39. Laut

638 55 1
                                    

Tubuh Atra meluruh ke aspal, dadanya terasa sangat sesak. Tubuhnya bergetar hebat, tenggorokannya tercekat hanya untuk sekedar mengeluarkan air mata.

Untung saja pengendara bermotor tidak ada yang melintas saat ini, jika tidak bisa di pastikan Atra akan bernasib sama dengan sahabatnya, Laut.

Atra berteriak sangat kencang, dengan di sertai gemuruh petir dan hujan yang begitu deras. Dia menangis begitu kencang.

Acha menatap sendu kearah Atra, perempuan itu setia duduk di samping Atra menemani cowok itu.

"GUA BELUM SIAP KEHILANGAN LO LAUT, LO SAHABAT SEKALIGUS ADEK GUA!!!" Teriak Atra.

Yang kini matanya sudah deras dengan air matanya dan air hujan. Atra mengusap wajahnya kasar, lalu meninju aspal sekuat mungkin.

"Udah tra!!!, Dengan lo kayak gini nggak bakalan bikin laut kembali lagi." Acha memeluk Atra, mencoba menghentikan hal gila yang cowok itu lakukan.

"Lo nggak tau apa-apa Cha, lepasin gua anjing!!!"

Atra melepaskan pelukannya dari Acha lalu mendorong tubuh cewek itu kasar, Yang membuat Acha meringis kesakitan.

Menyadari yang di lakukannya salah, Atra menghampiri Acha dan memeluk perempuan itu.

"Maafin gua Cha, maaf. Gua nggak bermaksud kasar sama lo. Gua cuman kebawa emosi Cha"

Acha membalas pelukan Atra, dia menangis melampiaskan rasa sakitnya. Acha mengerti dengan keadaan Atra saat ini, tetapi dengan cowok itu menyakiti dirinya sendiri tidak akan pernah membuat laut kembali.

"Gua tau tra, gua ngerti apa yang lo rasain. Tapi tolong jangan sakitin diri lo sendiri. Gua sayang sama lo, kalo lo kenapa-kenapa gua nggak bisa maafin diri gua sendiri" lirih Acha.

Atra berjongkok lalu menyuruh Acha untuk naik ke punggungnya, kaki perempuan itu pasti sakit karena ulahnya. Acha tanggung jawabnya, karena dia istrinya.

"Maafin aku sayang...." Ucap Atra dengan suara yang melemah.

Cowok itu berkaca-kaca, tangannya meraih pucuk kepala Acha lalu mengusap rambut perempuan didepannya.






****



Tepatnya di depan makam laut, Tian membawakan laut kucing putih. Di saat pertemuan terakhir mereka, laut sempat meminta dibelikan kucing kepada Tian. Dan hari ini Tian menepati janjinya, namun sekarang cowok itu malah tertidur untuk selamanya.

"Maafin gua ut, gua selalu bertengkar sama Lo. Gua emang laki-laki bodoh ut, nggak bisa menghargai wanita. Gua selalu nyakitin perempuan dan kanara salah satunya"

Tian mengacak rambutnya kasar, memeluk lututnya. Mencoba menahan air matanya yang hendak menetes. Ia jadi teringat semua kenangannya bersama laut, walaupun hanya kenangan bertengkar.

"Sekarang lo udah nggak ngerasain sakit lagi yah ut?...."

"Ayo bangun ut, gua janji bakalan ikhlasin kanara untuk lo. Gua janji nggak bakalan mukul lo lagi"

Ada-ada saja Tian, masa orang yang udah di tanam di suruh hidup lagi. Kalo itu beneran terjadi nanti dia bisa pingsan liat mayat bangkit dalam kubur ^⁠_⁠^

"Gua ngerasa kehilangan banget ut, padahal lo bukan keluarga gua. Lo orang pertama yang bisa bikin gua nangis...."

"Tenang si sana orang baik" ucap Atra.

Kemudian mengambil bunga mawar tersebut, lalu menaruhnya di depan baru nisan laut. dan beranjak pergi dengan perasaan sedih sekaligus kehilangan.

Laut tersenyum dari balik sana, dengan menggunakan pakaian serba putih.





LALU LAUT A'BUMI SASTRANAGARA
BIN
ARGA SAPUTRA PRAYOGA

LAHIR TANGGAL : 04/01/2005

WAFAT : 20/03/2023






sekarang adalah titik untuk melepas semua yang bukan milikku saat ini walaupun semua terasa berat tanpamu. karena pada akhirnya kita akan berjalan masing masing walaupun sendiri itu menyakitkan.





****



Raina meraih tangan anak semata wayangnya, lalu tersenyum kepada kanara.

"Maafkan ibu nak atas semua kesalahan yang ibu lakukan ke kamu. Ibu harap kamu tidak membenci ibu."

Kanara membulatkan matanya ketika Raina tiba-tiba saja memeluknya. Momen yang selalu kanara inginkan sedari kecil ternyata baru sekarang Ia bisa mendapatkannya. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya bergetar hebat. Air matanya mengalir deras membasahi pundak Raina.

"Wajar jika kamu membenci ibu, karena sikap ibu yang tidak mencerminkan seperti seorang ibu kepada anaknya"

"N-nggak buk, aku sayang sama ibu. Bagaimana mungkin aku membenci ibu ku sendiri, orang yang melahirkan ku yang rela mempertaruhkan nyawanya demi kehadiran ku"

"Maafin kanara juga, belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada ibu. Belum bisa menjadi anak yang membanggakan"

Raina mengusap air matanya kembali memeluk kanara, kanara hanya mematung dengan air matanya yang mengalir. Ini semua sulit Ia artikan, seolah-olah ini semua adalah mimpi. Jika memang ini mimpi, Kanara lebih memilih untuk tidak bangun.

Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tentu sudah tidak bisa diragukan lagi. Beragam cara dilakukan seorang ibu agar anak-anaknya bisa tumbuh menjadi orang yang memiliki budi pekerti baik dan berguna bagi orang lain. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban setiap anak untuk berbakti dan menyayangi seorang ibu.

"Kanara janji bakalan sering-sering ke rumah"

"Janji?"

"Janjiiii....."

"Kanara senang buk, setelah sekian lamanya. Akhirnya kanara dapat merasakan yang namanya kasih sayang seorang ayah dan ibu, yang tidak pernah kanara dapatkan sedari kecil.

"Ini semua kesalahan ibuk nak, seandainya dulu ibu tidak meninggalkan ayah kamu demi laki-laki lain mungkin saja kita akan menjadi keluarga cemara"

"Penyesalan selalu datang di akhir buk......" Lirih kanara.

"Dan ibu tahu?, Ternyata Ibu tiri tidak sejahat yang tergambar di sinetron"

Raina berasa senang karena mengetahui putrinya di sayang hebat oleh istri Zafran, Ia baru menyadari kesalahannya ketika kanara sudah pergi jauh darinya. Raina merasa sangat kesepian, ketika biasanya Ia selalu memarahi kanara kini sudah tidak ada lagi suara kanara menggerutu atau melawan.


















- HAPPY READING -






DIA LAUT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang