18. Let's Try

138 19 1
                                    

Di ruang keluarga, Nathan dan sang istri serta anaknya tengah berkumpul. Menghabiskan malam bersama, menemani putri kecilnya bermain yang beberapa bulan lagi akan menjadi kakak.

"Ini tehnya, Non." Yati datang membawa nampan berisi teh hangat untuk keluarga kecil itu dan menaruhnya dimeja dihadapan Karina. Wanita paruh baya itu tidak langsung beranjak karena ada suatu hal yang akan ia sampaikan kepada majikannya.

"Maaf, Nona dan Tuan. Boleh saya minta waktunya sebentar?" Tanya Yati.

Nathan dan Karina dengan segera mengangguk menanggapi ucapan Yati.

"Kenapa, Bi?"

Karina menunggu Yati membuka pembicaraan.  Raut wajahnya terlihat serius. Tidak seperti Nathan yang kini tengah meminum teh hangat miliknya.

"Begini, Nona dan Tuan. Saya ingin mengundurkan diri sebagai asisten rumah tangga disini." Ucap Yati dalam sekali tarikan nafas. Keputusan ini ia ambil setelah menundanya selama beberapa tahun kebelakang.

Bukan tanpa alasan. Tubuhnya sudah tidak sekuat dulu mengingat umurnya yang sudah hampir menginjak kepala enam. Yati bekerja dengan keluarga Karina sejak ia masih muda sampai sekarang. Mengerjakan beberapa pekerjaan rumah sudah terlalu melelahkan baginya. Sudah waktunya untuk Yati mengundurkan diri.

Sementara Nathan dan Karina masih memproses perkataan dari Yati. Mengundurkan diri? Bukankah itu berarti, tidak akan ada yang memasak dan membantunya lagi dirumah ini? Karina tentu terkejut. Ia tidak bisa memasak. Bagaimana dengan sarapan suami dan sang anak untuk kedepannya.

Belum sempat Karina berucap, Nathan buru-buru menimpali. "Bibi nggak betah disini? Kan Bibi udah lama kerja dan hampir tau segala tentang apa yang terjadi. Kenapa kok tiba-tiba mengundurkan diri?"

Mendengar ucapan Nathan, Yati terkekeh kecil. "Saya sudah tidak muda lagi, Tuan. Mungkin sudah waktunya saya berhenti."

Perkataan Yati ada benarnya juga. Karina menyetujui. Tidak mudah bekerja diusia yang terbilang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi.

Akan tetapi, mengingat kondisi Karina yang kini tengah mengandung, kepergian Yati pasti akan membawa dampak besar nantinya. Ingin sekali rasanya Karina menahan Yati agar tidak pergi. Namun Karina juga tidak bisa egois dan memikirkan dirinya sendiri.

"Yasudah, mungkin memang udah waktunya bibi buat beristirahat." Ucap Karina dengan berat hati. "Tapi sebelum itu, bibi ajarin aku masak dulu ya? Aku mau jadi ibu rumah tangga yang baik."

"Tentu boleh, Non. Nanti saya bantu sebelum saya benar-benar pergi."

Mengajari memasak tentu bukanlah hal
yang sulit untuk Yati.

"Kamu yakin sayang? Kenapa kita nggak cari ART lagi?" Nathan masih tidak percaya dengan perkataan sang istri.

Segera Karina menggeleng dan menatap tepat pada netra Nathan. "No! Aku mau coba deh urusin kalian tanpa bantuan orang lain. Tolong support aku." Ucapnya dengan tatapan sendu yang tentu membuat Nathan tidak bisa untuk menolak permintaannya.

"Tapi jangan terlalu dipaksa, okay? Aku nggak masalah kok kalau kamu mau sewa ART lagi. Jangan maksain diri ya sayang. Ingat kamu lagi hamil."

"Iya, Nath. Pasti." Karina berkata dengan penuh keyakinan. Ia percaya bahwa dirinya bisa dan mampu menjalankan pekerjaan rumah tangga sepenuhnya.

Hah.. Semuanya tidak semudah yang Karina bayangkan. Memasak itu sulit bagi Karina. Perasaan dirinya sudah mencontoh dengan baik apa yang Yati ajarkan. Tapi kenapa masakannya tidak seenak buatan Yati biasanya.

"Kok kayak nggak enak ya?" Ucap Karina begitu selesai mencicipi kuah soto dari panci yang tengah berada diatas kompor yang menyala.

Tiba-tiba, perut besar Karina dipeluk dari belakang. Karina sudah tahu pasti siapa orangnya.

HerWhere stories live. Discover now