5. the session

201 30 0
                                    


Aku berenang dengan ìlu kesayanganku usai aku memanggilnya dan satu temannya lagi untuk Tuk. Aku memintanya untuk memberi ìlu makan, cara curang sebenarnya. Untuk lebih cepat menjinakkan sang ìlu. Tapi dia sangat ekspresif ketika memberi ìlu makan. Mood nya tidak bagus dari tadi, sekarang dia kesenangan.

"I love her already!" katanya, sungguh menggemaskan. Aku mengusap kepalanya, "good job, sekarang mari menunggang bersama."

Kami mulai menyelam perlahan sambil mencari keberadaan Kiri. Nampaknya malah ìlu yang menghampiri dia pertama kali. Aku melepas ikatan dengan Tiwew sebentar untuk menghampirinya. Aku menunjukkan pada Kiri caraku berkomunikasi pada makhluk-makhluk laut ini.

Ikan-ikan kecil mengelilingi tanganku yang terulur ke Kiri. Dia menggenggam tanganku akhirnya, kami terpejam merasakan perasaan hangat yang familier satu sama lain. Banyak sekali hewan yang berkumpul mengelilingi kami sekarang sehingga akhirnya aku mengakhiri komunikasi ini. Sedangkan Tuk merasa senang untuk kami, walau aku tidak yakin apa yang membuatnya senang. Kiri memandangiku dengan tidak percaya, dan kami saling berpelukan didalam air akhirnya.

Kemudian aku mengajak Kiri untuk menunggangi ìlu bersamaku dan Tuk. Aku menjelajahi lautan karang untuk melihat lebih banyak biota laut untuk menyegarkan mata mereka. Tentunya masih didalam batas karang, sebelum berenang ke arah pesisir pantai yang dimaksudkan Tsireya tadi.

Tuk pulang karena lapar, kemudian aku bergabung dilingkaran orang yang sedang bermeditasi di sana. Kiri bergabung disamping Rotxo yang memanggilnya sedangkan aku duduk disebelahnya. Kalian tahu ketika aku memandang kedepan dihadapkan langsung oleh sosok Neteyam yang tersenyum kearahku.

Memang dia ini begitu bermurah senyum ya.

Tsireya pun memulai sesi pelatihan nafas ini, "tarik nafas." Semuanya mengikutinya dengan tenang.

"dan buang." kami para suku karang membuat gerakan in-out agar mereka cepat paham, apalagi Rotxo yang bersemangat mengajari Kiri tiba-tiba menjadi serius dan keren. Padahal biasanya bertingkah konyol.

"Bayangkan nyala api yang berkedip-kedip. Kalian harus memelankan detak jantung." lanjut Tsireya kemudian memperhatikan Lo'ak, mulai memegangi dadanya. Karena dari tadi Lo'ak nampak tidak fokus.

"Tarik nafas, tarik nafas dari sini." arah tangannya diantara perut dan dada L'oak. "Hembuskan perlahan."

Tapi saat mereka berdekatan Lo'ak malah menatapi Tsireya, "Lo'ak, denyut jantungmu cepat."

"Maaf."

"Cobalah fokus," oh Tsireya ku yakin kau kesenangan dalam hati.

"Baik."

"Tarik nafas," Aku berpandangan dengan Rotxo dan Neteyam, kami saling berpandangan mengerti. Aku menahan senyumku sedangkan Kiri memutar bola matanya, lalu menghampiri Neteyam untuk kulatih nafasnya. Menyuruh Rotxo untuk mengajari Kiri saja sambil mengedipkan mata sehingga lelaki itu nampak malu.

Aku mulai melakukan hal sama dengan Tsireya, menyuruh Neteyam untuk bernafas perlahan. Kutemukan bahwa denyut nadinya teratur. Dia sepertinya memang terampil.

"bagus, Neteyam." kataku tersenyum sambil menatap kearahnya. Kami saling bertatapan sejenak.

Apa ini, telapak tanganku merasakan detak jantungnya menjadi cepat. Kami berdua berdehem canggung sambil menatap ke arah lain. "Neteyam, cobalah fokus." peringatku padanya sehingga sepanjang sesi itu dia telah bisa menguasainya dengan mudah. Sudahku bilang dia memang berbakat.

Tsireya dan aku kembali mengajari mereka bernafas sambil menunggang ìlu kemudian sampai petang tak terasa. Menyelam bersama mereka sungguh menyenangkan, kami banyak bermain-main dengan kecepatan dan kami cepat juga untuk akrab.

Keesokan harinya Tsireya memiliki sesi latihan meditasi pribadi dengan Lo'ak dan aku dengan Neteyam. Aku dan dia duduk bersebelahan dan berjauhan dengan kebisingan.

Aku mulai menjelaskan padanya saat nafas yang dikeluarkannya stabil, "di aliran air tidak ada awal dan akhir. Lautan mengelilingimu dan didalam hatimu. Lautan adalah rumahmu.. sebelum kau lahir dan setelah kau mati." aku memandangnya dengan keteduhan.

"..detak jantung kita ada didalam rahim dunia ini. Nafas kita terbakar didalam bayang kedalaman. Laut memberi dan laut menerima. Air menghubungkan semua hal. hidup sampai mati, gelap sampai terang." Lagi-lagi dia tersenyum.

"Baiklah, saatnya kau berlatih menangkap kerang yang kulemparkan kelaut. Itu melatihmu untuk tetap tenang namun cepat. Mari," ajakku padanya

"Hërwiva cukup sampai disitu!" suara itu menghampiri kami, "aku sudah cukup bersabar menunggu latihan meditasi ini selesai, tapi cukup sampai disini saja."

"Tapi ao'Nung, aku belum selesai mengajarinya."

"Bagaimana dengan kakimu?" aku terdiam. Aku bahkan tidak merasakan lagi kesakitan berkat senangnya aku memiliki banyak teman baru, walaupun masih di ikat  kain karet sih.

"aku ingin kaki ini sudah sembuh besok, jangan membuat masalah lagi. Ayahku tahu semuanya kemarin." Aku mengerucutkan bibir, ayahnya tahu. Berati dia habis dimarahi, cukup tersirat tapi itulah yang ingin dia katakan sebenarnya. Dan akulah penyebabnya.

"Tapi berjanjilah akan mengajarinya dengan lembut, ao'Nung."

"Aku akan mengajarinya dengan baik, tidak usah khawatir sampai segitunya." lelaki dengan rambut cepol itu merangkul Neteyam dan membawanya pergi dariku dengan cepat.

"eh tunggu seben—hei pegang janjimu!" Aku tidak percaya mereka meninggalkanku begitu saja.

third person pov

"dia sangat lucu." ucap Neteyam pada lelaki yang merangkulnya.

"dia?!" jempolnya mengarah ke Hërwiva dibelakang sana mulai berjongkok untuk mencari kerang, Neteyam mengangguk saja.

"Dia orang yang barbar." kata ao'Nung bergidik teringat kejadian Ventìl terakhir kali.

"Tapi dia jujur dengan hatinya." ao'Nung menutup mulut, tidak menyangka ada orang yang menilai gadis itu sama sepertinya tapi memilih untuk tidak jujur. Hatinya jadi tidak tenang karena mereka berdua nampak dekat belakangan ini.

"Baiklah sesi mengobrol telah berakhir, saatnya menyelam monkey boy." Neteyam menatapnya dengan tatapan samping sebelum ao'Nung mendorongnya sampai tercebur ke air yang lebih dalam. Untung saja Neteyam telah diajari oleh Ëiva. Latihan mereka dipenuhi dengan siksaan yang ao'Nung berikan karena Neteyam selalu melakukannya dengan baik dalam sekali percobaan.

back to first person pov

Malamnya kami mengajak para bocah hutan untuk mencari kerang dikedalaman yang lebih dalam juga gelap. Air sedang surut membuat arusnya lebih pelan cocok sekali untuk menyelam lebih dalam. Aku memakaikan Tuk txampaysye untuk membantu pernafasan mereka didalam air.

Tsireya menjelaskan bahwa makhluk itu dapat membantu mereka bernafas lebih lama didalam air. Aku kembali mengajak Kiri untuk berkomunikasi. Kami bermain-main dengan ikan-ikan kecil yang bercahaya untuk mengikuti gerakan tangan kami saat tidak sengaja dari sudut mata aku melihat Ronal yang menatapi kami, membuatku memberi salam padanya.

Nampaknya aku lupa menjelaskan hal yang penting pada Kiri.


tbc

belum direvisi🙏





—🐨mager



I see what u sea -ao'NungWhere stories live. Discover now