3. Love Angelo.

127 8 0
                                    

Florenzia berkeliling di dalam rumah, mencari banyak pelayan yang ia tanyai apakah benar ayaah dan ibunya pergi ke China, ternyata benar jawabannya. Kini Florenzia berada di dapur bersih, bukan dapur pelayan. Di sini ada tiga pelayan yang sedang memasak. Mata tajam cantiknya sontak melebar mendengar fakta itu. Bibirnya merekah penuh bahagia.

Jeritan kemenangan hadir melengking, membuat para manusia di sana menutup mata dibuatnya.

"Aaaaa! Oh My God! Yeaayy!! I'm free!!" jerit Flori berjingkrak heboh, meloncat naik turun.

"Omegod omegod omegoott! Ssst! Haha! Finaleeh!"

"Huuufftt! Fyyuhh!"

Flori terus berdiri dengan kedua tangan naik turun di depan dada, menyesuaikan cepat lambatnya ia menghirup dan mengeluarkan napas. Raut sumringah tak bisa disembunyikan lagi.

"Oke, gue harus siap-siap!" Cetusnya dalam hati.

"Okay! Bye!"

Para pelayan yang sejak tadi kebingungan hanya bisa mengangguk kaku saja.

"Gua kudu siapin banyak bajuu! Baju seksiii! Ahahah!" ujar Flori melangkah bebas melewati pilar dekat lift yang terdapat Hasan di belakang pilar itu.

"Habibii, come to Dubai!!" teriak Flori semangat.

Pria itu tertegun menyaksikan kepergian sang nona cantik yang memakai rok mini dengan atasan seperti bra, hanya saja berbentuk sayap indah. Nyaris seluruh punggung Flori terekspos bebas.

Tiba-tiba saja langkah Flori berhenti saat baru saja menginjak beberapa langkah di tangga yang amat tinggi.

"Wa-wait!"

"Hai, Hasan! Hihi. You okay?" cicit Flori menatap nakal, sinis, namun tersenyum.

Flori mendecih kala Hasan berdiri mematung, sedikit salah tingkah. Ajudan berwajah tampan nan manis itu hanya bisa diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Hasan bahkan tak percaya dirinya diajak bicara.

"Well,.. you know? Baba ama bunda ga ada! Haha! Yeess! Ga ada bunda! Haha! Ga ada detektif!" ucap Flori pada Hasan, lalu bicara sendiri dengan kedua tangan mengepal semangat.

"Gua bakal minta baba, biar lo ikut gua."

Sedikit bola mata Hasan maju membulat. Benarkah?

"Bye!"

"Eiits!"

"Ya, nona?" ucap Hasan melangkah sigap.

"Lu ga disuruh baba jaga? Ma–maksudnya ikut ke China. Lu ga tugas?" tanya Flori dibalas gelengan spontan.

"Lu ikut gua ke Dubai!" titah Florenzia menunjuk Hasan hingga tangan cantiknya lurus ke depan seperti sedang menyihir.

Kepergian Flori membuat Hasan terdiam lama di posisi terakhirnya. Binar matanya menyiratkan sedikit rasa kecewa. Hasan tahu betul apa yang akan dilakukan oleh sang nona nanti. Ini membuat perasaannya campur aduk. Kecewa? Dirinya bukan siapa-siapa. Dirinya mungkin hanya sekedar keset kamar mandi umum bagi sang nona, bahkan tak sampai untuk sebatas kamar mandi pribadi.

"Keset?! Haha!"

"Emang di wc umum ada keset? Hahaha." Hasan menggaruk tengkuk berulang kali. Ia terkekeh hambar atas isi otaknya sendiri.

"Huft!"

"Kebanyakan ngimpi lu!" cerca Hasan memukul kencang kepalanya.

Di dalam ruang pakaian yang luas, terdapat empat pelayan sibuk mengemas pakaian yang sang nona lempar bebas, lalu harus mereka setrika, lipat dengan rapih, lalu dimasukkan ke koper. Di sana Florenzia hampir lenyap di dalam lemari tinggi besarnya, mencari pakaian-pakaian yang sekiranya akan bagus saat ia pakai.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now