Teaser

1.3K 76 4
                                    


Short story baru di Karyakarsa, khusus dewasa 21+ , nanti juga bakalan ada di Googleplay

Silakan follow aku di sana ya : sdesiree

Silakan follow aku di sana ya : sdesiree

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

XoXo

S. Desiree

_______________________________________________________________________________

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku memikirkan tentang Emma Davies. Dia adalah muridku di dua tahun terakhirnya sebagai murid high school di sekolah tempatku mengajar fisika. Emma adalah gadis yang cantik, dia pintar menarik perhatian pria dewasa dan juga pandai menggoda para pria remaja. Tidak ada yang benar-benar berubah setelah empat tahun sejak kelulusannya, ketika dia berjalan memasuki kelasku lagi, kecuali bahwa di usia ke-22 nya, Emma tampak semakin menawan.

"Hi, Mr. Ramirez," sapanya sambil tersenyum. Emma mengenakan blouse hijau dengan rok putih dan rambut pirangnya sedikit lebih pendek, mencapai bahunya. Blouse yang dikenakannya memiliki garis leher rendah, seperti jenis yang dulu sering dikenakan Emma dan yang membuat banyak pria berfantasi.

"Selena," sapaku sambil berdiri dan tersenyum. Aku lalu mengulurkan tangan. "Senang bertemu denganmu lagi."

"Senang bertemu denganmu lagi, Mr. Ramirez." Dia tersenyum cantik dan meraih tanganku dan menyalaminya. "Apa kabar?"

"Baik, baik, aku baik-baik saja, Emma," jawabku sambil tersenyum padanya. "Bagaimana denganmu sendiri? Apa kabar?"

"As you can see, I'm doing great, Mr. Ramirez," jawab Emma sambil berputar.

Ya, aku bisa melihatnya. Wanita itu memang terlihat sangat baik-baik saja. Bahkan lebih dari itu. Dan sungguh memesona, kalau boleh kutambahkan. Aku berdeham sejenak, berusaha menepikan pikiran-pikiran tak terpuji itu dari benakku. "Well, kehormatan apa yang kudapat? Kau datang mengunjungiku?"

"Aku datang ke sini untuk bertemu Mr. Willis, aku ingin meminta bantuannya, apakah dia bisa merekomendasikanku sebagai guru pengganti, di sekolah ini atau mungkin di sekolah lain... " Wanita itu menyeringai pelan sejenak. "...well, I prefer this school though."

"Aku pasti akan mempertimbangkannya," jawabku. "Tapi dengan satu syarat."

"Oke," jawab Emma cepat. "Apa itu? Katakan saja."

"Join me for a drink?"

"Tentu saja," jawab Emma sambil tersenyum.

Aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dulu jadi aku meminta Emma untuk menungguku di restoran dan bar Mexican favoritku. Mereka menjual margarita yang enak dan juga makanan pendamping yang lezat. Saat aku tiba, Emma sudah duduk di meja bar sambil mengunyah sesuatu, sepiring chips terletak di hadapannya.

"Kau ingin aku memesan margarita?" tanyaku sambil duduk di sampingnya.

"Aku sudah memesannya," jawab Emma dan benar saja, bartender mengantarkan dua gelas margarita ke hadapan kami.

Aku lalu meraih minumanku dan mengangkat gelas. "Selamat atas kelulusamu, Emma." Lalu kami bersulang.

"Terima kasih," jawabnya, tampak berseri bangga. "Sarjana sains di bidang geologi dan geofisika."

Aku terkejut tapi juga bangga. Emma memang adalah murid top di kelasnya tapi dia mungkin adalah murid pertama dari sekolah ini yang berhasil mendapatkan gelar sarjana sains di bidang geologi. "Wow! I'm impressed, Emma. And very proud of you."

"Aku belajar sangat keras, tapi tetap saja, aku ingin berterima kasih karena kau yang memberiku arahan itu ketika aku bingung menentukan apa yang ingin kulakukan."

"Aku tidak pernah mengira kau akan mengikuti saranku," jawabku jujur. "Nilaimu memang sempurna, kau juga menanyakan pertanyaan yang sangat bagus, tapi aku tidak tahu kau benar-benar serius mempertimbangkan saranku, Emma."

"Kenapa? Karena aku seorang wanita?" tanyanya menggoda.

"Sama sekali tidak," jawabku. "Karena itu bidang yang sangat sulit tapi aku sekalu tahu kau akan mampu, kalau tidak, aku tidak akan pernah menyarankannya. Jadi apa rencanamu setelah ini?"

"Mungkin menjadi peneliti, tapi aku juga mempertimbangkan untuk mengejar gelar master, jadi aku pikir menjadi guru pengganti sementara di sini bisa memberiku waktu untuk berpikir dan memutuskan. Dan lagi, aku ingin melihat lebih banyak wanita mengejar bidang sains, jadi, menjadi pengajar menarik minatku, Mr. Ramirez."

"Kau mengejutkanku lagi, Emma," ucapku tersenyum. "Aku sangat senang sekali bila melihat gadis-gadis di kelasku tertarik pada sains."

"Sebenarnya, Mr. Ramirez, kau-lah yang membuatku terinspirasi dan kuberitahu satu rahasia, aku dulu tergila-gila padamu." Dan Emma menyeringai lebar mendengar ucapannya sendiri. "Huge crush, Mr. Ramirez."

Aku sama sekali tidak terkejut. Aku bisa merasakannya. Dia selalu duduk di barisan depan dan terang-terangan merayuku. "Aku tersanjung, Emma. Dan ya, aku juga menyadarinya." Aku lalu tertawa. "Omong-omong, panggil aku Gilberth."

"Yah, well, beberapa kali aku beusaha merayumu, aku selalu memastikan garis leherku cukup rendah dan aku selalu tersenyum manis setiap kali melihatmu, Gilbert. But hey, saat itu aku berusia 17, hampir 18 tahun, dan kau benar-benar pria yang sangat menarik, Gilbert."

"Terima kasih, Emma. Aku benar-benar tersanjung tapi kau harus tahu, bagiku kau juga sangat menawan."

Wanita itu langsung tersenyum. "Terima kasih."

Ada pertanyaan yang selalu ingin kutanyakan tapi aku tidak pernah memiliki kesempatan. Sekarang aku mendapati diriku bertanya apakah aku harus menanyakannya ataukah tidak. Kalau aku salah, pasti sangat memalukan. Tapi aku mendapatkan keberanian setelah menghabiskan margaritaku.

"Aku tidak percaya aku menanyakan ini, Emma, tapi beberapa kali di dalam kelasku, kau... " Emma langsung menyelaku sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku.

"Dengan sengaja membiarkanmu melihat celana dalamku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seducing EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang