2. Diganggu Nona.

175 10 2
                                    


Pria kekar berkulit sawo matang dalam balutan kaos hitam dan celana cargo pendek berwarna krem duduk tegap di kursi cafe dengan meja dan satu wanita cantik yang duduk di kursi di hadapannya. Ia benar-benar seperti patung, tatapannya datar, namun tegas.

Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Hasan yang sedang menjaga, atau sekarang disebut sedang bertugas mendampingi sang nona untuk nongkrong di cafe. Tatapan Hasan lurus ke depan, namun tak menatap snag nona, itu dilarang untuk seorang ajudan. Sedangkan sang nona meringkuk di kursi, memangku dagu di atas kedua lutut, menggoyangkan gelas panjang di tangan.

"Punya takdir, kok, apes banget, ya. Ck! Mau sebahagia apa, sih, nanti? Curiga jadi wanita paling bahagia sedunia, dah!" gerutu Flori dengan suara kecil. Tatapannya tampak kosong tak mempedulikan sekitar.

"Kenapa ga hamil-hamil, sih! Hamil, dong! Biar dinikahin!" lanjutnya menggeliat gelisah.

'Deg!'

Tatapan Hasan sontak memusat pada sang majikan cantiknya. Hamil? Hasan sekarang merenung. Sang nona ingin hamil dalam keadaan belum menikah? Siapa ayah dari calon bayi itu?

"Lagian, punya pacar lembek banget!"

"Eh,.. kopi lu minum, dong! Kaku amat dari tadi!" titah Flori dengan raut kesalnya yang khas.

"Buruaaan!" rengek Flori bercampur geraman.

"Baik, nona."

Tangan besar dengan urat-urat yang tercetak itu meraih gelas berisi kopi panas, lalu menyeruputnya perlahan. Selalu ia usahakan agar tak menatap pada sang nona.

"Kalo pacar lu hamil, lu mau nikahin?"

'Pfftt!'

Sedikit air kopi menyembur dari bibir Hasan. Sang nona tak beraksi manja, melainkan menatap sinis dan serius, tanpa ingin berlama-lama.

"Ekhem! Ekhem!" deham Hasan salah tingkah mencarisapu tangan di saku, lalu mengelap bibir.

"Jawab."

"Lu! Lu, kan, cowok. Kalo pacar lu hamil anak lu, lu bakal tanggung jawab?"

Hasan berpikir cukup lama. Matanya menerangawang serius pada awan yang jauh. Ia tampak mengernyit sensitif. Apa maksud pacarnya hamil? Pertanyaan macam apa.

Tatapan intens di sana berhasil membuat Hasan sedikit gelagapan.

"Saya pribadi ga bakal hamilin pacar saya. Kami harus nikah dulu kalau mau lakuin hal,.. hal,.." Hasan gelagapan di akhir kalimat.

Hasan merenung lagi. Nona cantiknya sudah tidur bersama pria lain? Hasan kecewa. Sayang sekali rasa kecewanya bukan sesuatu yang penting bagi snag nona.

"A elaaah,.. sok bijak! Semua cowok mana ada kayak begituu!" sembur Flori menatap sinis pada pria yang duduk tegap di hadapannya ini. Jawaban Hasan terlalu jelas bohongnya.

Tiba-tiba Hasan menggelengkan kepala. Flori mengernyit dibuatnya.

"Imajinasi-imajinasi seluruh laki-laki mungkin sama, template, tapi tidak dalam bersikap dan berbuat. Karena, imajinasi susah dikontrol." Hasan menjawab dengan harap tidak terlihat seperti laki-laki sok bijak. Dirinya jujur.

"Oh, yaa? Maasaa siih? Hmmm,.. bohong yaaa? Uuummm,.. gemessh!!" timpal Flori berlagak centil, julid, menyebalkan. Pria di depannya begitu tegap, hanya sesekali menatap.

Sedikit dengusan tak habis pikir hadir di wajah pria berwajah kaku itu. Nona manis di depannya ada-ada saja.

"Heh?!"

"Lo ngeledek majikan lo?"

"Bukan, bukan begitu." Hasan sedikit terkejut. Ia menatap sesaat, lalu kembali mengalihkan pandangan.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now