Bulan di Langit Mendung

94 6 4
                                    

Bulan adalah nama dari seorang gadis tomboy yang sangat ingin merasakan kasih sayang dan keharmonisan keluarganya, akan tetapi harapan hanyalah harapan yang mustahil menjadi kenyataan.

Seorang gadis tomboy tengah duduk di sebuah taman sepi. Dia adalah Bulan oleh sebab itu dia hobi memandangi bulan di langit apalagi ketika keadaan langit sedang mendung, itu adalah hobi favoritnya seolah dia melihat diri sendiri yang ingin bersinar tapi tertutup oleh awan mendung yang cukup gelap. Langit mendung yang menemani Bulan agar tak merasa sendirian malam ini memang sangat menyejukkan hatinya.

Sinarmu akan tetap terlihat walaupun redup wahai bulan di langit mendung” gumam Bulan.

Keadaan di taman tersebut membuat Bulan tanpa sadar tertidur dan untung saja malam itu tidak hujan. Pagi hari yang cerah membuat Bulan bangun dari tidur lelapnya yang sedang memimpikan dirinya berkumpul bersama keluarganya sembari bercanda tawa.

“huh,,ternyata Cuma mimpi” monolog Bulan. “ternyata emang bener mendung ga berarti bakal ujan, berarti gue masih ada harapan walau sulit” tuturnya untuk menyemangati diri sendiri.

Bulan pun bangkit dari acara tidur nya di taman dan langsung berjalan untuk pulang yang kurang lebih 2 KM jauh taman ke rumahnya. Dia bukan dari keluarga yang berada menjadikanya sosok yang sangat tangguh dan cukup pendiam hingga Bulan pun hanya memiliki beberapa teman karna dia tidak menyukai orang-orang fake. Terlalu banyak penderitaan yang Bulan dapat dari masih orok hingga sekarang membuatnya membenci banyak orang terlebih orang-orang fake yang hanya memanfaatkan kelebihan Bulan. Bulan yang memang kadang peka kadang gak peka sama keadaannya yang sering dimanfaatkan pun lebih memilih menjadi pendiam. Prinsip Bulan cukup simpel yakni ‘gada yang ngajak ngobrol ya diem aja, gausah caper sana sini, ngabisin tenaga aja’.

Setibanya di rumah Bulan di sambut dengan tatapan tajam nan menusuk dari kakaknya, sungguh Bulan sebenarnya tidak peduli akan hal itu lalu Bulan pun melewati kakaknya begitu saja membuat emosi sang kakak semakin meluap tapi tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bulan yang jengah dengan perlakuan kakaknya terhadap dirinya memilih untuk melewatinya dan mengabaikan kegiatan tatap-tatapan dari kakaknya itu. Hingga akhirnya Bulan sampai di kamarnya yang kecil namun sangat Bulan sayangi, Bulan nyaman berada di kamarnya yang bisa di bilang seperti kapal pecah. Nuansa kamar Bulan pun gelap karna Bulan tidak menyukai sesuatu yang terlalu terang, cat kamar Bulan berwarna Abu-abu dengan 1 jendela yang selalu Bulan tutup.

“Emang paling bener gue kaga balik tadi malem, lagian ngapain juga sih gue balik, toh gaada yang peduli ke gue” ucap Bulan berjalan menuju kasurnya.
Rasanya ia tidak mau melihat dan menjalani kehidupannya yang suram ini. Hari-hari terus terlewati dengan kehidupan Bulan yang sama sekali tidak berubah membuatnya memiliki wajah datar tanpa ekspresi, sering kali tetangganya berkomentar ketika bertemu/berpapasan dengan Bulan di jalan.

              ~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekarang adalah hari Minggu, dimana Bulan sangat suka berjalan-jalan sendirian tanpa mengajak teman, karna baginya sendiri bukan berarti kesepian justru sendiri di tempat yang ramai adalah hal yang sangat menyakitkan, oleh karna itu Bulan membiasakan diri untuk menjadi mandiri dan tidak melibatkan orang lain di hidupnya yang mana bisa saja orang itu mengacaukan apa yang sudah di rencanakan bulan. Tepat jam 6 pagi Bulan bersiap untuk jalan-jalan dengan menggunakan kolor dan kaos oblong saja. Ketika melewati bengkel atau rumah pak Ucok, Bulan mendapat sapaan yang begitu menyebalkan.

"Eh neng Bulan, senyum atuh neng meuni datar banget mukanya" sapa tetangga Bulan yang bernama Ucok.

Pak Ucok adalah seorang montir di bengkelnya sendiri yang terletak tidak jauh dari rumah Bulan. Pak Ucok sebenarnya adalah orang baik, hanya saja mulutnya yang lebih lemes dari pada ibu-ibu membuat Bulan sangat lelah menghadapi pak Ucok. Bagi Bulan hal yang paling menyebalkan adalah di komentari pak Ucok, bagaimana tidak? Bulan yang seorang perempuan saja tidak suka menggibah, lain dengan pak Ucok yang sangat suka menggibah. ‘Pak Ucok emang paling beda mulutnya, demen banget nyerocos kaya burung crocokan’ batin Bulan.

CERPENKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang