17| Rapuh

451 51 3
                                    

Abimanyu memandangi figura besar yang berisi foto dirinya dengan adik-adiknya di ruang tengah. Sebelum ia pergi, ia ingin menatap dalam-dalam foto bermakna tersebut. Foto penuh arti dan foto yang mungkin akan jadi foto terakhir untuknya.

Bagaskara sudah kembali ke Yogyakarta. Dia akan fokus kuliah, sementara Caturangga. Hubungannya dengan Abimanyu terlihat mulai membaik, bahkan kalau ibarat tangga nada. Dari Do, langsung loncat ke La.

Selama seminggu ke depan, Abimanyu akan fokus dengan pengobatannya. Meski ia harus memutar otak untuk mencari alasan yang logis agar adik-adiknya bisa menerima. Tapi pada akhirnya, mereka mengizinkan Abimanyu pergi selama seminggu penuh. Dan ya, tidak lupa dengan titipan oleh-oleh dari para adik.

”Kedip kali, lama-lama copot tuh mata,” celetuk Caturangga yang keluar sambil membawa tas pakaian abangnya.

”Bener kan, bang. Cuma seminggu?” tanya Febriantara yang menghampiri abangnya begitupun Adik-adiknya yang lain. Mereka kemudian duduk di sofa ruang tengah. Berniat mengantarkan kepergian sang kakak bersama.

”Iya, Bri. Abang cuma bentar, soalnya gajinya lumayan Makanya abang ambil tawarannya,” Jelas Abimanyu.

”Jangan lupa bang, oleh-oleh.” Endaru tercengir kuda.

”Kalo Danis sih, yang penting Abang pulang ke rumah dengan selamat dan sehat sentosa. Biar bisa masakin kita lagi, hehe...” Daniswara ikut buka suara.

”Gentala, mau nitip sesuatu sama Abang?”

”Jangan sakit, sehat soalnya mahal bang.” Abimanyu dan Caturangga tertegun, keduanya saling tatap hingga akhirnya Abimanyu merotasikan bola matanya.

”Iya, Abang bakal sehat-sehat.”

Untuk adik-adikku tercinta, Abang cuma mau bilang seribu maaf karena kali ini Abang harus bohong.

”Sebelum berangkat, Abang mau pelukan sama kalian dulu. Karena Abang pasti bakal kangen banget sama kalian...” Abimanyu merentangkan tangannya, berancang-ancang ingin memeluk adik-adiknya.

”Kita apalagi, bang.” Daniswara maju paling depan, di susul dengan adik-adiknya yang ikut memeluk abangnya dengan erat.

”Bang Catur, gak mau ikutan galau kayak kita?” Caturangga tersedak air liurnya, dia menggeleng cepat karena tingkat gengsi Caturangg sudah level dewa.

”Udah bang, gak usah malu-malu kucing. Kapan lagi kita bisa pelukan bareng mengingat bang Catur selalu jaga jarak?” Gentala lalu menarik Caturangga dan semuanya berpelukan.

 Kapan lagi kita bisa pelukan bareng mengingat bang Catur selalu jaga jarak?” Gentala lalu menarik Caturangga dan semuanya berpelukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum pergi ke rumah sakit, Abimanyu mengajak Caturangga untuk mampir ke tukang pangkas rambut sejenak. Sepertinya Abimanyu sudah matang ingin mencukur habis rambutnya dikarenakan rambutnya yang rontok parah. Abimanyu justru tidak tega bila terus-terusan melihat rambutnya berjatuhan. Kalau sehelai atau dua helai sih mending. Lah ini, udah gak tertolong.

No Time To DieWhere stories live. Discover now