Prolog

592 43 10
                                    

"Quinn!!"

Suara Dave terdengar begitu keras dan bergema di area belakang taman festival yang gelap dan minim penerangan. Tubuh Quinn seketika tersentak dan bergetar begitu mendengarnya.

"Quinn, keluarlah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Quinn, keluarlah. Baby. Please, jangan lakukan ini padaku." Suara Dave kini terdengar lirih dan putus asa, tetapi tak lama kemudian terdengar gebrakan yang keras. Tampaknya lelaki itu masih butuh melampiaskan amarahnya.

Apapun akan Quinn lakukan, demi tidak berhadapan dengan anger issues yang Dave derita. Ia rela tubuhnya menggigil di balik mobil orang sebagai tempat persembunyiannya, tanpa mengenakan cardigannya yang tertinggal di mobil temannya.

Sebisa mungkin, Quinn menahan napas dan menutup mulut dengan kedua tangan, agar Dave tidak mengetahui keberadaannya. Beberapa saat kemudian area itu hening. Quinn sengaja menunggu beberapa menit setelah suara Dave tidak terdengar lagi.

Quinn akhirnya memberanikan diri untuk mengintip area di balik mobil itu. Sialnya, tempat itu sangat gelap dan ia tidak bisa melihat apapun di sana.

Tubuh Quinn sudah tidak bisa menahan dinginnya hembusan angin malam lagi. Membuatnya harus segera mencari tempat lain yang dapat menghangatkan tubuhnya.

"Akhirnya kau keluar juga."

Sontak Quinn menahan napas melihat ke arah sumber suara dengan tatapan horor.
Kegelapan area itu membuat Quinn tidak sadar bahwa Dave ternyata duduk terdiam pada ban mobil yang tertancap pada tanah. Seperti menunggu Quinn keluar dari tempat persembunyiannya.

Lelaki itu kemudian bergerak dari sana dan berjalan mendekat lalu menunjukkan gelang yang tadinya Quinn kenakan. Melihat itu, Quinn langsung mengecek pergelangan tangannya dan sadar bahwa ia tidak sengaja telah menjatuhkannya.

"Aku menemukan ini di dekat mobil itu, jadi aku tahu kau bersembunyi di sana. Kau kedinginan, hm?" Tatapan Dave turun ke arah bahu Quinn yang terbuka.

Meskipun nada lelaki itu lebih lembut dari beberapa saat yang lalu, tatapan tajam lelaki itu tidak berubah. Matanya seperti menusuk tubuh Quinn hingga ke nadi-nadinya.

Ketakutan Quinn semakin membesar bersamaan dengan detak jantungnya yang berpacu cepat. Hingga membuat tubuhnya bergeming di tempat. Napasnya naik turun seperti melihat sesuatu hal yang sangat berbahaya tepat di hapadannya.

Tidak peduli jika Dave bersikap selembut apapun saat ini, tetapi amarah Dave masih terbayang-bayang di kepala Quinn.

Sembari mengenakan jaket miliknya kepada Quinn, Dave berkata dengan nada dingin dan penuh geraman.

"Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja, setelah apa yang telah kau lakukan padaku? Oh tentu tidak, Quinn. Aku akan selalu ada di mana pun kau berada bahkan dalam mimpi burukmu sekalipun."

***

New story!!

Senang akhirnya bisa buat cerita baru lagii. Aku harap kalian suka dengan cerita ini.

Kali ini bertema romance yang cukup dark, yang akan banyak menguras emosi para pembaca.

Ini cerita yang terpisah. Tidak dari sekuel manapun.

Cerita ini murni dari karyaku sendiri. Aku mulai start 5 Maret yg lalu. Semoga cerita ini berhasil membawa banyak pembaca.

Terima kasih udah tertarik klik cerita ini dan juga telah memberi vote.

Sampai jumpa di Bagian 1..

5/3/23

VENGEANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang