itu tampak memajukan bibirnya dengan pen yang mengetuk dahinya. Adam menggigit bibir dalamnya, Dellion benar-benar menggemaskan.

        “ Adek ngerjain apa sih kok sampai bingung gitu?” Tanya Adam.

        “ Aku lagi bikin tugas bahasa Indonesia, Kakak. Tadi disekolah, Bu Irma minta semua siswa dikelas buat beberapa kalimat motivasi yang pure dari otak sendiri. Ini aku udah bikin beberapa, tapi aku gak yakin ini bisa memotivasi orang.” Jawab Dellion sambil memutar-mutar pen-nya.

        “ Coba deh kakak lihat.” Adam melihat dan membaca setiap inci dari tulisan Dellion. Tulisan adiknya berubah total menjadi lebih rapi daripada dulu, lalu untuk kalimat yang ditulis Dellion membuat Adam tersenyum. Kalimat itu, jika didalami, memiliki makna yang besar.

        “ Karena kakak mengerti dengan apa yang kamu tulis, maka kakak akan katakan jika kalimat ini bermakna besar. Jika mereka membaca tulisan ini, keputusan untuk mendalami dan menjadikan ini sebagai motivasinya ada ditangan mereka. Namun setiap orang punya sifat dan tabiat yang berbeda, kita tidak bisa memaksa orang lain agar menyetujui dan mengikuti motivasi kita. Karena orang lain punya opini berbeda tentang motivasi mereka. Jika ada seseorang yang memiliki motivasi yang sama denganmu, mungkin kalian punya sudut pandang yang sama.” Jelas Adam, tentu Dellion mengerti karena Farren pernah mengucapkan penjelasan itu padanya. Kita tak bisa memaksa orang lain untuk melakukan apa yang kita lakukan.

       “ Aku mengerti.” Lalu Dellion menutup bukunya dirasa tugasnya selesai.

       “ Tadi disekolah kamu belajar apa? Kata Papa kamu ambil jurusan Bahasa. Kenapa bukan Mipa?” Tanya Adam, Dellion memayunkan bibirnya. MIPA? Tidak, dia tidak suka ketika huruf dan angka berkolaborasi. Dellion lebih suka dengan Diksi yang berkolaborasi dengan konjungsi.

       “ Memang kenapa dengan jurusan Bahasa? Banyak orang mengatakan jika Kelas Bahasa itu tidak punya prestasi dan selalu mengatakan bahwa kelas MIPA adalah gudangnya siswa pintar. Padahal kan semua siswa punya keahlian masing-masing. Padahal sesungguhnya, mempelajari sastra dan aksara asing itu sama sulitnya dengan belajar biologi fisika kimia.” Balas Dellion.

         “ Tidak, kakak tidak peduli jurusan apa yang kamu ambil, asalkan itu sesuai dengan basicmu. Kakak dulu bersekolah di sekolah kejuruan dengan jurusan DPIB.” Ucap Adam.

        “ Desain? Wah pantas kakak pintar membuat sketch. Kapan-kapan ajari aku ya.” Dellion kagum pada Adam.

        “ Baik, berhenti belajar Opini. Sekarang kakak ingin bertanya, apa saja yang kamu lakukan disekolah tadi?” Tanya Adam lagi.

        “ Tadi aku belajar lalu pergi ke kantin bersama Kak Amel dan Kak Gala.” Jawab Dellion, sudah Adam duga jika Amel tak semudah itu melepaskan Dellion sendirian.

        “ Apa Dellion punya teman sekelas?” Adam bertanya, Dellion menggelengkan kepalanya.

        “ Tidak punya.” Jawabnya spontan.

        “ Kenapa tidak punya? Bukankah adik kakak ini terlalu manis untuk diabaikan?” Ucap Adam.

        “ Hehe.....bagaimana ya? Aku takut berteman dengan orang lain dikelas.” Adam dibuat terdiam beberapa saat oleh jawaban Dellion.

[END] Bad ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang