Antara Cinta atau Nafsu?

5 0 0
                                    

Apa yang kamu rasakan ketika mengenal seseorang dan membuatmu "penasaran" atau ingin tahu lebih tentang seseorang itu? Apakah dunia seakan melambat saat melihat atau berpapasan dengannya? Ada nuansa yang berbeda saat berada di satu tempat yang sama dengannya? Atau bahkan ada rasa gembira bukan main saat ada pesan masuk darinya meski itu hanya menanyakan tugas atau apapun itu? Sulit memang mendefinisikan cinta atau perasaan yang kita rasakan itu. 

Begitu pula dengan Zian. Yaa... Bisa dibilang beberapa kali dia mengalami "cinta monyet". Dia pernah naksir sama adik kelasnya bahkan sampai dia masuk STM tapi yaaa... Begitu saja, gak ada istilah jadian atau komunikasi seperti apa. Lalu setelah mulai kerja dan main "sosmed" (ya maklum lah, baru pas kerja Zian bisa beli gawai "baru" yang lebih canggih dari sebelumnya, sebut saja android ), Zian baru mengenal istilah LDR.

Zian itu, bisa dibilang pujangga. Dia senang sastra, senang bersyair dan syair yang dipostingnya di sosmed, terkadang menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa. 

Orang sulawesi, Orang Jawa tegah, Orang Sumatera... Pernah ada yang tersihir dengan syairnya. Pernah dekat dengan mereka, yaaa tidak dalam waktu yang bersamaan. Zian tipe orang yang kurang suka bergaul dengan banyak orang, jika dekat dengan satu gadis dan dia tertarik maka dia hanya akan fokus dengan satu gadis itu. Tapi jika pada akhirnya gadis itu memutuskan pergi... Yaaa... Yasudah Zian akan kembali fokus dengan dirinya (meski pasti tetap ada rasa "galau").

***

Malam itu ada seorang gadis menulis komentar pada "postingan" Instagram Zian. Dia tulis "Laki-laki harus berani! Kejar dong gadis itu kalau memang kamu tertarik". 

Zian kaget, sebab gadis yang mengomentari postingannya itu, adalah kaka kelasnya yang dulu Zian sempat kagumi ketika di STM. Gadis yang meski di STM bisa menjaga diri dengan pakaiannya yang syar'i dan menjaga cara komunikasinya dengan lawan jenis.

Zian mencoba membalas komentar itu di DM. 

"Kalau orang itu adalah kamu yang saya kagumi dan tertarik dengannya?" 

"Hah?! Saya?! Maksud kamu apa?"

"Ya Kamu yang saya kagumi. Katanya Laki-laki Harus berani kan? Ini saya coba saran kamu"

"Temui orangtua saya kalau kamu memang berani dan serius dengan ucapanmu"

Kalian harus tau, Zian tipe orang yang tidak bisa diam kalau ditantang. Dan... Kalian pasti bisa tau kelanjutannya apa yang Zian lakukan. Yaaa!! Lusa dari kejadian DM DM-an itu, Zian ke rumah gadis itu setelah sebelumnya mencoba memperkenalkan diri dengan CV.

***

Matahari mulai tergelincir ke arah barat, Zian memandangi perpaduan warna jingga, biru keunguan langit sore itu dari balik jendela mini bus yang dinaikinya menuju rumah gadis itu. Alina namanya, Kaka kelasnya di STM dulu yang aktivis rohis sekaligus osis.

Setibanya di gang rumah Alina, Zian tidak langsung menuju rumahnya, melainkan mencari masjid dulu untuk sholat Maghrib, karena tepat turun dari mini bus tadi, Adzan Maghrib berkumandang. Setelah itu, lanjutlah Zian ke rumah Alina dan berbincang dengan Ibu dan Bapak dari  Alina untuk memprkenalkan diri.

"Ini ya yang namanya Zian?" Tanya Ibunya Alina.

"Iya Bu... Saya Zian dulu satu sekolah sama Alina, tapi saya adik kelasnya"

"Oh gitu... Kenapa atuh, bisa suka atau tertarik sama Alina? Kan dia mah gitu aneh, gak begitu gaul, yang Ibu tau seringnya ke pengajian"

"Justru itu point itu yang buat saya tertarik Bu. Alina bisa berusaha jaga diri dan pergaulannya".

"Ooh gituu.. Terus kalau sekarang aktivitas Zian apa?"

"Saya sekarang ini ngajar sih Bu, ngajar les, ngajar di home schooling, sama sesekali paling saya suka ada job panggilan untuk foto nikahan".

"Gituuu... Udah kerja ternyata, pantesan berani buat deketin Alina"

"Bukan faktor udah kerjanya sih Bu, tapi ya karena memang pacaran itu sebetulnya gak boleh... Ya jadi nikah jadi solusi buat dua orang yang saling tertarik. Insyaa Allah kita bisa sama-sama belajar nantinya. Kan memang gak ada sekolah untuk rumah tangga, tapi lewat pengalaman dari orangtua masing-masing atau dari guru-guru ngaji... Kita masih bisa sama-sama belajar".

"Yaa... Ibu sih kalau Alinanya emang cocok dan siap gak apa-apa, karena yang jalani kehidupan kan Alina".

Bapak Alina tidak banyak bicara di situ, semacam hanya memperhatikan Zian saja. Sepulang dari rumah Alina, Zian masih banyak diam. Dia ternyata tidak pikir panjang ketika ke rumah Alina. Belum cerita kepada Ayah dan Ibu sambungnya, dia pikir "ah berproses dulu saja lah, toh udah ada tabungan, mereka tau aku siap aja.. Baru aku kasih tau nanti".

***

"Bang... Kamu bisa bantu Ayah gak?" Tanya Ayah siang itu setelah sholat Dzuhur dan mengajak Zian untuk berbincang sebentar.

"Kenapa Yah?"

"Adek kan mau masuk SMA, kemungkinan harus nyiapin uang agak banyak... Kayanya uang Ayah masih agak kurang".

"Abang ada sih tabungan... Kalau memang bisa bantu, gak apa-apa pakai aja"

Zian masih merahasiakan soal prosesnya dengan Alina. Dan dari pembicaraan ini... Zian menghubungi Alina untuk menunda proses mereka karena keadaan ini. Zian berusaha bijaksana. Awalnya Alina mengiyakan... Namun beberapa waktu kemudian entah kenapa Alina seperti agak mendesak Zian. Zian yang juga merasa laki-laki yang mesti punya harga diri tidak mau ditekan, Zian sadar bahwa baktinya untuk orangtua akan selalu terus bahkan setelah menikah. "Gak boleh ada yang ngalangin saya berbakti sama orangtua sekalipun saya suka atau cinta sama orang itu" pikirnya. Dan pada akhirnya... Zian dengan tegas bilang pada Alina... "Kalau memang tidak mau mengerti dengan keadaan saya dan menunggu saya mempersiapkan kembali semua... Silahkan cari yang siap saja".

Dan dari situ, Zian kembali fokus pada dirinya dan setelah adiknya masuk SMA, Zian berhasil mengumpulkan uangnya untuk dia bisa kuliah di jurusan yang dia incar dan kembali mengejar mimpinya menjadi teknokrat.

Kita & ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang