Bagian - 5

190 19 0
                                    

Seminggu semenjak tersebarnya rumor perselingkuhan Dave dengan wanita lain, kini mulai bermunculan rumor baru mengenai Kimberly yang menghilang tanpa kabar. Tidak ada satu pun dari mereka yang tahu mengenai keberadaan Kimberly sebenarnya selain orang-orang terdekatnya. Termasuk kedua temannya, Natasha dan Margon. Mereka sudah melakukan perjanjian kepada keluarga Reann, untuk menutup mulut mengenai keberadaan Kimberly dan aktivitas apa pun yang ia lakukan sekarang.

Saat itu pembicaraan dan perdebatan yang cukup panjang diantara anggota keluarga Reann mengenai masa depan Kimberly. Quinn ingat sampai sedetail-detailnya dan juga perjanjiannya dengan Kimberly.

"Apa yang kau katakan? Kau mau pergi ke Florida?" Suara Jeremy Reann, sang ayah, meninggi di seisi ruangan, begitu mendengar pernyataan Kimberly.

"Yes, dad. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi! Tolong lah, dad." Kimberly menurunkan suaranya di akhir-akhir kalimat dengan menatap Jeremy dengan tatapan memelas. Terlihat dari sorot matanya yang dalam bahwa ia sudah lelah menghadapi kehidupannya yang berat karena Dave. Kimberly tidak seperti dulu lagi, yang bisa mengendalikan emosinya menjadi lebih baik di keesokan harinya.

Terlalu banyak kenangan buruk dan indah bersama dengan Dave di kota ini. Sangat sulit baginya untuk membuka lembaran baru, jika berada di tempat yang sama.

"Jeremy, kita punya villa di sana. Kimberly bisa tinggal beberapa hari di sana, sebelum mendapatkan apartemen yang dekat dengan sekolah barunya. Kita juga tidak perlu khawatir karena kedua orangtuaku juga tinggal di kota itu." Victoria yang sudah tahu permasalahan yang dialami putrinya itu, membela dan mendukung keputusan putrinya itu.

Kisah cinta yang penuh dengan kepedihan dan hubungan yang tidak sehat itu telah menghancurkan semangat dan harapan putrinya. Victoria sangat menyesali hal itu terjadi pada Kimberly. Karena itu, Victoria berada di sisi Kimberly dan akan selalu mendukungnya.

"Kimberly, daddy berat melepaskanmu untuk tinggal sendirian di saat umur yang masih tujuh belas tahun. Apalagi, kamu baru saja melalui hari-hari berat sampai tidak mau sekolah seperti ini. Kamu perlu pendampingan. Jika kamu mau ke Florida, daddy akan izinkan jika kamu tinggal bersama granny dan granpa­-mu."

Beberapa saat Kimberly merenungkan perkataan ayahnya hingga akhirnya ia menggangguk. Tidak masalah bagi Kimberly akan tinggal dengan siapa, asalkan ia bisa meninggalkan kota ini. "Tidak apa-apa, dad. Aku mau tinggal bersama mereka."

Pembicaraan itu akhirnya berakhir dengan keputusan bersama. Quinn yang sedari tadi duduk diam mendengarkan akhirnya bisa kembali ke kamar bersama dengan Kimberly. Begitu mereka sudah berada di depan pintu kamarnya masing-masing, Kimberly membuka suara. "Quinn, ada yang ingin kukatakan padamu."

"Oke, kita bicara di kamarku saja."

"Aku hanya sebentar."

Quinn memutar tubuhnya ke arah Kimberly dengan bersandar pada daun pintu dan lengan yang dilipat di depan dada. "What?"

"Besok temanku datang. Bisakah kau bertemu dan berkenalan dengan teman-temanku?"

Permintaan Kimberly kali ini cukup berat bagi Quinn. Meskipun kedua temannya itu sering datang ke rumah mereka dan bahkan melihat foto Quinn yang terpajang di rumah, tetapi Quinn tidak pernah menampakkan diri secara langsung di depan mereka. Jika tidak mengurung diri di dalam kamar, Quinn akan pergi ke rumah Millie.

"Mereka baik, Quinn. Aku sebenarnya sudah membicarakan tentangmu kepada mereka dan mereka sangat menghargai privasimu. Sampai detik ini tidak ada yang tersebar bahwa kau adalah adikku." Kimberly berusaha meyakinkan Quinn.

"Untuk apa?" tanya Quinn dengan alis bertaut.

"Ada yang kami bicarakan padamu, ini penting. Mau ya?"

Meskipun Quinn enggan melakukannya, tetapi sulit baginya untuk menolak permintaan Kimberly di saat-saat kakaknya itu sendang mengalami masa-masa sulit seperti ini. Apalagi setelah Quinn mendengar semua kisahnya dari Kimberly. Bagaimana Kimberly menangis dengan tersedu-sedu menceritakan semuanya.

"Baiklah."

Kimberly tersenyum tipis menatap Quinn. Kebaikan Quinn padanya, kadang membuat Kimberly tidak bisa berkata-kata dan Kimberly merasa tidak layak untuk menjadi kakaknya.

"Aku sebentar lagi akan pergi, kita tidur bareng ya?"

"Oke, aku ambil hp dulu."

Waktu sudah menunjuk pukul sembilan malam. Quinn yang terlentang di samping Kimberly sembari mengenakan masker wajah, melirik ke arah Kimberly. "Kim, ada yang ingin kutanyakan."

"Apa?"

Sejenak Quinn diam memikirkan tentang Dave yang ternyata selama ini sering selingkuh, tetapi Kimberly tidak putus dengan sejak dulu. Hal itu kadang membuat Quinn merasa kesal karena selama ini juga, Kimberly tidak pernah menceritakan mengenai perselingkuhan yang dilakukan Dave saat mereka berpacaran. Anehnya, baru kali ini Kimberly benar-benar ingin putus dengan Dave. Quinn tidak pernah mengerti jalan pikir kakaknya itu.

"Enggak jadi, deh." Quinn seketika sadar, jika ia menanyakan tentang Dave, ia tidak mau Kimberly menangis lagi. Quinn sudah muak melihat air mata Kimberly mengalir hanya karena sampah seperti Dave.

"Kau mau nanya apa sih? Bikin penasaran aja."

Quinn menggeleng. "Enggak jadi. Aku gak mau melihatmu nangis lagi."

Seketika Kimberly terdiam seolah mengerti apa yang dimaksud Quinn. Matanya kini menerawang menatap langit-langit kamar yang terdesain lukisan indah dan estetik. Sebuah senyum kecil dan tawa muncul menertawakan dirinya sendiri. "Pasti ini sangat membingungkan bagimu ya, Quinn. Melihat betapa bodohnya diriku bertahan dengan orang yang sebenarnya tidak mencintaiku. Seandainya aku bisa menjawab mengapa aku lakukan ini, tetapi tetap saja aku tidak bisa menemukannya. Katakan saja kalau ini adalah semua karena cinta."

Cinta?

Apa perasaan itu membuat orang menjadi bodoh seperti itu? Selama ini kisah percintaan yang selalu Quinn baca di novel diulas begitu indah dengan akhir yang bahagia. Hampir semua pemeran pria pada novel adalah karakter yang selalu diidam-idamkan para wanita. Mulai dari fisik, perbuatan, sampai perilakunya. Begitu juga pemeran wanita. Semuanya diciptakan dengan sempurna.

"Satu-satunya pelajaran yang bisa kau ambil dari kisahku ini, Quinn. Kau harus mencintai dirimu dulu, sebelum kau mencintai orang lain. Kita tidak tahu kepada siapa kita akan jatuh cinta. Jika kau cinta dengan orang yang tidak benar, kau bisa meninggalkannya demi kebaikanmu sendiri. Tidak seperti aku yang justru bertahan."

Quinn meresapi setiap kata-kata yang Kimberly lontarkan. Ucapan hati seorang kakak yang tidak ingin hal buruk yang ia alami terjadi pada adiknya. Quinn menerima pesan itu dengan sepenuh hatinya.

"Kau melakukan langkah yang berani, Kim. Aku harap kau akan menemukan kebahagiaanmu."

***

Keesokan harinya, Quinn dan Millie menghabiskan waktu seharian bersama di hari libur. Mereka sedang menonton series favorit yang baru saja publish episode baru. Tiba-tiba deru mobil sport yang begitu keras terdengar hingga ke kamar Quinn. Mereka seketika berlari ke arah jendela untuk melihat siapa yang datang.

"Mereka benar-benar datang hari ini."

"Kau siap untuk bertemu dengan mereka?" tanya Millie yang sudah tahu ceritanya.

"Sebenarnya, sedari tadi aku penasaran dengan apa yang ingin mereka bertiga katakan padaku."

"Tenang saja, mungkin mereka hanya ingin berkenalan saja."

"Ya, semoga saja."

***

Terima kasih sudah menunggu. Jangan lupa dukungannya yaa dengan memberi vote pada setiap part cerita. Itu sangat berpengaruh untuk menambah semangat aku update cerita ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya..

VENGEANCEWhere stories live. Discover now