Hari ketiga

17 7 0
                                    

Hana mengetuk kakinya sendiri sambil mendengarkan musik. Gadis itu mengikuti iramanya sampai tak sadar kalau lampu lalu lintas untuk pejalan kaki sudah berubah hijau.

Jadinya ia buru-buru berlari agar bisa mengikuti hitungan pejalan kaki.

Hana menghela napasnya saat ia tepat waktu, gadis itu berjalan lagi sambil mendengarkan musik.

Pagi ini, cuacanya sangat cerah sekali, sangat cerah malah sampai banyak macetnya dibandingkan udara segarnya, aduh.

Tapi gapapa. Hana tetap menikmati kok.

"Hana!" Gadis itu berbalik badan dan menemukan Adira sedang melambaikan tangannya dengan semangat.

"Adira!"

Gadis perawakan kecil itu menghampiri Hana dan merangkul sahabatnya itu dengan semangat.

"Gimana hari ini? Siap untuk bertempur?" Tanya Adira agak melankolis.

Hana tertawa, "apa sih Adira? Agak berlebihan kalau dibilang bertempur."

"Abisnya kamu kayak melawan Hitler sih. Bener ya Han, kamu seminggu aja ngelawan Haris. Kalau kamu gak kuat sama perlakuannya dia, langsung cut off ya." Ucap Adira memperingatkan.

"Iyaa Adira. Lagipula, haris gak semenakutkan itu kok. Kemarin aku liat dia kayak anak kecil ngambek pas bola basketnya gak masuk ke dalam ring. Gemas, kan?" Ucap Hana antusias.

Adira tertawa kaku, "iya deh, yang jatuh cinta mah beda. Saran gue sih, lo harus bisa kuat-kuatin dengan penolakannya Haris."

Hana malah merengut, "kok kamu malah berharap Haris nolak aku sih?"

"Oh iya maaf, semoga Haris menerima makanan yang kamu kasih ke dia. Abisnya dia sekejam itu sih, gue sanksi lo bakalan dibaikin sama Haris." Keluh Adira.

Hana berpikir sejenak.

"Mungkin gak sih dir? Kalo Haris begitu karena ada faktor tertentu?"

"Maksudnya?"

"Iya, sampai dia anti banget sama cewek. Mungkin gak sih ada maksudnya?"

Adira jadi ikutan mikir, "gue gak tau sih cerita lengkapnya gimana, tapi pernah denger kalo dia tuh pernah ditolak cewek!" Bisik Adira.

"Hah? Yang bener? Haris? Ditolak cewek? Gak mungkin ah!"

"Ish. Denger dulu. Katanya cewek itu senior kita yang udah lulus tahun lalu, nah dia tuh cewek paling cantik di sekolah ini. Aku sih kurang tau ya yang mana, yang jelas rumor berkata seperti itu."

"Masa iya hanya karena ditolak langsung jadi benci? Gak gentleman banget." Gumam Hana.

Adira menggedikkan bahunya, "gak tau deh. Gue juga cuma denger rumornya aja sih. Namanya juga rumor, pasti banyak berita simpang siur dan tidak jelas."

"Hmm... Bener juga." Gumam Hana.

Hana seperti tak percaya saat mendengar informasi dari Adira. Dicampakkan? Di pikiran Hana kayaknya gak sesimple itu deh.

Hana sering melihat Haris dari kejauhan, dan gadis itu merasa Haris sering melamun dengan tatapannya yang kosong. Pemuda itu sama sekali tak menggubris siapapun yang ada di sebelahnya.

Haris seperti berada di dalam dunianya sendiri.

"Kenapa gak tanya langsung ke dianya aja?" Cetus Adira.

"Hm? Tanya langsung?"

"Iya. Nanti kalo udah jadian, kamu boleh deh tanya langsung ke dia."

Hana menggeleng sambil menyilangkan kedua tangannya, "itu privasinya dia kalo dia gak mau kasih tau aku, masa iya aku paksa?"

TargetWhere stories live. Discover now