MYEONGDONG, 10:00 AM
Aara mengerjapkan mata perlahan, saat dia merasa ada cahaya yang menusuk netranya. Dia menundukkan diri perlahan, dan tersenyum entah kepada siapa. Kalau dipikir-pikir, semalam itu sedikit banyaknya menyenangkan buat Aara, Dia ketemu Suho, Saejin, Hansol, dan Jaehwan.
"Kalian pulang juga akhirnya. Ke mana saja kalian?" ucap Aara.
"Maafkan kami, ya, Adik Kecil. Lucy dan aku ada urusan sebentar di Busan kemarin," jelas wanita berbadan bak model, Naomi.
"Ya, tentu saja. Sangat urgent, bukan? Kebutuhan dasar hidup manusia dalam Psikoanalisa Freud," olok Aara.
"Aih, jangan begitu," ucap Naomi.
"Kau benar, Aara. Naomi itu menyebalkan! Aku menyesal menemaninya kemarin," olok wanita lainnya yang bernama Lucy.
Aara berdiri dari duduknya, membenarkan bergo maryam army-nya dan berjalan ke arah kulkas. Semalam Aara tidur di sofa. Dia membuka kulkas tanpa semangat dan mengambil Botol Army-nya lalu meneguk air dingin itu. Dia tersenyum lagi dan membuka matanya penuh, dia sudah sangat sadar.
"Aara, dari tadi ada missed call dari nomor tak dikenal. Makanya aku tak mengangkatnya," ucap Lucy.
"Biarkan saja, kalau dia menelepon lagi baru akan ku angkat," ucap Aara.
I can hear you calling ... Love in the way you ....
"Yeobseyo?" ucap Aara.
"Oh-oh. Ahjussi-Nim?" ucap Aara terbata.
Aara mendapat tatapan penasaran dari kedua temannya. Dia memutuskan untuk mengaktifkan loudspeaker di ponsel S20 Buletproof Editionnya.
"Aara-ssi. Saya ingin berterima kasih karena Anda sudah bersedia mengantarkan Suho ke asrama. Ah ya, Saya minta maaf. Saya mendapatkan nomor telepon Anda dari teman yang pernah bekerja bersama Anda. Bisakah Anda mengirimkan alamat Anda di Korea, Saya, ah maksudnya kami ingin memberikan sesuatu kepada Anda," jelas orang di seberang sana.
Aara tak menjawab dan memberi sinyal kepada kedua temannya. Keduanya menangkap sinyal itu dan mengangguk bersamaan.
"Eungghh! Ahjussi-nim. Anda bisa berikan kepada Gereja di mana Suho-ssi melakukan pelayanan," ucap Aara.
"Ah, baiklah. Tentu saja. Terima kasih Aara-ssi," ucap suara di seberang sana.
"Ndee," jawab Aara ikut antusias.
Aara dan kedua temannya kembali saling tatap. Mereka bertiga memiliki pertanyaan yang sama. "Apakah itu manajer hyung-nya UNT?". Tapi, masa iya? Atau mungkin itu hanya Staff SM yang mendapatkan tugas dari manajer hyung-nya UNT 127? Ah peduli apa sih? Bukan UNT yang menelpon Aara.
"Hari ini kita ada jadwal apa?" tanya Aara.
"Hanya bersantai sepertinya," jawab Naomi.
Ini minggu pertama Aara, Naomi, Lucy, dan Pooja di Korea. Liburan musim panas yang hampir sempurna, walau ada sedikit masalah, ah tidak! Bukan masalah, tapi cobaan dan ujian dari Tuhan semesta alam, mereka berempat tetap senang dan menikmati liburan mereka.
"Kalau gak ada apa-apa, aku akan menemui Jacob," ucap Aara.
"Alah, bilang saja Kamu sangat merindukannya," olok Naomi.
"Memangnya kenapa?" protes Aara.
Aara menyiapkan diri setelah dia selesai Sholat Dhuhur di Rumah Singgahnya. Dia akan ke Busan menemui temannya yang lain. Sudah hampir setengah tahun sejak temannya lulus dan melakukan pelayanan di Holy Ground Cathedral di Busan. Seseorang yang dia anggap sangat istimewa bak kisah yang pernah dia tonton, di film The Divine Furry.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDO
Paranormalundo ˌənˈdo͞o 'membuka' Sama sepertinya artinya secara harfiah. Cerita ini akan membuka sebuah pengalaman baru bagi kamu.