BAB II | GIRLS NEED LOVE TOO

229 38 1
                                    

SEINGAT Soyoung, ini bukan weekend sehingga membuatnya menjadi malas bangun dari ranjang dan seharusnya ia juga sudah berada di depan layar komputernya, menyeruput kopi sambil mengedit hasil wawancara dengan Jackie Kim kemarin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SEINGAT Soyoung, ini bukan weekend sehingga membuatnya menjadi malas bangun dari ranjang dan seharusnya ia juga sudah berada di depan layar komputernya, menyeruput kopi sambil mengedit hasil wawancara dengan Jackie Kim kemarin.

Gadis itu mendesis sambil menyingkirkan lengan berotot Gwangtae yang melingkari tubuhnya. Jemarinya meraba ke atas nakas, mencari-cari ponsel yang ia matikan sebelum tidur semalam.

Baru saja dinyalakan, sebuah telpon mendadak masuk membuat Soyoung hampir melemparkan benda itu karena kaget. Ia menautkan alis melihat layar dengan tulisan 'Ratu' disana.

"Halo Ib—" Soyoung tidak berhasil mengakhiri kalimatnya karena Nyonya Shin sudah keburu berteriak.

"Susah sekali menghubungimu, hah?" Nyonya Shin terdengar murka dan berapi-api.

Soyoung meringis.

"Sejak dua hari lalu aku menyuruhmu kembali ke rumah. Aku menunggu puteriku, tapi kau sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungmu bahkan sampai Jinyoung telah tiba di rumah, kau belum datang juga."

"Jinyoung oppa telah kembali? Apakah dia membawa Byeol?" Soyoung memekik excited.

"Diam dan dengarkan Ibumu bicara gadis nakal. Kesibukanmu mengalahkan artis selebritis papan atas, ya."

Soyoung menjauhkan ponsel dari telinganya sebelum ia tuli karena suara melengking Ibunya. "Ayolah, Bu! Ini masih pagi. Kenapa sangat suka mengomel? Tidak baik untuk kulit wajah loh, nanti keriput Ibu bertambah banyak."

Ia kembali mendekatkan ponsel ke telinga, tapi tidak bertahan lama karena sang Ibu berteriak lagi.

"Pagi pantatmu, coba lihat jam. Astaga! Pria mana yang mau menikahimu jika begini."

Soyoung menoleh untuk melihat jam digital di atas nakas. Matanya membelalak, gadis itu langsung mengguncang tubuh Gwangtae. "Ibu, nanti kita sambung lagi. Aku sudah terlambat, aku akan ke rumah Ibu sore nanti." Soyoung melempar ponsel, padahal ibunya masih ingin bicara. Ia terus mengguncang tubuh pria Moon itu. "Tae, bangunlah. Ini sudah jam sebelas," desaknya.

Gwangtae berdecak dengan mata yang masih tertutup. Alih-alih bangun, pria itu malah merangkul Soyoung lagi, membuat gadis itu berada di dekapannya.

"Dasar bodoh! Kau bilang hari ini Pd Jeong mengajakmu bertemu untuk membicarakan project baru." Soyoung berusaha melepaskan tangan Gwangtae. "Oh, ayolah. Siapa tahu ini project bagus untuk karirmu. Bangun lah Moon Gwangtae, jangan membuat kepalaku semakin sakit." Gadis itu mengurut pelipisnya.

Gwangtae tak bergeming malah melanjutkan tidurnya.

Tak berapa lama, ponsel pria itu berdering. Nama Pd Jeong terlihat di layar ponsel si pria Moon. Soyoung mengulurkan tangan untuk mengambil benda persegi itu lalu mengguncang tubuh Gwangtae.

"Tae, Pd Jeong menelponmu. Cepat angkat!" Soyoung berusaha keras, ia menepuk pipi pria itu yang sedikit kasar karena belum bercukur Ia kehabisan akal, maka gadis itu menekan tombol hijau dan mendekatkan ponsel langsung ke telinga Gwangtae tak perduli pria itu bangun apa tidak.

Boy i call, FriendWhere stories live. Discover now