Episode 1

311 26 2
                                    

📍 Sekitar awal abad 19.

Tepatnya di kota Edo, pada masa periode Edo, Jepang.

Masyarakat mulai sibuk pada pekerjaannya masing-masing di pagi hari yang cerah seperti ini. Burung-burung berkicauan indah menemani sibuknya ibukota Jepang pada masa itu—Kota Edo.

Di Kota Edo terbagi menjadi beberapa kasta sosial di dalamnya. Bertingkat secara urut mulai dari yang paling tinggi ke paling rendah, diantaranya ialah Samurai atau sebutan untuk prajurit bertuan, petani, pengrajin, dan yang paling rendah adalah pedagang.

Dalam era Edo ini, Kekaisaran atau Kaisar sebagai kepala negara, Shogun atau semacam panglima militer angkatan bersenjata sebagai kepala pemerintahan, dan Daimyo atau penguasa feodal di suatu wilayah.

Daimyo sendiri merupakan orang yang memiliki pengaruh besar di daerahnya dan memiliki banyak pengikut yang biasanya terdiri dari Samurai. 

Cukup segini dulu penjelasan istilah yang akan sering muncul untuk ke depannya dalam cerita ini. Mari kita lanjut ke bagian ceritanya.

Pagi itu, kaum petani tengah mengurusi sawahnya, lalu ada kaum pedagang sibuk menawari dan menjuali barang dagangannya yang mereka miliki. 

Sedangkan untuk kaum pengrajin, mereka sibuk membuat mahakarya kerajinan untuk mereka jual nantinya.

Kita beralih fokus pada sebuah kediaman besar yang terbuat dari kayu di pinggiran Kota Edo, yang tidak seramai pusat kota. Tempat itu adalah rumah perbudakan para wanita dan pria. 

Sebagai informasi bahwa di Zaman Edo ini masih maraknya perbudakan dan prostitusi.

Tap tap tap!~

Terdengar langkah kaki berat menggema di sekitar koridor sel kamar dalam rumah perbudakan itu. 

Terlihat pria bertubuh kekar berjalan dengan gagah di koridor melewati tiap sel berisi para pria budak berpakaian compang-camping yang merengek meminta untuk dibebaskan dari sel kamar sempit itu.

Pria bertubuh kekar itu adalah salah satu bawahan dari rumah perbudakan tersebut. Namanya Kudo.

Lalu, langkah kaki berat itu terhenti di sebuah sel kamar minimalis bernomor 116 yang berisikan dua pemuda manis berpakaian lusuh dengan tinggi badan yang setara di dalamnya. 

Kedua pemuda itu memiliki perawakan yang berbeda. Yang satu memiliki surai pendek cyan dengan wajah sedikit feminin lembut. Sedangkan, yang satu lagi memiliki surai pendek berwarna biru gelap seperti buah bluberi dan sedikit berotot.

Kudo mulai mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka gerbang sel itu.


Klek! Krieettt~

Mendengar itu, atensi para penghuni sel nomor 116 ini menoleh ke sumber suara dan kedua bangkit dari jerami tipis yang hanya menjadi alas tidur mereka. 

"Hiori, bersiaplah. Ada Daimyo yang ingin menggunakan tenagamu." tutur Kudo pada pemuda bersurai cyan dengan nama lengkap Hiori Yo itu.

"Kudo, bagaimana denganku? Apa ada Daimyo yang tertarik menggunakan tenagaku?" tanya Isagi Yoichi, teman satu sel Hiori.

"Sayangnya tidak ada untukmu hari ini, Isagi. Karena banyak laporan dari para Daimyo bahwa kau suka kabur-kaburan dan mengamuk, jadinya tidak ada yang mau denganmu." balas Kudo.

Mendengar itu, Isagi merasa sedikit jengkel dan mendengus kesal. Dia lakukan itu karena ingin mencari kebebasan. 

Tak hanya itu, sering kali Isagi merasa risih digoda dan diperlakukan tidak senonoh oleh para petinggi yang pernah memesan jasa tenaganya. 

One More Night :: ReosagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang