•25•

5.8K 363 16
                                    

Malam sudah berganti pagi. Seseorang yang masih membungkus diri nya dengan selimut akhirnya terbangun karena gangguan sinar matahari.

" Hoamm "

Dia merubah posisi yang awalnya tiduran menjadi duduk di tepi kasur. Dia duduk diam untuk mengumpulkan kesadaran nya. Saat sudah sadar dia mengernyit bingung.

" Eh aku dimana? "

" Di kamar saya "

Sebuah suara orang lain masuk ke pendengaran nya. Dia segera menoleh dan melihat laki laki lain yang baru selesai mandi terbukti dari handuk yang melilit di pinggang nya.

" Eh. Mor-morgan? "

" Hmm? Kenapa? "

Devian, seseorang yang baru terbangun tadi memasang wajah heran. Banyak pertanyaan di kepala nya.

Morgan yang tidak mendapat balasan menoleh pada Devian yang ternyata hanya diam melamun. Morgan mendekat, dia mengungkung tubuh Devian.

Devian langsung tersadar. Devian refleks berteriak namun tidak ada suara yang keluar. Ternyata mulut nya dibungkam tangan besar Morgan.

" Sttsss diam lah. Saya hanya ingin mengambil dasi "

Ternyata benar apa yang dikatakan Morgan. Dasi nya memang terletak di bawah ranjang tepat tidur.

Selesai mengambil dasi, Morgan menegakkan badan kemudian berlalu pergi ke kamar mandi untuk memakai pakaian.

Devian hanya bisa diam mematung. Devian bahkan tidak sadar kalau tadi Morgan sempat tersenyum tipis.

Menit berlalu hingga Morgan keluar dengan setelan kerja nya. Dia bisa melihat Devian yang masih diam di atas ranjang nya.

" Mandi lah. Saya akan membawa sarapan kemari "

Morgan berlalu pergi untuk mengambil sarapan. Devian menurunkan kaki nya dan saat berdiri dia tidak terjatuh lagi.

" Huh aman. Tidak ada yang sakit juga. Haish apa yang kau pikirkan Vian. Bagaimana bisa kau berpikir kau habis menghabiskan malam panjang. Lagipula aku masih berpakaian lengkap seperti kemarin malam. Tidak ada yang aneh juga "

" Kalau kau mau, kita bisa melakukan nya sekarang "

Devian yang mendengar suara Morgan sangat terkejut. Devian berakhir terjatuh dengan pantat yang menyentuh lantai.

" Aduh "

Morgan buru buru menghampiri Devian kemudian membantu Devian berdiri. Morgan mendudukkan Devian di atas ranjang.

" Maaf. Saya tidak bermaksud mengagetkan kamu. Saya kemari untuk mengambil handphone yang tertinggal "

Muka Devian sangat sangat merah. Antara terkejut dan malu. Mungkin malu yang mendominasi. Devian menunduk untuk menyembuhkan wajah nya yang memerah.

Morgan tersenyum tipis. Diangkat nya dagu Devian agar menatap wajah nya. Morgan dan Devian bertatapan beberapa detik.

" Sekali lagi maafkan saya. Mandilah, saya akan membawakan sarapan untuk kamu. Kamu jangan berpikir yang tidak tidak. Kita tidak melakukan apa pun tadi malam. Kita bahkan tidak tidur satu ranjang. Saya tidur di sofa "

Devian mengangguk pelan dengan wajah yang masih merah. Menyalahkan otak nya yang berpikir terlalu jauh.

Devian kembali dikejutkan dengan sudut bibir nya yang baru saja bersentuhan dengan bibir Morgan. Morgan tersenyum tampan kemudian mengusak rambut Devian.

" Jangan terlalu manis. Saya tidak akan kuat "

Morgan berlalu, kali ini Morgan benar benar keluar dari kamar. Sementara Devian masih diam. Harus nya dia marah saat tadi Morgan mengecup sudut bibir nya. Tapi dia malah diam saja.

apakah aku boleh bahagia? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang