28.Laut

502 46 0
                                    

Janji adalah awan. Menepati janji adalah hujan
-Lalu laut A'bumi sastranagara-



****

"Rasain nihh...." Kekeh kanara sembari berlari kecil.

Laut mengejar kanara yang berlari karena telah membasahi bajunya dengan air pantai, mereka tertawa tertawa seolah-olah tidak ada beban sama sekali di antara mereka berdua.

"Wlee.... Lo nggak bisa ngejar gua hehe" ujar kanara sembari mengejek laut dengan menjulurkan lidahnya.

"Bisa kok nih liat..." Ucap laut yang berhasil menangkap kanara lalu beranjak menggelitik perut gadis itu.

"Anjir gua geli lun, haha lepasin gua geli..."

Laut tertawa dan berhenti menggelitik kanara, kemudian menjatuhkan dirinya di pasir pantai. Ia merebahkan dirinya di bawah pasir-pasir itu.
Ia memandang dengan teliti langit itu.

Kanara yang melihat laut tiduran di pasir itupun Ia beranjak merebahkan dirinya di samping cowok itu.

"Cowok gila ngapain lo tiduran di pasir gini" decak kanara.

Mungkin Tuhan mendatangkan gua bahagian dengan kehadiran Lo disisi gua Ra.

"Kamu sendiri ngapain juga tidur di atas pasir?"

"Hehe gua ngikut lo" kekeh kanara yang menampilkan deretan gigi cewek itu. Laut tersenyum kecil.

"Liat deh awan itu Ra" tunjuk laut kepada awan di atas langit sana. Kanara pun menatap kearah awan itu.

"Awan pernah berjanji tak akan meninggalkan langit, tapi langit sulit digapai, ia bukan pejuang. Lalu, mereka tak pernah menyatu"

"Berarti gua awan dan Tian langit?, Yang nggak pernah menyatu" tanya kanara, laut mengangguk sedetik kemudian kanara menonjok lengan laut yang membuat cowok itu terkekeh.

"Ohhh jadi lo doain gua sama Tian nggak bisa nyatu nih hah?, Huh dasar culun nggak laku!!!" Cemooh Kanara. Kemudian Ia beranjak memposisikan dirinya untuk duduk dan begitupun dengan laut.

Laut memposisikan dirinya duduk kemudian kedua tangannya memeluk lututnya.

"Yang sabar yah Ra, gua yakin suatu hari lo dan Tian bisa sama-sama sampai bab terakhir dalam kehidupan ini" ujar laut Sembari tersenyum lalu tangannya beranjak mengambil gitarnya yang sengaja Ia bawa.

"Semoga saja ucapan lo itu menjadi kenyataan, pasti gua bakalan bahagia banget lun. Secara kan kebahagiaan gua itu comeback-nya Tian."

"Aku bahagia jika kamu bahagia Ra, bahkan jika harus aku sekalipun yang pergi supaya kamu bahagia pun akan ku lakukan."

Gua bener-bener secinta, dan sesayang itu sama Lo Ra.

dipaksa selesai, padahal cerita kita baru saja dimulai. semesta menolak adanya kata 'kita', seperti bulan yang baru saja bersinar namun telah ditutupi awan hitam. pada akhirnya kita harus sama sama terbiasa dengan takdir. Kasian banget lo ut.

Terkadang laut merasa sangat sedih dengan dirinya sendiri, menurutnya hidupnya ini menyedihkan. Sepertinya apapun yang Ia lakukan selalu salah di mata orang lain, mungkin akan lebih baik jika Ia tidak terlahir di dunia ini.

"Lun...gua sama Tian cocok nggak?" Tanya kanara.

"Cocok banget Ra, bahkan Tian sempurna untuk kamu sedangkan aku banyak kekurangan"

"Huaaaa.... Jadi makin gagal move on gua hehe" kekeh kanara.

"Gua boleh nggak sayang sama lo?" Tanya laut.

"Sayang boleh tapi cinta nggak boleh, soalnya di hati gua masih ada Tian hehe..." Ujar kanara terkekeh sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kalo gua dobrak bisa nggak Ra?" Tanya laut kembali.

"Mau lo masuk secara paksa pun, lo nggak bakalan bisa ut karena cinta gua habis di orang lama!!"

Laut menghela nafasnya berat, kemudian tangannya beranjak untuk memainkan gitarnya. Hanya satu lagu yang bisa menjelaskan keadaannya saat ini yaitu muak.

Ia pun mulai menyanyikan lagu tersebut, kanara selalu dibuat kagum dengan laut yang menurutnya multi talenta itu. Bahkan suara cowok itu sangat merdu, laut yang pandai melukis pandai bermain gitar dan bernyanyi.

Laut tersenyum ketika kanara menyenderkan kepalanya dipundaknya, Ia sedikit mengusap rambut kanara yang sedikit dibiarkan terurai.

"Maaf lun..."

"Kenapa kamu harus minta maaf Ra?, lagian prasaan itu nggak bisa di paksakan." Embusan nafas lega keluar dari bibir kanara.

"Aku akan selalu menunggu sampai kamu benar-benar mau membuka hati kembali"





****

Atra berusaha mengejar Acha dan meraih tangan gadis itu. Atra tersenyum, mereka tengah berada di markas. Acha sangat menghormati ayahnya, bahkan disaat sekarang ini. Acha di paksa ayahnya agar mau menikah dengan Atra yang notabenya orang yang paling ngeselin dan orang yang paling Ia benci.

Kafka mempercayakan Atra dengan sepenuh hati, jika Atra menjadi pendamping anaknya mungkin saja Acha akan bahagia dan aman. Anaknya pun sudah remaja.

Ia harus keluar kota kembali untuk bertugas, lagi pula dirinya dan juga istrinya sepakat untuk menikahi Acha agar anak gadisnya itu ada yang menjaga dari bahayanya hidup sendirian. Untuk urusan anak lagi, Kafka tidak mempermasalahkan jika Acha harus meninggalkan Ia dan istri tercintanya, lagi pula mereka bisa bikin lagi toh, tahun baru anak juga harus baru kan.

"Jangan harap gua mau nikah sama lo!!"
Bentak acha.

"Jangan galak-galak, sebentar lagi lo akan jadi istri gua. Durhaka sama suami itu dosa lohh" goda Atra, Ia tertawa kala melihat ekspresi wajah Acha.

Acha memutar bola matanya malas, "jijik gua jadi istri lo, mending gua jadi istrinya laut aja dia kan lucu dan comel"

Atra mengepalkan tangannya lalu melipat kedua tangannya sembari menyenderkan dirinya kepada dinding markas.

"Lo nggak akan pernah bisa mendapatkan hati laut, Karena dia cinta mati banget sama kanara"

"Dihh...gua cuman bercanda kali, lagian gua cuman kagum sama laut yang sangat menghargai kanara dan memperlakukan kanara bak bidadari"

"Gua juga bisa Cha, Lo mau apa. Tongkat nabi Musa pun gua bakalan kasih buat lo"

"Emangnya bisa?"

"Bisa!!, Yang versi mainan hehe"

Ingin rasanya Acha menendang cowok didepannya itu.

"Dasar cowok ngeselin!!!" Pekik kanara.

Acha beranjak mendekat kearah Atra, Atra menelan ludahnya kasar ketika Acha mendekat dan jarak mereka hanya sejengkal. Atra memejamkan matanya. Kemudian Acha beranjak menginjak kaki cowok didepannya itu, lalu terkekeh dan berlari pergi sebelum Atra murka.

Atra mengumpat, Ia meringis kesakitan sembari mengusap kakinya yang sakit akibat jurus maut Acha itu.

"Awas lo, malam pertama habis lo sama gua" kesal Atra lalu beranjak berjalan dengan keadaan pincang. Dalam hatinya Ia menggerutu dan melontarkan berbagai macam nama binatang kepada Acha.

Namun, beberapa detik kemudian Ia senyum-senyum sendiri sampai seisi markas ketakutan.

"Gak apa-apa deh, yang penting gua bisa nikah sama Acha hahaha, makasih Jenderal Kafka sayang....." Gumam Atra.





















HAPPY READING


DIA LAUT Where stories live. Discover now