34. Laut

508 51 1
                                    

Dokter Erina beralih menatap laut, betapa bahagianya Ia melihat salah satu pasiennya ketika check up memasang raut wajah ceria. Namun ketika Ia mulai beralih menatap hasil check up laut, Ia merasa sedih. Ia merasa gagal sebagai seorang dokter.

Laut sangat bahagia ketika kanara mau menemaninya untuk check up, bukan hanya laut yang bahagia namun kanara sama halnya.

"Laut, semangat...."

"Makasih Ra" ujar laut sembari tersenyum. Tangannya beranjak meriah pucuk kepala kanara lalu mengusap rambut perempuan itu.

Melihat interaksi dua orang didepannya itu membuat dokter Erina menggigit bibir bawahnya.

Kanara menuntut laut untuk duduk, namun anehnya Ia melihat rambut laut rontok, bukan hanya sedikit namun banyak. Hal itu membuat kanara merasa gelisah.

Dengan cepat Kanara menyembunyikan rambut laut tersebut ke bawah bantal agar cowok itu tidak berpikir aneh tentang dirinya.

"Gimana hari ini laut Sastranagara, sudah mendingan" ujar dokter Erina.

"Laut semangat untuk sembuh, ayo semangat dong!!!" Ucap Erina memberikan semangat kepada laut.

Kanara yang melihat itu terkekeh geli, sembari berkata. "Nah bener tuh, laut semangat..."

"Masa nggak semangat sih nanti terapinya, kan udah di semangatin kanara, ya nggak Tau?" Titah Erina sembari melirik Kanara.

"Hehe iya tuh lun..."

Melihat banyak support dari orang-orang sekitarnya membuat laut kembali bersemangat, dan melawan penyakitnya.

Sekilas dokter Erina melihat rambut laut yang perlahan mulai rontok.

"Saya mau berbicara serius sama kalian berdua khususnya laut"

Dokter Erina menghela nafasnya kasar, sembari menatap dengan serius kepada laut.

Kanara dan laut semakin dibuat penasaran oleh dokter Erina.

"Kemungkinan besar laut tidak akan bisa sembuh dari penyakit kangker stadium empat ini. Tetapi, kami akan berusaha semaksimal mungkin. Jika tuhan berkehendak lain, kami tidak bisa apa-apa. kami hanyalah dokter, kami juga seorang manusia biasa yang tidak bisa menentukan ajal seseorang"

"Namun, laut jangan bersedih oke, saya dokter Erina siap menyembuhkan pangeran laut. Jangan putus asa, jangan berpikir pesimis."

Ada rasa kecewa dalam benak laut. Ada rasa sedih menyelimuti tubuhnya. Tetapi bukankah Ia sudah menyiapkan semua ini, Ia sudah menduga hal ini akan terjadi maka Ia harus mempersiapkan diri, mau tidak mau Ia harus bersiap menghadap sang ilahi.

Kanara menatap sendu laut, air matanya menetes. Ia meraih tangan laut dan menggenggam tangan cowok itu. Mungkin hanya ini satu-satunya cara yang Ia bisa lakukan, yaitu menjadi support sistem untuk laut.

Laut menghela nafasnya, lalu tersenyum kecut kepada kanara. Tangannya beralih untuk mengusap air mata kanara dan memeluk perempuan itu.

Dokter Erina yang melihat itupun merasa terharu, tuhan apakah mungkin engkau memisahkan kedua orang yang saling menyayangi ini.

"Semangat sayang..." Bisik kanara.

Laut membulatkan matanya, jantungnya berdebar kencang. Bahkan tubuhnya terasa panas dingin. Baru pertama kali Ia mendengar kanara memanggilnya sayang.

Kenapa baru sekarang kanara bersikap manis kepadanya di saat Ia sakit. Apa Ia harus terluka, baru kanara akan perduli kepadanya?.

"Kangker kamu sudah menyebar ke seluruh tubuh ut, kamu mau yah menjalani terapi terakhir kamu. Mungkin saja itu bisa memperpanjang masa hidup mu lagi, jadi tolong dipertimbangkan lagi yah laut"

DIA LAUT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang