🥋 0.4 Berdua

158 26 21
                                    

Minho melirik Felix yang sedari tadi mendumel tidak jelas. Lelaki itu sibuk mengerjakan pekerjaan rumah yang ia punya.

"Ngedumel terus, kerjain aja jangan ngedumel doang." ucap Minho dari tempat tidurnya.

"Berisik! Kalau gamau denger gue ngedumel lo yang keluar!!"

Amarah Felix rasanya makin meningkat. Ia sangat pusing dengan tugas bahasa Mandarin yang sedang ia kerjakan, belum lagi besok adalah hari terakhir pengumpulan tugas tersebut.

"Galak banget..."

Minho tertawa kecil, kasihan juga sebenarnya melihat Felix seperti itu tapi mau bagaimana lagi? Minho tak dapat membantu karena ia berada di jurusan mipa.

Sekitar satu jam berlalu, Felix akhirnya menutup bukunya dan bersandar pasrah kebelakang. Tugasnya sampai sekarang belum selesai juga karena Felix benar-benar tidak mengerti materi kali ini.

Apa gue pura-pura sakit aja ya besok biar ga sekolah, batinnya.

Setidaknya kalau ia tidak hadir besok, tugasnya bisa ia kumpulkan pekan depan saja. Tetapi Felix bingung ia harus bagaimana agar membuat mama nya percaya bahwa ia sakit.

"Minho."

"Hm?"

"Besok bareng kan? Motor gue masih dibengkel."

"Iya, Felix. Lo mau gue tinggal emangnya?"

Bugh.

Bantal yang dilemparkan Felix dari bawah ke kasur Minho yang berada di bagian atas mendarat sempurna di atas wajah pemuda itu. Minho meringis mengusap hidung mancungnya yang tertimpa handphone-karena ia sedang fokus bermain game tadi-beserta bantal yang baru saja Felix lempar.

"Mana bisa lo ga nganter gue? Ga tanggung jawab banget jadi orang, padahal ini semua karena temen lo."

"Gue kan cuma nanya, sensi banget jadi orang," ucap Minho sembari mendudukkan diri, "Kenapa sih? Pr nya susah banget?"

"Kalau ga susah gue udah selesai dari tadi. Gue pusing ini belum kelar tapi udah harus dikumpulin besok." jawab Felix menatap bukunya dengan pasrah.

"Makanya kalau ada tugas kerjain awal-awal jangan nunggu deadline."

"Iya deh si paling ambis."

Mata Felix menatapnya sinis, namun sayang ia tak bisa mengejek Minho untuk hal ini. Walaupun mereka sama-sama sering memiliki masalah, namun untuk masalah akademik Minho tak pernah main-main. Lelaki itu bisa dibilang termasuk siswa yang cukup cerdas di angkatan mereka.

"Jadi rencana lo gimana? Pasti mau bolos besok."

Mata Felix membola kaget, "Kok lo tau?" tanya nya.

"Udah ketebak." balas Minho, ia turun dari ranjang susun nya dan berjalan menuju Felix kemudian membuka buku lelaki itu.

Ia mengernyit melihat tulisan di dalamnya. Awalnya ia ingin menengok sebentar bagaimana tugas yang harus Felix selesaikan, toh siapa tahu dia bisa membantu. Tapi pada akhirnya Minho malah pusing sendiri walaupun hanya menatap beberapa detik lembaran tersebut.

"Gue mau bolos aja besok biar ngumpul tugasnya pekan depan, lo jangan bilang-bilang ke mama awas aja!" ucap Felix mengancam kecil Minho, tetapi lelaki itu membalasnya dengan tertawa menyebalkan.

"Gamau, gue mau aduin besok ke tante sama om." ucapnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi karena takut diamuk Felix.

"MINHO! KELUAR GAK!"

Dan benar saja kini Felix mengetuk pintu kamar mandi dengan membabi buta. Sedangkan Minho di dalam sedang tertawa puas karena berhasil membuat Felix sebal untuk kesekian kalinya.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Feb 14 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Lover | Minlix Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz